Media online sempat dihebohkan bulan lalu dengan sebuah penelitian oleh Josh Terrel dan tim yang memperlihatkan adanya diskriminasi gender di dalam GitHub, sebuah situs yang memungkinkan para programmer dari seluruh dunia menyumbangkan kode program mereka yang kemudian ditinjau oleh pengguna lainnya.
Vice dengan berani menulis artikel dengan judul yang mengatakan bahwa wanita lebih unggul dalam urusan pemrograman daripada pria.
Artikel yang ditulis pada tanggal 12 Februari itu hanya menyinggung penelitian yang dilakukan oleh Josh dalam dua paragraf saja, termasuk kalimat yang menerangkan bahwa penemuan tersebut menunjukkan pengguna GitHub lebih menyukai kode program yang ditulis oleh programmer wanita yang merahasiakan gendernya.
Sang penulis, Diana Tourjee, kemudian melanjutkan dengan kalimat yang menurut saya pantas mendapatkan penghargaan Pulitzer:
Feminisme telah mengajarkan kita bahwa hampir seluruh pria masih menganut paham seksisme. Seperti yang ditunjukkan oleh data dari GitHub, entah para pria di sana memandang wanita secara setara atau tidak, hasil kerja para wanita dinilai sebelah mata. Di dunia maya, pemikiran jahat semacam ini mengancam keberadaan wanita di dunia teknologi.
Business Insider juga ikut memanaskan suasana dengan artikel mereka yang mengutarakan bahwa hasil penelitian terbaru menunjukkan sulitnya menjadi seorang programmer wanita, terutama di dunia perangkat lunak open source yang sangat didominasi oleh pria ini.
Sedangkan BBC melaporkan penelitian ini dengan nada yang lebih netral dan terbuka, meskipun isinya kurang lebih masih sama dengan media lain. Mereka melaporkan bahwa kode program yang ditulis oleh wanita lebih cenderung untuk disetujui dan disukai daripada yang ditulis oleh pria, namun hanya jika gender mereka dirahasiakan.
Sekarang saatnya kamu mengetahui kebenaran di balik penelitian tersebut:
Penelitian tersebut belum melalui peer review
Peer review adalah proses di dalam dunia sains di mana sebuah hasil penelitian dievaluasi terlebih dahulu oleh peneliti lain, sebelum diresmikan menjadi jurnal akademis. Peer reviewadalah langkah terpenting untuk melakukan verifikasi terhadap kredibilitas sebuah penemuan.
Masalahnya, hasil penelitian yang sempat dihebohkan ini belum melewati proses peer review. Sang peneliti mengunggah hasil penelitiannya ke internet hanya untuk mendapatkan masukan publik.
Apabila kamu mengunjungi situs PeerJ, tempat laporan tersebut diunggah, kamu akan menemukan tulisan besar berwarna merah di bagian atas yang mengatakan bahwa laporan ini belum melalui peer review. Tidak mungkin tulisan ini luput dari penglihatan orang-orang.
Dari tiga media yang saya sebutkan di atas, hanya BBC yang mengatakan fakta ini. Entah dua media lainnya tidak tahu apa itu peer review, atau memilih mengabaikan fakta ini hanya untuk mendapatkan banyak klik.
Media tidak melihat keseluruhan fakta
Ini adalah grafik di dalam penelitian yang menghebohkan para media:
Sayangnya, media memilah fakta yang ada hanya dengan melihat grafik sebelah kanan, yang menunjukkan statistik untuk programmer asing, artinya mereka yang bukan terlibat dalam proyek apapun. Di GitHub, semua orang dapat menyumbangkan kode program mereka untuk sebuah proyek.
Seperti yang kamu bisa lihat, memang benar bahwa kode program yang ditulis oleh wanita di luar proyek GitHub yang gendernya dirahasiakan memiliki kesempatan lebih tinggi untuk disetujui oleh pemilik proyek (sekitar 72 persen) ketimbang apabila jenis kelamin mereka disebutkan (sekitar 62 persen).
Namun, media seperti mengabaikan fakta bahwa hal ini juga berlaku pada pria, meskipun penurunan yang mereka alami tidak setinggi wanita. Persentase kode mereka untuk bisa disetujui juga menurun dari sekitar 69 persen menjadi sekitar 63 persen.
Hal lain yang cukup mengejutkan adalah, di antara para kolaborator proyek, tidak ada bukti diskriminasi terhadap perempuan.
Faktanya, wanita yang ikut berkolaborasi dalam suatu proyek dan tidak merahasiakan gendernya memiliki persentase persetujuan lebih tinggi atas kode program yang mereka tulis.
Jadi, apakah benar bahwa ada “pemikiran jahat” di dalam GitHub? Kenyataannya ternyata lebih berbeda dengan apa yang Vice utarakan kepadamu.
Kesimpulan
Hal yang dibeberkan pada grafik di atas, bahwa wanita yang bekerja di dalam sebuah proyek memiliki persentase persetujuan lebih tinggi daripada pria atau wanita di luar proyek, mungkin menunjukkan bahwa wanita adalah programmer yang lebih baik daripada pria. Namun sebenarnya masing-masing gender masih mendiskriminasi satu sama lain.
Fakta ini berpotensi untuk menjadi sebuah kesimpulan, namun masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Para peneliti sendiri mengakui bahwa mereka melupakan satu hal krusial yang menunjukkan fakta bahwa programmer perempuan lebih keras kepada sesama perempuan, dan pria lebih tegas kepada sesamanya.
Sehingga, jika jumlah laki-laki yang menyetujui kode program di GitHub lebih banyak daripada wanita, bukankah ini artinya kode program yang ditulis oleh wanita justru lebih mudah disetujui ketimbang pria?
Faktanya, kemungkinan wanita di GitHub adalah programmer yang lebih baik daripada pria adalah karena diskriminasi gender. Namun jangan salah sangka dulu. Maksudnya, wanita pada umumnya menghadapi tantangan yang lebih sulit ketika hendak masuk ke dunia teknologi, sehingga hanya wanita terbaik yang dapat lolos. Hasilnya, jumlah programmerwanita lebih sedikit, akhirnya secara rata-rata kualitas mereka terlihat lebih tinggi.
Penelitan ini menyebutkan bahwa bias gender juga terjadi di disiplin ilmu sains, teknik, dan matematika, yang tidak akan saya bahas lebih lanjut.
Saya ingin menyampaikan satu hal terakhir di artikel ini. Apabila kita ingin melihat kesetaraan gender di tempat kerja, hal ini tentu tidak akan tercapai dengan mengorbankan pemberitaan yang kredibel dan diskusi dari sudut pandang berbeda.
Sayangnya, pemberitaan media—dan para penulisnya yang ingin mewujudkan gerakan kesetaraan gender—justru sama sekali tidak memberikan dampak positif.
(Diterjemahkan oleh Audi Eka Prasetyo dan diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)