Pada bulan Agustus 2016 lalu, satu lagi game karya developer asal Indonesia telah dirilis untuk PC via Steam. Game tersebut berjudul Just Deserts, dating sim unik yang menggabungkan tema perang melawan alien dengan kisah cinta dan unsur manajemen. Meski memiliki kekurangan di sisi antarmuka, Just Deserts tetap berhasil menghibur berkat kualitas visual tinggi, cerita menarik, serta soundtrack yang sangat keren.
Kreator di balik Just Deserts adalah studio game asal Jakarta bernama Vifth Floor. Pada kesempatan ini, kami akan mengajakmu untuk mengenal lebih dekat tentang studio yang usianya masih relatif baru ini. Mulai dari kisah pendiriannya, perjuangan hingga mendapatkan penerbit, sampai kesuksesan Just Deserts yang diam-diam ternyata mendatangkan banyak investor. Simak di bawah.
Berasal dari gedung kampus lantai lima
Alkisah, di lingkungan kampus Universitas Indonesia, tersebutlah sebuah gedung yang sering digunakan sebagai tempat nongkrong oleh para mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer. Salah satu lantai gedung tersebut, tepatnya lantai lima, kerap menjadi tempat bermain video game. Rudy Rachman Indrawanto, produser sekaligus pendiri Vifth Floor, juga termasuk “penghuni” tempat itu.
Kesukaan bermain game kemudian berubah menjadi ketertarikan untuk menciptakan karya sendiri. Rudy bercerita, “Awalnya saya mengajak beberapa teman satu fakultas untuk membuat suatu karya digital yang dikerjakan dengan kualitas visual menonjol. Setelah didiskusikan, kami memilih mengerjakan semacam visual novel, karena pengerjaannya dianggap tidak terlalu memakan waktu dan kompleksitasnya rendah.”
Dengan tim beranggota tiga orang, Rudy mulai mengerjakan visual novel dengan judul VOID pada tahun 2015. Visual novel ini mengangkat tema dunia mafia dengan bumbu dark comedy, dan direncanakan memiliki waktu main hingga sepuluh jam. Sayangnya, proyek ini gagal karena mereka tidak mendapat pendanaan.
“Waktu itu kami menggunakan Indiegogo untuk pendanaan, namun hasilnya jauh dari target. Dalam waktu yang cukup berdekatan, kami beruntung dapat investasi dari suatu pihak yang tertarik. Namun karena kami lihat VOID kurang berprospek saat itu, kami pindah mengerjakan Just Deserts,” jelas Rudy.
Kolaborasi lintas negara
Ketika baru berdiri, anggota Vifth Floor memang berasal dari gedung kampus lantai lima. Tapi seiring berjalannya waktu dan semakin seriusnya proyek berjalan, studio ini mengalami pergantian kru hingga hanya Rudy sebagai mantan penghuni lantai lima yang tersisa. Kini proyek yang dikerjakan Vifth Floor sudah melibatkan kreator dari berbagai penjuru dunia.
“Untuk kru produksi yang lumayan tetap (berlanjut hingga proyek lainnya) ada yang di Malaysia. Untuk pengisi suara juga kami ambil dari Amerika. Visual sebagian besar dari dalam negeri, tapi kami ambil satu dari Malaysia karena saat itu kekurangan orang untuk mengejar deadline.” Proses perekrutan sendiri umumnya dilakukan lewat media sosial.
Just Deserts memiliki tim visual yang dipimpin oleh ilustrator utama dengan nama pena RCz. RCz juga yang mencetuskan ide cerita bertema militer dengan bumbu kencan dan alien. Anggota tim lainnya antara lain Jatibon dan Donsaid sebagai ilustrator latar, Jun-P dan Kareidon yang menangani CG, serta BonitaBone dan Phiquadrat yang bertugas membuat ilustrasi item serta antarmuka.
Proses pembuatan Just Deserts sempat mengalami cukup banyak kendala, baik secara teknis ataupun nonteknis. Jadwal kehidupan anggota tim yang berbeda-beda terkadang menyebabkan kesulitan untuk berkumpul dan berkoordinasi. Ditambah lagi, game ini sempat mengalami perombakan desain gameplay.
