Ketika kamu menjalankan sebuah bisnis, kamu harus memperhatikan satu hal yang terpenting: kamu ingin agar penggunamu puas dan senang. Salah satu hal untuk mencapai hal ini adalah dengan memberikan mereka pengalaman pengguna — atau user experience (UX) — yang menyenangkan.
Dalam era digital seperti sekarang, desain UX sangatlah penting. Aspek ini menentukan apakah sebuah aplikasi atau situs web dapat dengan cocok dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.
Pada artikel kali ini, kita akan mengupas sedikit tentang bagaimana membuat strategi yang efektif untuk merancang sebuah desain UX.
[postingan number=3 tag=”belajar-koding”]
Produk yang baik bukan segalanya
Bayangkan sebuah startup yang memiliki sebuah produk yang sangat potensial. Mereka telah merancang produk mereka dengan sangat teliti dan mengincar pasar yang cukup ramai. Ketika mereka meluncurkan produk mereka, ternyata respons pasar tidak seperti yang mereka harapkan. Mengapa hal ini dapat terjadi?
Usut punya usut, ternyata perusahaan tersebut menemukan kesalahan mereka berada pada cara mereka dalam merancang pengalaman pengguna. Mereka akhirnya melakukan penyesuaian terhadap desain UX yang mereka miliki. Sayangnya, tetap saja angka pengguna yang mereka harapkan masih belum memuaskan.
Ternyata bukan desain UX yang menjadi masalah, tetapi masalah tersebut terjadi karena desain UX yang mereka rancang tidak sesuai dengan strategi bisnis yang mereka miliki. Inilah pentingnya strategi dalam merancang UX. Kamu tidak bisa hanya berasumsi untuk membuat desain UX. Kamu harus “mendengarkan” suara pengguna yang ada agar dapat membuat sebuah produk yang menjawab kebutuhan mereka.
[postingan number=3 tag=”programming”]
Bagaimana cara untuk membuat sebuah desain UX yang dapat menjawab kebutuhan pengguna? Ada beberapa elemen inti yang harus kamu perhatikan dalam menyusun strategi UX, antara lain:
- Strategi bisnis
- Inovasi dari nilai produk
- Hasil penelitian pengguna yang telah divalidasi
- Desain yang terkini.
Rancanglah strategi bisnis dan berinovasi untuk menjadi yang terdepan
Strategi bisnis adalah DNA dari perusahaan. Hal tersebut akan menjadi patokan utama untuk perusahaanmu dalam mengambil berbagai keputusan. Secara umum, strategi bisnis harus memiliki kelebihan kompetitif yang membedakanmu dengan perusahaan lainnya.
Ada dua hal yang dapat kamu lakukan untuk mendapatkan kelebihan ini. Yang pertama adalah diferensiasi.
Tawarkan produk yang berbeda dari kompetitormu dan buat pengguna rela untuk membayar lebih mahal.
Inilah yang membuat Warunk Upnormal dapat menjual sebuah mi instan jauh lebih mahal ketimbang warung makan mi instan lainnya. Perbedaannya adalah dari segi pengalaman pengguna.
Cara yang kedua untuk mendapatkan keunggulan kompetitif adalah dengan membuat produkmu lebih murah. Salah satu contoh yang cukup sukses adalah Sale Stock. Dengan harga yang murah, Sale Stock berhasil menarik para penggiat fesyen tanah air untuk dapat terus membeli produk dari mereka. Harga yang murah menjadikan Sale Stock sulit untuk ditandingi oleh kompetitornya.
[postingan number=3 tag=”belajar”]
Tentu saja, strategi terbaik adalah dengan mengombinasikan kedua aspek, yakni diferensiasi dan nilai produk. Hasil dari sinergi ini adalah inovasi nilai produk. Kamu dapat mencapai sinergi ini dengan membuat produk yang belum memiliki pesaing dengan harga yang ekonomis. Dengan melakukan ini, kamu memasuki area yang bernama blue ocean, di mana kamu dapat bereksplorasi dengan ide yang kamu miliki tanpa perlu mengkhawatirkan adanya kompetitor.
