Sebagai pengembang perangkat lunak, lean product development agar dapat merancang produk dengan baik, developer perlu memahami tahapan-tahapan atau life cycle dari sebuah produk. Hal ini sangatlah penting demi melakukan pengembangan yang optimal.
Penerapan siklus pengembangan produk pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960-an, di mana para ahli ketika itu membutuhkan sebuah cara untuk mengelola proses dalam sistem bisnis berskala besar. Saat itu, sumber daya manusia yang tersedia masih tergolong sedikit dan penggunanya masih belum banyak.
Seiring dengan perkembangan zaman, di mana kini bisnis telah berskala lebih besar dan berkembang menjadi lebih kompleks, pendekatan tradisional terhadap pengembangan sistem telah disesuaikan untuk menjawab kebutuhan pasar. Berbagai model pengembangan data telah dikembangkan, dan salah satu contohnya adalah Lean Product Development.
Sebelum membahas lebih jauh, kita akan melihat beberapa contoh model pengembangan tradisional yang bahkan hingga kini masih banyak digunakan, yakni Waterfall dan Spiral.
[postingan number=3 tag=”startup+bisnis” ]
Mengenal model tradisional Waterfall dan Spiral
System Development Life Cycle (SDLC) telah digunakan oleh bisnis selama bertahun-tahun untuk mengelola pengembangan sistem. Dua yang paling populer digunakan adalah model Waterfall dan Spiral.
Waterfall relatif mudah untuk dipahami dan dikelola. Model pengembangan ini juga terbilang ideal apabila kamu telah mengetahui berbagai teknologi pendukung dan biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan.
Sementara Spiral memiliki siklus yang sirkuler, artinya setiap iterasi dapat kembali disempurnakan apabila dibutuhkan perubahan. Selain itu, model Spiral juga memiliki risiko yang lebih kecil dalam pengembangan apabila sebuah versi produk belum sempurna.
Walau kedua metode tersebut telah digunakan oleh bisnis selama bertahun-tahun, seiring perkembangan zaman, keduanya menjadi kurang sesuai bagi bisnis modern.
[postingan number=3 tag=”startup” ]
Untuk melengkapi berbagai kekurangan yang dimiliki oleh model-model sebelumnya, dikembangkan sebuah model pengembangan produk bernama Lean.
Contohnya seperti Waterfall yang hanya bekerja pada satu iterasi tanpa adanya pengembangan lebih lanjut. Atau Spiral, yang walaupun memiliki beberapa iterasi untuk pengembangan produknya, akan memakan waktu cukup lama di dalam sebuah fase untuk melakukan pengembangan.
Untuk melengkapi berbagai kekurangan yang dimiliki oleh model-model sebelumnya, dikembangkan sebuah model pengembangan produk lain yang bernama Lean. Seperti apakah model pengembangan ini?
Lean Product Development sebagai alternatif
Lean Product Development (LPD) adalah metode pengembangan produk dengan fokus pada low-cost dan efisiensi. Sebagaimana konsep Lean Startup yang dipopulerkan Eric Reis, metode ini membuang hal-hal tak perlu agar proses berjalan cepat dan sesuai kebutuhan konsumen.
[postingan number=3 tag=”hacker” ]
Cara kerja LPD mirip dengan metode Spiral yang sirkuler, namun lebih singkat karena hanya terdiri dari tiga tahap:
- Learn,
- Build, dan
- Measure.
Mirip paradigma startup yaitu “learn fast and fail fast“, kita didorong agar meluncurkan produk secepat mungkin. Kemudian menggunakan data yang dihasilkan untuk membuat perubahan dengan cepat juga.
Salah satu contoh perusahaan yang menerapkan LPD adalah Toyota. Ketika mereka mulai mengembangkan produk otomotifnya, Toyota memiliki perbedaan konteks dari cara mereka bekerja di Jepang dengan kompetitor mereka di Amerika Serikat.
Toyota hanya memiliki beberapa engineer yang minim pengalaman. Untuk menanggulangi kekurangan pengetahuan dan pengalaman ini, Toyota mengambil sebuah pendekatan inkremental untuk mengembangkan produk—yang hingga saat ini masih mereka gunakan.
[postingan number=3 tag=”games” ]
Prinsip penerapan Lean Product Development
Cara berpikir Lean pada dasarnya adalah untuk mengurangi berbagai hal—sumber daya, proses kerja, waktu, biaya—untuk memproduksi sesuatu, baik produk fisik ataupun yang berbentuk jasa. Lima prinsip berpikir Lean antara lain:
- Tentukan dan maksimalkan nilai kepada konsumen.
- Identifikasi alur nilai dan kurangi hal-hal yang tidak diperlukan.
- Buat langkah-langkah untuk menciptakan nilai agar mengalir.
- Berdayakan tim yang ada.
- Belajar dan berimprovisasi.
