Pada tahun 2012, dunia belanja online di Asia Tenggara dihebohkan dengan kehadiran Zalora, platform e-commerce yang didirikan dan didukung oleh venture builder asal Jerman, Rocket Internet. Namun, seiring berjalannya waktu, Zalora harus bersaing dengan pesaing baru seperti TikTok dan Shein yang semakin populer.
Meskipun demikian, Zalora tetap memiliki keunggulan dalam beberapa aspek yang mungkin tidak diketahui banyak orang. Meski tidak mendominasi pasar e-commerce di Asia Tenggara, Zalora berhasil mencatatkan laba, suatu pencapaian yang masih sulit ditemui oleh sebagian besar pesaingnya. Salah satu faktornya adalah pertumbuhan solusi pemenuhan (fulfillment) e-commerce yang ditawarkan kepada pelaku bisnis dan penjual.
Pada tahun 2022, Zalora mencetak margin adjusted EBITDA sebesar 0,7% dari pendapatan. Jumlah pengguna yang aktif mencapai 2,9 juta, menghasilkan nilai barang dagangan bersih sebesar €412 juta. Namun, perjalanan Zalora untuk mencapai posisi ini tidaklah singkat. Sebagai bagian dari Global Fashion Group (GFG), Zalora terpaksa menjual bisnisnya di Thailand dan Vietnam pada tahun 2016 agar GFG dapat fokus pada pasar yang lebih menjanjikan.
Meskipun bersaing dengan pesaing global seperti Shein, Zalora tetap mempertahankan posisinya dengan menargetkan pasar yang berbeda. Fokus utama Zalora adalah pada pelanggan berusia 25 hingga 40 tahun, lebih tua dibandingkan pelanggan Shein yang lebih muda. Zalora menyediakan lebih dari 3.000 merek, termasuk merek terkenal seperti Nike, Adidas, Mango, dan Old Navy. Keunggulan Zalora terletak pada kemampuannya untuk menarik merek-merek unggulan dari seluruh dunia.
Selain sebagai platform e-commerce, Zalora juga berhasil menjadi tulang punggung bagi merek-merek tersebut melalui solusi B2B. Merek internasional dapat memanfaatkan solusi logistik, pemenuhan, dan pemasaran dari Zalora untuk menjangkau pelanggan yang telah “dikurasi” oleh platform selama 11 tahun terakhir.
Tantangan yang dihadapi oleh merek-merek tersebut, terutama yang baru, adalah investasi dalam sistem logistik dan gudang lokal. Dalam hal ini, Zalora berperan sebagai pendukung utama dengan menyediakan solusi dropshipping lokal atau internasional.
Zalora juga terus meningkatkan loyalitas pelanggan dengan meluncurkan program keanggotaan VIP. Dengan biaya tahunan, anggota Zalora VIP (ZVIP) dapat menikmati berbagai keuntungan, termasuk diskon, pengiriman gratis, dan cashback tambahan. Program ini telah berhasil meningkatkan frekuensi pemesanan dan jumlah pengeluaran dari anggota ZVIP.
Pada masa mendatang, Zalora menghadapi perkembangan baru di industri e-commerce, terutama dengan maraknya social commerce. TikTok Shop, meskipun mengalami pemblokiran di Indonesia, diperkirakan akan menjadi pesaing utama dengan pangsa pasar e-commerce sebesar 13,9% di Asia Tenggara. Meskipun Zalora telah mencoba live streaming, perusahaan melihat potensi lebih luas dalam konsep social commerce, termasuk konten video on-demand.
Sementara Zalora bersiap menghadapi era social commerce, Chief Revenue and Marketing Officer, Achint Setia, optimis bahwa masih banyak ruang pertumbuhan untuk industri e-commerce di Asia Tenggara. Dengan teknologi AI dan fokus pada keinginan konsumen, Zalora berencana terus menjadi pemimpin di pasar yang masih memiliki banyak peluang pertumbuhan.