Sebuah startup memiliki peluang sukses lebih besar ketika mampu menguji dan melakukan validasi ide startup yang dimilikinya. Dengan berinteraksi terhadap orang lain serta menanyakan pertanyaan yang tepat, kamu dapat menguji apakah ide milikmu benar-benar dapat menyelesaikan masalah atau tidak. Selain itu, kamu juga akan mengetahui calon konsumen dan ketersediaan pasar untuk produk yang kamu kembangkan.
Salah satu risiko terbesar dari mengembangkan sebuah produk adalah mendesain sesuatu yang salah. Bayangkan ketika kamu sudah menghabiskan waktu berbulan-bulan—bahkan tidak sedikit yang telah menghabiskan bertahun-tahun—hanya untuk mengetahui bahwa apa yang kamu kembangkan tidak akan sukses.
[postingan number=3 tag=”hacker”]
Jadi, bagaimana cara yang paling tepat untuk menguji dan memvalidasi ide menggunakan metode Lean dalam bisnis?
Validasi dulu ide yang kamu miliki
Sebelum memutuskan untuk mengembangkan sebuah ide, kamu terlebih dahulu harus melakukan validasi terhadap ide tersebut. Beberapa pertanyaan berikut akan membantumu untuk melakukannya:
- Validasi masalah yang dihadapi. Apakah masalah tersebut layak untuk diselesaikan? Apabila calon pengguna tidak berminat atas solusi yang kamu tawarkan, produk yang akan kamu kembangkan mungkin tidak akan menarik.
- Validasi pasar untuk menjual produk. Apakah kamu merasa bahwa solusi yang kamu buat akan memiliki tempat di hati masyarakat?
- Validasi produk/solusi yang kamu buat. Mungkin masalah tersebut memang nyata dan masyarakat membutuhkannya, tetapi apakah produk yang kamu buat memang dapat menjadi solusi dari permasalahan?
- Validasi keinginan untuk membeli dari konsumen. Masalah terbukti ada, permintaan pasar pun besar, juga produk yang kamu buat adalah yang terbaik. Tetapi apakah masyarakat rela untuk merogoh kocek masing-masing demi solusi yang kamu buat?
[postingan number=3 tag=”startup”]
Apakah kamu perlu menyelesaikan keempat tahap di atas secara berurutan? Jawabannya akan bergantung kepada ide yang kamu jalankan. Beberapa solusi lebih mudah diuji dengan membuat sebuah situs web (validasi permintaan pasar) ketimbang membuat prototipe (validasi produk).
Apabila kamu telah benar-benar yakin telah memenuhi keempat kriteria tersebut, kamu dapat langsung melanjutkan ke tahap pengembangan produk. Bagi kamu yang masih belum yakin, kamu dapat selalu kembali ke tahap validasi untuk mempertajam ide hingga kamu merasa bahwa solusi tersebut siap untuk masuk ke tahap produksi.
Validasi masalah yang dihadapi
Walau poin ini adalah sorotan utama dari ide yang kamu cetuskan, ternyata tidak sedikit pihak yang melewatkan langkah ini. Tidak peduli betapa yakinnya kamu terhadap ide, kamu harus menentukan salah satu masalah yang memang patut diselesaikan dengan solusi yang kamu ciptakan.
Untuk melakukannya, ada beberapa cara seperti:
- Meminta beberapa orang untuk mencoba produk/solusimu. Ini dapat menjadi awal yang baik bagi pengujian produk atau solusi yang kamu buat. Apakah ide yang kamu cetuskan memang layak untuk menyelesaikan sebuah permasalahan? Atau hanya akan berakhir pada asumsi kosong yang tidak aplikatif?
- Wawancara pengguna. Dengan duduk bersama beberapa orang dan mewawancarai mereka, kamu akan mengetahui berbagai masalah yang dihadapi serta apa yang dapat dilakukan untuk menyelesaikannya.
- Melakukan penelitian demografis dan etnografis. Penelitian adalah cara terbaik untuk mengetahui perilaku, motivasi, serta kognitif seseorang. Selain itu, penelitian juga dapat mengungkap berbagai masalah baru yang mungkin saja menarik untuk kamu kupas lebih dalam.
- Survei. Metode termudah untuk memvalidasi masalah, namun sangat rentan untuk bias. Kamu dapat menggunakan survei untuk melengkapi metode validasi masalah lainnya.
Dengan meneliti pengguna, kamu dapat menghindari asumsi pribadi yang akan menghambat pengembangan solusi. Ingatlah, kamu bukan pengguna awam karena telah terlalu banyak tahu tentang masalah yang kamu hadapi. Bisa saja solusi yang menurutmu terbaik ternyata justru sebaliknya di mata pengguna.
[postingan number=3 tag=”startup”]
Sebagai pemilik ide, caramu memandang sebuah permasalahan kini telah bias. Dengan masukan dari pengguna lain, kamu dapat meyakinkan diri bahwa kamu sedang berusaha menyelesaikan permasalahan yang nyata, bukan yang hanya ada dalam pikiranmu.
