Tahun baru identik dengan segala sesuatu yang baru. Entah itu resolusi baru, gadget baru, bahkan mungkin hidup baru. Tapi ada satu hal yang bisa membuatmu senang dan susah secara bersamaan: pekerjaan baru. Senang karena kamu mendapat suasana berbeda (dan mungkin lebih baik), tapi juga susah karena kamu harus memulai dari awal lagi.
Semakin cepat kamu beradaptasi terhadap pekerjaan baru, performamu tentu akan lebih baik. Apalagi bila kamu masih berada dalam masa percobaan (probation). Kemampuan adaptasi adalah salah satu kualitas yang mempengaruhi penilaianmu. Terapkan beberapa cara ini untuk mempermudah adaptasi tersebut.
Memecah pekerjaan
Ketika kamu mendapat tugas yang tak familier, kamu bisa merasa kewalahan. Mungkin kamu tidak tahu harus mulai dari mana dahulu. Agar pandanganmu menjadi jelas, kamu bisa memecah pekerjaan itu menjadi beberapa bagian.
Sebagai contoh, bila kamu bertugas mengembangkan sebuah situs web, kamu bisa memecahnya menjadi bagian database, tampilan, dan logika. Bagian tampilan bisa kamu pecah lagi menjadi halaman, aset visual, dan kode CSS. Kode CSS bisa kamu pecah lagi menjadi tiap-tiap class, dan seterusnya.
Setelah mendapatkan gambaran yang baik akan struktur pekerjaan, kamu bisa mulai merancang jadwal. Cari tahu mana bagian yang paling penting dan paling mudah, kemudian pilih pendekatan yang menurutmu paling baik.
Mencatat di kertas
Memecah pekerjaan jangan hanya berhenti di dalam kepala saja. Tuangkan isi pikiran itu ke atas kertas. Menurut riset Princeton University dan UCLA, menulis dengan tangan dapat membantu mendorong pemahaman yang baik, serta membantumu mengidentifikasi konsep-konsep penting dalam pekerjaan.
Di sisi lain, mencatat dengan komputer ternyata rawan membuyarkan konsentrasi. Ketika mengetik, kamu hanya sekadar memindahkan tulisan, tidak berusaha memahaminya. Apalagi bila komputer terhubung dengan internet. Pengalih perhatian bisa muncul setiap saat.
Belajar secara berkala
Benedict Carey, penulis buku How We Learn: The Surprising Truth About When, Where, and Why It Happens, mengatakan, “Kamu bisa menyiram halaman sekali seminggu selama 90 menit, atau tiga kali seminggu selama 30 menit.” Cara yang kedua bisa membuat halamanmu lebih subur.
Otak manusia pun demikian. Daripada mencoba mempelajari pekerjaan baru dengan cara mengebut, lebih baik kamu mempelajarinya sedikit demi sedikit secara berkala. Multitasking hal yang sudah sering kita lakukan saja sudah sulit, apalagi multitasking untuk hal yang baru kita pelajari. Mulai dari hal kecil, fokus, dan buat progres bertahap.
Fokus pada 20 persen terpenting
20 persen usahamu akan menentukan 80 persen hasilnya. Ketika kamu memecah pekerjaan, tentukan 20 persen hal yang paling penting, dan pastikan kamu benar-benar menguasainya. Pilih kemampuan esensial yang bisa diterapkan di banyak hal.
Ini bisa diibaratkan seperti mempelajari akor saat bermain gitar. Akor memang hanya sebagian kecil dari keseluruhan ilmu gitar. Tapi bermodal akor, kamu sudah bisa memainkan lagu-lagu populer dan menghibur kawan-kawanmu.
Mengajarkan pada orang lain
Ketika kamu mengajarkan sesuatu pada orang lain, kamu sebenarnya sedang memaksa diri sendiri untuk memahami materi dengan lebih baik. Karena bila kamu tidak mungkin mengajarkan sesuatu yang kamu sendiri tidak mengerti.
Metode “learning by teaching” (Lernen durch Lehren) ini dicetuskan oleh Jean-Pol Martin, seorang profesor asal Perancis pada tahun 80an. Dengan mengajari orang lain, kamu akan lebih aktif mencerna ilmu serta lebih termotivasi untuk memahami konsep-konsep sulit. Sebagai bonus, rasa percaya dirimu juga akan meningkat!
Untuk membantumu mengingat langkah-langkah di atas, kamu bisa memanfaatkan framework DiSSS yang dicetuskan oleh Tim Ferriss. DiSS merangkum proses belajar menjadi empat bagian, yaitu:
- Deconstruction: Apa pekerjaan terkecil yang bisa saya mulai kerjakan?
- Selection: Mana 20 persen terpenting dari pekerjaan saya?
- Sequencing: Bagaimana urutan pengerjaannya?
- Stakes: Apa kerugian/keuntungan yang akan muncul dari pekerjaan ini?
Ingatlah empat proses tersebut setiap kali kamu menghadapi hal baru, maka kamu akan bisa beradaptasi dengan lebih optimal. Sampai jumpa di kiat-kiat profesional berikutnya!