Seiring perkembangan teknologi, banyak startup saat ini lebih memilih memanfaatkan layanan cloud computing untuk menyimpan data. Selain praktis, layanan cloud pun bisa kamu gunakan dengan biaya relatif lebih murah dibanding jika harus membeli server sendiri.
Di Indonesia telah ada beberapa layanan cloud yang bisa kamu gunakan, dan mungkin kamu pun bingung harus memilih yang mana. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini adalah dua tip dari CTO Tiket.com, Natali Ardianto.
Pilih yang punya jaringan bagus
“Cloud yang baik itu kalau jaringannya bagus, bukan semata-mata teknologi di dalamnya. Kalau secara teknologi, semua rata-rata bisa mengejar. Tapi kalau jaringan, kemampuan masing-masing sistem bisa beda,” ujar Natali.
Natali mencontohkan, dirinya pernah memakai layanan dari Soft Layer yang menurutnya sudah teruji. Ia membandingkan ketika memakai layanan dari penyedia cloud lain saat menerima serangan DDoS.
“Saya pernah pakai cloud lain, kena DDoS, mati. Tapi di Soft Layer, kena DDoS bergiga-giga, dengan serangan ratusan ribu IP dalam waktu bersamaan, sistem tetap jalan karena dia routing network-nya bagus. Kalau load tinggi, dia alihkan ke scraping server, dan seterusnya,” jelas Natali.
Layanan pelanggan yang responsif
Hal penting kedua yang perlu diperhatikan ketika memilih layanan cloud, yakni bagaimana layanan pelanggan (customer service) dari penyedia cloud computing tersebut.
Kualitas customer service biasanya tidak begitu dianggap penting jika layanan yang digunakan tidak sedang bermasalah. Namun begitu layanan tersebut bermasalah, maka customer service memiliki peran vital untuk membantu menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi.
“Kalau lagi enggak ada apa-apa, memang enggak butuh. Tapi kalau ada masalah, (bisa saja) tidak ada contact person yang bisa membantu kita,” tutur Natali. “Tiket.com sejak awal berdiri sudah punya kontak Soft Layer. Kalau ada apa-apa bisa dibantu.”
Adapun di luar dua tip tersebut, Natali juga membagikan saran mengenai pemilihan tool. Menurutnya tool yang dipakai bisa mengikuti sesuai perkembangan kemampuan startup itu sendiri. “Kalau punya dana yang cukup banyak, gunakan toolyang tidak memerlukan maintenance software, secara user interface lebih informatif, jadi mencari data lebih cepat,” ucapnya.
Sedangkan untuk pemilihan server, Natali mengungkapkan Tiket saat ini masih menggunakan server dari Singapura. Ia mengatakan pertimbangan utamanya adalah masalah harga dan profesionalisme. [tia/ap]