Validasi pasar untuk menjual produk
Tak ada gunanya membuat sesuatu yang tidak bisa kamu jual. Ketika kamu telah selesai berbicara dengan beberapa pengguna dan memang masalah tersebut ada, kamu harus meyakini bahwa ada potensi besar dari pasar yang menanti solusi darimu.
Seberapa besar sih pasar yang saya incar? Tergantung dari jenis produk dan bisnis yang kamu miliki. Kamu bebas membidik segmen pasar mana pun, tetapi yakinkan kembali bahwa pasar tersebut memang ada untuk produk atau solusi yang ingin dipasarkan. Kamu tidak ingin membidik pasar menengah ke bawah untuk menjual mobil Ferrari, bukan?
Bagaimana jika saya ingin menciptakan pasar sendiri? Boleh saja, tetapi kamu patut berhati-hati terhadap asumsi yang kamu miliki. Yakinkan kembali bahwa kamu memiliki pengetahuan yang mendalam terhadap pasar yang ingin kamu ciptakan.
Berikut ini adalah beberapa tool yang dapat kamu gunakan:
- Google Trends. Tool ini dapat membantumu mengetahui tren yang sedang marak di internet. Dari hasil yang ada, kamu dapat menentukan, apakah memang pasar sedang mencari solusi yang sedang kamu kembangkan atau tidak. Walau data yang ada terbilang kasar, namun ini dapat menjadi gambaran awal yang baik ketika kamu menentukan pasar.
- Google Adwords Planner. Tool ini akan membantumu mengetahui data pencarian rata-rata selama sebuah dari sebuah keyword di mesin pencari. Selain itu, tool ini juga akan memberikan data perkiraan dari kompetitor serta saran lain yang dapat kamu gunakan.
- Meneliti apa yang kompetitor lakukan. Dengan mengetahui apa yang para kompetitor lakukan di pasar, kamu dapat memperkirakan tentang “jurus” apa yang akan mereka keluarkan di masa depan. Selain itu, hal ini akan memungkinkanmu mengetahui lebih banyak tentang pasar tempatmu akan menjual solusi tersebut.
Bagaimana jika saya tidak dapat menemukan kompetitor? Kemungkinannya ada dua, bisa jadi memang tidak ada bisnis yang bermain di ranah tersebut (kemungkinannya kecil) atau memang kamu yang belum cukup dalam melakukan penelitian.
[postingan number=3 tag=”founder”]
Setelah kamu berhasil melakukan validasi terhadap pasar, kini saatnya melakukan bagian yang paling menyenangkan: validasi produk.
Validasi produk/solusi yang kamu buat
Hanya ada satu cara yang dapat kamu lakukan untuk memastikan bahwa produk atau solusi yang kamu buat memang dapat menyelesaikan masalah, yaitu membuat sebuah prototipe.
Kamu tidak perlu menjadi seorang engineer untuk membuat prototipe ini. Kamu hanya perlu mengetahui seluk-beluk tentang produk atau solusi yang kamu buat. Untuk mengembangkannya, kamu dapat mengajak seseorang untuk menjadi seorang CTO, atau bahkan mempekerjakan seorang freelanceruntuk menguji validitas dari produk atau solusi tersebut.
Ketika kamu telah berhasil membuat sebuah prototipe, kamu harus mengujinya dengan bantuan pengguna. Ini dilakukan untuk mengumpulkan feedback dan mempelajari user behavior ketika sedang menggunakan solusi tersebut. Kembali lagi, kamu harus yakin betul bahwa produk atau solusi yang kamu rancang memang dapat menyelesaikan masalah secara tepat.
Uji prototipe dengan pengguna
Sebuah prototipe yang kamu sukai belum berarti telah valid di mata pengguna. Agar produk atau solusi dapat diterima dengan baik, kamu harus mengumpulkan feedback dari pengguna.
[postingan number=3 tag=”facebook”]
Fase ini dapat menjadi hal yang sulit, terutama apabila kamu belum pernah melakukannya. Agar kamu mendapatkan pengguna yang bersedia untuk menjalankan pengujian, kamu harus berani untuk keluar dari lingkunganmu dan aktif mencari mereka. Bagi sebagian orang, mungkin upaya ini lebih sulit dari sekadar berada di belakang meja dan bermain dengan hipotesis.
Ketika kamu berhasil melakukan pengujian, kamu akan melihat bahwa proses ini tidak hanya menghasilkan insight yang berharga, tetapi juga menyenangkan untuk dilakukan.
Apabila kamu dapat menemukan orang yang tepat sebagai subjek pengujian, ini adalah permulaan yang baik. Tetapi apabila kamu tidak dapat menemukannya, kamu dapat meminta siapa saja untuk melakukan tes. Walaupun hal ini akan berpotensi menimbulkan hasil yang salah, namun apabila dilakukan dengan tepat, hal ini akan mempermudahmu untuk melakukan user testing.
[postingan number=3 tag=”hacker”]
Tujuan utama melakukan validasi produk adalah untuk meyakinkan kembali bahwa produk yang kamu buat dapat menyelesaikan masalah dengan cara paling efektif. Mungkin pada awalnya kamu tidak dapat melakukan pengujian dengan sempurna, tetapi seiring berjalannya waktu, kemampuanmu untuk menguji akan menentukan kualitas akhir produk.