Masing-masing prinsip berpikir Lean ini dapat diterapkan untuk pengembangan produk. Walaupun LPD memang menggunakan prinsip berpikir Lean, LPD lebih berfokus pada pengembangan produk baru yang diinginkan pengguna, bukan meningkatkan kualitas proses dari produk yang telah ada.
[postingan number=3 tag=”programmer” ]
Karena Lean Product Development memiliki fokus kepada inovasi dan pembuatan produk baru, ada beberapa perbedaan dengan prinsip intinya. Di bawah ini adalah beberapa prinsip kunci yang telah dipecah-pecah menjadi beberapa poin.
Prinsip Pertama: tentukan dan maksimalkan nilai kepada konsumen
Agar produk dapat diterima dan bekerja dengan baik, hendaknya kamu mendengarkan suara konsumen. Ini akan membantumu untuk mengerti apa yang mereka butuhkan. Selain itu, suara konsumen juga dapat membantumu untuk menentukan spesifikasi produk dan strategi untuk memasarkannya.
Dari segi produksi, cobalah untuk melakukan daur ulang dari iterasi sebelumnya untuk menghindari adanya kebutuhan produksi yang berulang. Jangan pernah berhenti untuk terus mencari solusi yang optimal dalam mencari nilai tambah untuk konsumen.
Prinsip Kedua: identifikasi alur nilai dan kurangi hal-hal yang tidak diperlukan
Cobalah untuk mempersingkat proses pengembangan. Hilangkan birokrasi dan berbagai hal yang tidak diperlukan dalam pengembangan produk. Selain itu, kamu dapat mencoba untuk menata tempat kerja dan data agar waktu yang dibutuhkan untuk menemukan informasi menjadi lebih efisien.
Melakukan standardisasi pekerjaan dengan template serta checklist juga akan mempermudahmu untuk melakukan pekerjaan. Peranan tool desain seperti CAD/CAE/CAM akan membantumu untuk dapat bertukar data dengan mudah—yang secara langsung akan berdampak pada peningkatan kualitas proses dan mempersingkat waktu siklus.
[postingan number=3 tag=”bisnis” ]
Prinsip Ketiga: buat langkah-langkah untuk menciptakan nilai agar mengalir
Agar upayamu dalam menciptakan sebuah nilai dapat mengalir, hal pertama yang dapat kamu lakukan adalah mengelola pipeline yang ada. Hindari terjadinya overload pada pipeline dengan mengontrol aliran kerja serta mencegah tumpukan proses pengembangan produk serta waktu antrenya.
Hindari terjadinya overload pada pipeline dengan mengontrol aliran kerja serta mencegah tumpukan proses.
Apabila diperlukan, kamu dapat melakukan standardisasi dan pengembangan platform yang memungkin alur yang lebih mulus dengan cara mengurangi ukuran dari tiap batch yang ada. Terakhir, gunakan tool seperti design structure matrix untuk dapat mengerti interaksi serta teknik manajemen visual dalam menentukan status dan masalah.
Prinsip Keempat: berdayakan tim yang ada
Memaksimalkan kerja dari anggota tim yang ada merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dari sebuah produk. Kamu dapat melakukannya dengan cara merintis tim yang bersifat lintas fungsional, artinya tim memiliki beberapa keahlian fungsional yang bekerja untuk tujuan yang sama. Ragam keahlian yang dimiliki tim ini akan mempermudah proses pengembangan.
[postingan number=3 tag=”bisnis” ]
Selain itu, pemanfaatan sumber daya yang tepat juga dapat menjadi salah satu hal krusial demi keberhasilan sebuah pengembangan. Manfaatkan jumlah personil yang tepat, di waktu yang tepat, dengan kemampuan serta pengalaman yang tepat agar LPD dapat berjalan tanpa hambatan.
Prinsip Kelima: belajar dan berimprovisasi
Intinya, jangan pernah berhenti untuk belajar, bahkan ketika tim sudah dirasa sangat kompeten terhadap apa yang mereka lakukan. Tetap galakkan proses pembelajaran di dalam tim agar mereka dapat menangkap lebih banyak pengetahuan dan informasi.
Untuk mendukung proses pembelajaran tersebut, kelola seluruh sumber pengetahuan dan informasi serta permudah akses untuk semua yang ingin belajar. Ini dilakukan untuk menghindari adanya pembelajaran ulang yang akan menghabiskan waktu dan biaya.
Apabila dapat dilakukan dengan benar, implementasi dari Lean Product Development dapat meningkatkan tingkat inovasi pada perusahaan hingga berkali-kali lipat. LPD juga dapat membantu perusahaan untuk memfasilitasi pengenalan produk baru.
Lean Product Development akan membantu pengguna untuk dapat memaksimalkan nilai kepada konsumen atau klien, sambil meminimalkansumber daya yang nantinya akan terbuang. [tia/ap]
[postingan number=3 tag=”instagram” ]