Manfaatkan user research dan desain UX untuk membangun strategi UX yang kuat
Seringkali ide brilian tercetus di kepala, namun sayangnya ide tersebut belum/tidak dapat menjawab kebutuhan pasar. Dengan melakukan user testing, kita dapat mengujikan ide tersebut — apakah memang berfaedah untuk pengguna atau tidak. Dengan masukan pengguna dari user testing, kamu dapat membuat produk yang lebih baik lagi.
Facebook adalah salah satu contoh yang menerapkan user testing ini. Sebelum meluncur ke publik, Mark Zuckerberg mengujikan produknya ini kepada para mahasiswa di Harvard University untuk melihat apakah Facebook memang dapat diterima dengan baik atau tidak. Setelah meluncur, Mark dan timnya terus menerus meningkatkan kualitas produknya dengan informasi yang mereka terima dari pengguna.
Walaupun user testing dapat membantumu untuk membuat produk yang luar biasa, produk tersebut tidak akan dapat berbuat banyak tanpa adanya desain UX yang menarik. Desain UX akan mengambil peranan yang sangat penting untuk menentukan apakah produk akan digunakan oleh pengguna atau tidak.
[postingan number=3 tag=”aov”]
Salah satu contoh yang menarik adalah Airbnb. Perusahaan tersebut berhasil menciptakan sebuah platform yang sangat tepat guna — yang memberikan pengguna pilihan untuk mencari penginapan sesuai dengan keinginan mereka. Dengan menciptakan desain UX yang sesuai dengan kebutuhan pengguna, kamu akan mampu mengikat konsumen untuk terus menggunakan produk yang kamu buat.
Pentingnya menguji seluruh ide yang kamu miliki
Sebuah ide tidak akan mampu menjawab kebutuhan pengguna apabila belum diujikan sepenuhnya. Untuk dapat mengujikan sebuah ide, kamu membutuhkan tool untuk dapat mengetahui kelebihan yang produkmu tawarkan — dan salah satu tool yang dapat kamu gunakan adalah persona.
Persona adalah sebuah karakter fiktif yang kamu gunakan untuk menentukan jenis pengguna yang kamu incar. Persona ini akan mewakili karakteristik seperti tingkat pendidikan, umur, tingkat pendapatan, pekerjaan, serta informasi lainnya yang relevan. Dari informasi yang kamu dapat, kamu akan mampu untuk menilik lebih dalam tentang perilaku pengguna, seperti:
- Smartphone apa yang ia gunakan?
- Seberapa sering ia memiliki waktu luang? atau
- Seberapa besar pengaruhnya ketika ia menggunakan produkmu?
Setelah itu, buatlah daftar pertanyaan yang akan dijawab oleh persona tersebut, seperti apa yang memotivasi mereka untuk memilih produk yang kamu kembangkan. Dengan jawaban yang kamu dapatkan dari pertanyaan tersebut, kamu akan mampu untuk merancang sebuah produk yang lebih baik lagi.
Tentu saja hal ini hanya sebatas hipotesis. Untuk mengetahui keinginan pengguna yang sebenarnya, kamu harus melakukan wawancara terhadap penggunamu di dunia nyata. Dengan wawancara yang kamu lakukan, kamu akan mengujikan hipotesis yang kamu miliki dengan fakta yang kamu dapat dari pengguna sungguhan. Setelah kamu melakukan wawancara, langkah selanjutnya kamu akan mengevaluasi hasilnya. Apakah hipotesismu sepakat dengan hasil wawancaramu? Jika ya, kamu kini memiliki fakta untuk mendukung ide yang kamu miliki.