“Awalnya game ini cukup sederhana, hanya ada unsur manajemen saja. Namun di tengah development, saat testing baru ketahuan bahwa tidak ada feel of achievement dengan gameplay manajemen saja,” papar Rudy. “Barulah saat itu ditambah unsur story dan battle. Ya, tadinya bahkan tidak ada story selain mendapatkan jawaban ketika memberikan hadiah ke heroine.”
Peningkatan kompleksitas di atas cukup sulit diimplementasikan. Pasalnya, Vifth Floor mengembangkan Just Deserts dengan Ren’Py, software yang khusus dibuat untuk produksi visual novel. Memasukkan gameplay tambahan memang memungkinkan, tapi hasilnya tidak optimal.
Visual indah membawa berkah
Saat mengerjakan proyek Just Deserts, Vifth Floor mendapatkan pendanaan dari dua pihak. Pertama yaitu angel investor yang tidak mau disebutkan namanya, sementara yang kedua yaitu perusahaan penerbit Sekai Project. Kerja sama yang kedua ini cukup menarik, karena pihak Sekai Project sendiri yang menawarkan.
“Waktu itu kami punya halaman di situs Prefundia untuk mempersiapkan kampanye Kickstarter Just Deserts, dan kebetulan dilihat oleh pihak Sekai Project. Mereka lalu mengirimkan email penawaran kerja sama.”
Selain dua investor yang sudah masuk, Rudy juga bercerita bahwa Vifth Floor dilirik oleh beberapa perusahaan modal ventura. Namun Rudy belum menerima karena belum merasa butuh. “Akhir 2017 kami rencananya baru akan ekspansi dan butuh pendanaan, karena anggota tim yang saat ini masih kuliah S1 dan S2 baru akan lulus,” ujarnya.
Ketika ditanya mengapa Vifth Floor bisa diminati begitu banyak investor, Rudy menjawab, “Mungkin karena secara visual terlihat profesional.”
Tak hanya dilirik investor, Just Deserts juga diterima dengan cukup baik di pasaran. “Secara finansial pada awal rilis cukup memuaskan, walau sedikit di bawah target penjualan. Tidak disangka penjualan bulanannya walau sudah jauh dari rilis ternyata konsisten, bahkan beberapa kali meningkat. Jadi bisa dibilang sekarang sudah di atas target.”
Mempersiapkan evolusi
Rudy merasa saat ini kondisi developer genre visual novel di Indonesia sebenarnya cukup kreatif, namun eksekusinya masih butuh orang-orang yang mumpuni. Jadi penting untuk mencari anggota tim sesuai standar kualitas yang ingin dicapai, baik itu dari segi visual ataupun audio.
Ia menyadari bahwa penggemar visual novel di dalam negeri masih sedikit. “Bila tujuan pembuatannya komersial, ada baiknya merilis visual novel dalam bahasa Inggris dan bahasa lain selain bahasa Indonesia. Kami sendiri sedang mempersiapkan update bahasa Indonesia, Jepang, dan Cina untuk Just Deserts.” Taktik pemasaran juga menjadi poin yang menurut Rudy perlu ditingkatkan.
Hingga bulan Maret 2017, Just Deserts sudah terjual sebanyak sekitar tujuh ribu kopi di Steam. Ini masih ditambah dengan penjualan DLC seperti kostum dan album soundtrack. Cukup mengejutkan, ternyata minat penggemar terhadap DLC sangat tinggi. Sekitar delapan puluh persen pembeli Just Deserts juga melakukan pembelian DLC.
Selepas kesuksesan Just Deserts, Vifth Floor masih terus berkarya dan berkembang. Kata Rudy, “Kami sudah mulai development beberapa proyek lain yang harapannya dapat rilis pertengahan tahun ini. Ke depannya kami ingin menambah kolaborasi dengan berbagai pihak agar dari segi kuantitas dan kualitas produknya meningkat.”
“Dari yang sudah kami kerjakan semuanya berkisar di ranah visual novel. Namun ke depannya kami ingin membuat game yang benar-benar memiliki gameplay, tidak hanya story dan visual yang bagus,” demikian Rudy memaparkan.
Saat ini Vifth Floor sedang mengerjakan satu proyek game mobile, dan game lain yang masih mirip visual novel, namun mereka belum mengumumkannya secara resmi. Kita tunggu saja karya mereka pada pertengahan tahun 2017 ini, dan ekspansi seperti apa yang akan dilakukan Vifth Floor tahun depannya nanti.
Steam Link: Just Deserts, Rp89.999
[tia/ap]