Kamu perempuan dan anak IT pasti sudah tidak asing hidup dengan dikelilingi banyak laki-laki baik itu di dunia pekerjaan, perkuliahan maupun komunitas dan lain-lain. Secara anak IT selalu didominasi oleh kaum adam. Sudah pasti kamu kaum hawa yang entah emang terjebak dengan jurusan IT ataupun kamu yang memang sengaja menerjunkan diri ke dunia IT.
Sudah tidak bisa dielakkan lagi bagi kamu perempuan IT dengan segala macam scriptmaupun query yang kadang membuatmu harus tarik nafas dalam-dalam apabila belum menemukan script yang benar, belum lagi error yang kerap muncul hingga membuatmu ingin berteriak sekencang-kencangnya, apalagi bugs yang bertamu tanpa diundang disaat kamu sedang go-live aplikasi yang sudah berbulan-bulan kamu kerjakan dari sebelum terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari itupun kalau kamu sempat menyaksikan terbenamnya matahari sepertinya mustahil. hehe..
Jadi, buat kamu nih kaum hawa yang sekarang mungkin lagi berantem sama kodingan ataupun lagi marahan sama bugs. Daripada kamu stackoverflow disitu-situ saja lebih baik sejenak jauhi dulu query ataupun script yang kerap membuatmu pusing hingga guling-guling dan kesampingkan terlabih dahulu pekerjaanmu meski deadline selalu menghantui. Yuk, kita simak curhatan tentang derita jadi perempuan IT satu-satunya yang mungkin kamu juga mengalaminya. Sebelumnya tos dulu dong. hehe..
Daftar Isi
- Banyak yang men-judge kamu sebagai cewek jutek
- Keahlian kamu disepelekan dibanding dengan mereka cowok yang jago IT
- Tidak ada yang bisa diajak curhat ataupun ngobrol perihal tentang urusan perempuan
- Teman se-team kadang kurang peka
- Banyak yang memujimu sebagai perempuan hebat, tapi kamu justru semakin tertekan
Banyak yang men-judge kamu sebagai cewek jutek
Pertama kali kerja dan ditempatkan di divisi IT maupun ICT (Information Communication Technology) sudah mendapatkan judge sebagai cewek jutek ataupun cuek. Belum lagi didukung pekerjaanmu yang harus fokus dan mau tidak mau harus selalu stay tune depan komputer yang kebanyakan orang mengira kalau anak IT bergaulnya hanya dengan komputer dan bahasanya pun menggunakan bahasa planet. Mereka tidak salah dan berhak berpendapat seperti itu dan memang pada kenyataannya anak IT dominan berinteraksi dengan komputer karena memang pekerjaannya seperti itu.
Akan tetapi meskipun kebanyakan perempuan IT itu jutek dan cuek, dibalik itu semua sebenarnya mereka mudah bergaul kok buktinya mereka bisa bertahan dan beradaptasi meski lingkungan kerjanya didominasi oleh kaum adam. Dan perempuan IT itu sudah pasti mentalnya sangat kuat karena mereka sudah terbiasa beradu dengan client maupun useryang sangat bawel ataupun sangat sangar dengan seabreg permintaannya yang tanpa babibu deadlinenya harus cepat. Dikira perempuan IT robot ya hehe. Dikira berantem sama bugsmaupun error itu mudah kali yah hehe. Belum lagi kehidupan kelam query maupun script yang hanya berwarna vintage alias hitam putih duh penyabar banget perempuan IT itu yah. hhehe
Keahlian kamu disepelekan dibanding dengan mereka cowok yang jago IT
Ini sudah pasti dialami oleh semua perempuan IT, belum juga apa-apa sudah banyak yang bilang gini :
“paling nanti ujung-ujungnya juga error“,
“pasti nanti minta bantuan”
“daripada ngoding mendingan belajar masak aja sana”
itu cibiran pedesnya, tapi ada juga kok cibiran yang menentramkan jiwa hehe..
“wih cewek IT, keren pastinya, salut dah”
“jarang-jarang loh ada cewek mau terjun ke dunia IT, mantap deh”
namanya juga kehidupan pasti ada cibiran positif maupun negatif, jadi tetap syukuri itu.
Karena toh banyak di luar sana justru perempuan IT lebih unggul dalam hal coding daripada kaum lelaki. Karena apapun itu sebenarnya yang membuat seseorang ahli dalam bidangnya adalah bukan dilihat dari gendernya tapi dilihat dari kesungguhannya, kerja kerasnya dan latihannya. Karena perempuan dan laki-laki toh sama-sama berhak untuk menguasai apapun itu.
Tidak ada yang bisa diajak curhat ataupun ngobrol perihal tentang urusan perempuan
Dunia kerja tidak hanya melulu tentang bekerja dan bekerja, ada saatnya di jam-jam tertentu kita ingin mengobrol, berbincang-bincang ataupun curhat hanya sekedar melepaskan kepenatan setelah berjam-jam lamanya terpaku dalam pekerjaan. Apalagi bagi kaum hawa, sependiamnya kamu pasti kamu juga tipe orang yang suka mengobrol maupun curhat. Karena pada dasarnya perempuan itu memang suka ngomong.