Lakukan penelitian dan analisis terhadap kompetisi yang ada
Seorang atlet akan menghabiskan berjam-jam waktu mereka untuk mempelajari strategi lawan sebelum bertanding. Hal yang sama harus kamu lakukan untuk mempelajari kompetitor dan mengetahui cara mereka untuk menyelesaikan masalah. Dengan ini kamu akan membangun kelebihan kompetitif yang lebih dari perusahaan lain.
Semakin dalam kamu menggali, semakin banyak yang akan kamu temukan. Hal ini penting untuk membangun sebuah pola pikir yang akan membedakanmu dengan kompetitor.
[postingan number=3 tag=”bisnis”]
Ketika kamu mengembangkan sebuah produk, kamu harus mencari produk yang serupa dengan yang kamu kembangkan. Dari sana, kamu dapat melihat lebih dekat bagaimana produk tersebut dikembangkan serta bagaimana produk tersebut mendapatkan modal.
Cari tahu juga bagaimana mereka mendapatkan uang dari produk tersebut. Apakah lewat iklan di media cetak? iklan media sosial? atau lewat sistem berlangganan? Juga, ketahui bagaimana mereka mendapatkan traffic di internet dengan layanan gratis seperti Alexa atau Quantcast. Untuk layanan yang berbasis aplikasi mobile, kamu dapat menggunakan AppAnnie.
Ketika kamu telah mengumpulkan semua informasi, kamu dapat memindahkannya ke spreadsheet dan mulai untuk menganalisisnya. Sebagai contoh, kamu dapat menyortir jumlah traffic untuk mengetahui situs mana yang bekerja paling optimal. Kamu juga dapat memecah kompetitor menjadi dua bagian, Kompetitor langsung (yang mengincar segmen konsumen serta memiliki jenis produk yang sama denganmu) atau kompetitor tidak langsung (memiliki produk yang sama namun target audiens berbeda, atau produk yang berbeda namun target audiens sama)
Ketahui keunggulan kompetitif dari produkmu
Untuk dapat meraih sukses, sebuah produk harus berfokus kepada pengalaman yang sangat penting bagi pengguna. Untuk menentukan hal ini, kamu dapat memikirkan tentang aspek mana dari produkmu yang membedakannya dengan kompetitor. Di manakah keunggulan kompetitif produkmu berada?
Berangkat dari pertanyaan tersebut, kamu dapat mulai menggali lebih dalam tentang pengalaman apa yang menjadikan produkmu berbeda. Ketika kamu telah berhasil mengidentifikasi hal-hal tersebut, kamu kini siap untuk menghadapi kompetitor — baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk dapat unggul dalam kompetisi, kini tugasmu adalah mengidentifikasi berbagai fitur yang nantinya akan membangun produkmu. Simpelnya, ini adalah kesempatanmu untuk terinspirasi dari berbagai teknologi yang telah ada dan mengombinasikannya dengan cara berbeda dalam produk yang baru.
[postingan number=3 tag=”founder”]
Contoh menarik yang dapat menginspirasimu adalah Airbnb. Untuk menghadirkan pengalaman yang lebih menyenangkan bagi pengguna mereka, Airbnb mengintegrasikan elemen Google Maps ke dalam aplikasi untuk mempermudah pengguna mencari penginapan yang sesuai dengan lokasi yang mereka inginkan.
Setelah kamu mengetahui hal-hal di atas, yang harus kamu lakukan adalah membuat sebuah sketsa dari produk yang dapat kamu gunakan nantinya untuk pengembangan produk. Dengan sketsa ini, kamu akan memiliki sebuah gambaran besar dari berbagai fitur kunci pada produk yang kamu kembangkan.
Dengan melebur strategi bisnis dan desain UX, kamu akan menciptakan sebuah produk yang dapat merajai kompetisi. Dimulai dari mengetahui keunggulan kompetitif produkmu, kamu akan menghasilkan sebuah produk yang unik, berdesain terkini, serta digilai pengguna. [tia/ap]