Setelah kamu berhasil melakukan validasi produk atau solusi, kini saatnya menuju tahap akhir dari proses validasi.
Validasi keinginan untuk membeli dari konsumen
Ada banyak cara untuk memvalidasi hal ini, tetapi tantangan terbesarnya adalah kita tidak dapat serta-merta mempercayai kata pengguna. Bagi orang-orang, terutama mereka yang mengenal kamu, mereka akan dengan mudah mengatakan, “Oh, bagus kok! Saya pasti beli!” Tetapi ketika diminta untuk benar-benar melakukannya, kenyataan bisa berkata lain.
Untuk memulai tahap ini, kamu dapat membuat sebuah situs web untuk melakukan validasi. Ada beberapa tool yang dapat kamu gunakan, antara lain:
- Squarespace: Kamu dapat membuat sebuah situs web berpenampilan cantik dengan mudah di sini.
- Webflow: Buat situs web dengan berbagai panel kustomisasi yang menarik.
- QuickMVP: Bagi kamu pengguna yang nonteknis, QuickMVP mungkin dapat menjadi pilihan terbaikmu. Berbagai fitur yang ada akan mempermudahmu untuk membuat sebuah situs web sambil mengetahui alur paling tepat untuk menempatkan iklan dan mencatat statistik dari pengguna.
Ada beberapa elemen yang harus kamu sertakan di dalam situs webvalidasi, seperti:
- Deskripsikan produk atau solusi yang ingin kamu tawarkan sejelas mungkin.
- Sorot nilai tambah yang kamu tawarkan dalam produk atau solusi yang kamu jual.
- Jelaskan kendala potensial apa saja yang mungkin akan dihadapi pengguna. Bisa berupa FAQ atau deskripsi singkat yang jelas.
- Tambahkan tombol call-to-action untuk membimbing pengguna melakukan pembelian. Jaga penggunaan kata-kata agar jelas dan tidak berbelit.
- Jangan lupa untuk menyertakan formulir pengumpulan email pada halaman pembayaran, jadi kamu dapat mengumpulkan email dari para pelanggan potensial. Kamu dapat memanfaatkan Mailchimp untuk melakukan hal ini.
- Karena situs web yang kamu buat adalah sebuah dummy, sertakan pesan maaf serta jelaskan mengapa kamu melakukan eksperimen tersebut sebelum transaksi berakhir. Dengan ini, kamu akan meyakinkan pengguna bahwa mereka tidak akan mendapatkan produk apa pun dari transaksi fiktif tersebut.
- Jangan lupa juga untuk menjalankan skrip analytics pada halaman web agar kamu dapat melacak pengguna yang berinteraksi dengan situs web tersebut. Google Analytics adalah pilihan terbaikmu.
Setelah situs validasi ini siap untuk berjalan, kamu harus mengarahkan trafficuntuk mengakses situs ini. Salah satu cara terbaik adalah menggunakan jasa Facebook Ads dan Google AdWords.
Kedua layanan berbayar tersebut mungkin akan sedikit memberatkanmu dari segi biaya, tetapi risiko yang akan kamu ambil akan semakin kecil apabila kamu telah mendapatkan traffic yang lebih terarah ke dalam situs web validasi tersebut.
Adapun beberapa metrik kunci yang harus kamu perhatikan, antara lain:
- Conversion rate: Berapa banyak pengunjung yang memutuskan untuk membeli produk yang kamu tawarkan.
- Detail seluruh penjualan fiktif: Ini akan membantumu mendapatkan ide tentang kemampuan pengguna untuk membeli produk—sekaligus membantumu untuk menentukan segmen pasar yang ingin kamu incar.
- Cart abandonment rate: Metrik ini juga akan menentukan, apakah pengguna benar-benar tertarik dengan produkmu hingga mereka melakukan pembelian, atau tidak.
Untuk dapat mengetahui informasi lebih dalam, kamu juga dapat melakukan beberapa hal berikut ini:
- A/B Testing: Gunakan dua versi konten yang berbeda dan lihatlah apakah ada yang lebih baik dalam mempengaruhi konversi pengguna. Hanya saja, metode ini baru dapat benar-benar efektif apabila situs web yang kamu gunakan memiliki traffic cukup untuk dibandingkan satu sama lain.
- Berbicara langsung dengan konsumen: Kamu dapat mengirimkan pesan dan newsletter kepada para pengguna yang menjelaskan bahwa produk milikmu telah berkembang. Kamu juga dapat bertanya langsung kepada mereka untuk mengerti keinginan serta motivasi masing-masing. Ini dapat menjadi cara yang menarik untuk mempelajari konsumen potensial nanti.
Melakukan validasi dari sebuah produk atau solusi memang tidak mudah. Bahkan ketika kamu telah berhasil melakukannya, belum tentu produk atau solusi yang kamu kembangkan dapat dengan mudahnya mendulang rupiah. Validasi hanyalah langkah awal dari kesuksesan produk yang kamu kembangkan. [tia/ap]