Berbeda dengan perempuan yang di ruangannya didominasi kaum adam dan kamu adalah perempuan satu-satunya, memang sih ada suka dan duka jadi perempuan IT. Namun dalam hal obrolan sering kali kamu lebih baik tidak ikut membaur dalam obrolan bukan karena kamu menjauh tapi karena topik yang mereka bicarakan terkadang lebih membuatmu pusing dibanding script yang menari-nari dikepalamu karena akan ketidak tahuan kamu mengenai topik itu. Namun ada kalanya juga kamu ikut berbaur ketika yang diobrolinnya adalah hal umum yang semua orang mengetahuinya.
Memang sih kamu kesulitan curhat tentang kesedihan kamu apalagi masalah perempuan yang kadang memalukan kalau diceritakan ke rekan cowok. Dan akhirnya kamu lebih memilih memendam curhatan itu atau curhat ke teman perempuanmu lewat media sosial dan sebenarnya curhat lewat media sosial kurang menyentuh sih.
Berbeda jika yang kamu curhatkan adalah perihal umum, kamu pasti akan meminta mereka untuk mendengarkan karena biasanya laki-laki itu mempunyai pemikiran yang berbeda dibandingkan perempuan. Laki-laki dalam hal menerima curhatan dari seorang perempuan pasti selalu memberi solusi yang nendang abis alias ide yang bagus karena mereka cenderung berfikir terbuka dan logis. Berbeda dengan sesama perempuan yang kerap kali justru baper dan main perasaan pasti bukan memberi solusi, bisa jadi sama-sama nangis haha.
Teman se-team kadang kurang peka
Namanya juga laki-laki, sudah pasti pemikirannya logis hingga akhirnya kurang peka sama perempuan karena mereka mainnya logika, nalar bukan perasaan. Kalau kamu belum teriak minta tolong apalagi cowok IT itu dominan jutek dan cuek sudah pasti kamu harus membuang gengsimu jauh-jauh. Karena kalau kamu jaim tamatlah riwayatmu. Kecuali kalau kamu cantik nan seksi mungkin mereka tidak hanya peka terhadapmu malahan pada rebutan modusin kamu hehe. Tapi dibalik semua itu kamu bisa jadi lebih mandiri karena kamu selalu melakukan kesulitan itu sendiri tanpa bantuan mereka.
Banyak yang memujimu sebagai perempuan hebat, tapi kamu justru semakin tertekan
Pahit manisnya kehidupan memang tidak bisa dipisahkan, semakin kamu dipuji maka tanggung jawabmu pun semakin besar. Padahal baru jadi anak IT, hanya karena kamu perempuan banyak yang memujimu yang malah membuatmu semakin tertekan. Belum lagi dibalik pujian mereka yang menebarkan jiwa banyak modusnya yang ujung-ujungnya minta kenalan atau minta nomor HP. Itu bagi perempuan IT yang mempunyai wajah cantik nan rupawan, kalau bagi kamu yang mempunyai wajah biasa-biasa saja paling dimodusin untuk disuruh instalin inilah, itulah, downloadin ini itu, ataupun mendadak jadi tukang service hape. Bukankah menyebalkan sobat.
So, buatmu yang sekarang lagi gonjang-ganjingnya antara lanjut atau tidak menjadi anak IT, yang terpenting adalah kamu menjadi perempuan IT yang tidak hanya mengandalkan orang lain yang sedikit demi sedikit kalau ada error mengeluh dan minta bantuan sama yang lebih ahli. Karena masa depanmu ada di tanganmu, kamu berhak membuat keputusan selama itu baik dan benar.
Daripada kamu memaksakan dirimu terjun dalam hal yang tidak kamu sukai dan membuatmu gila, lebih baik cepat ambil langkahmu sebelum terlambat dan jangan jadikan mudamu sia-sia tanpa melakukan hal-hal yang tidak kamu sukai. Namun jika kamu memang menyukainya dan ingin lebih mendalami duni IT ya tidak salah toh kalau mau terus berjuang demi mengikuti jejak Bill Gates atau Mark Zukerberg. Meskipun hari-harimu harus dilalui dengan errormaupun bugs yang kerap membuatmu berkelahi dengan komputermu sendiri.
Apapun keputusanmu itu tetaplah menjadi dirimu sendiri. Tetaplah memutuskan dengan bijak dan benar agar langkah tak lagi tersesat. Mumpung masih muda, ada saatnya kamu juga harus patuh pada keputusanmu sendiri bukan karena orang tua, keluarga ataupun teman. Jangan jadikan keluarga penghalang keputusanmu tapi buktikan pada mereka kalau keputusanmu itu lebih baik dan bisa selalu membuat mereka keluargamu lebih bahagia. Karena hidup dan langkahmu adalah tanggung jawabmu bukan tanggung jawab mereka. [hp/ap]