Bukalapak selama ini mungkin paling dikenal sebagai marketplace online untuk mempertemukan masyarakat yang ingin menjual barang dengan para calon pembeli. Namun sepanjang tahun 2017, mereka justru menghadirkan berbagai fitur baru yang cukup berbeda dengan bisnis utamanya.
Diawali dengan kehadiran fitur jual beli produk reksa dana bernama BukaReksa, yang kemudian diikuti juga dengan kemunculan produk reksa dana syariah. Bukalapak pun telah meluncurkan fitur pembelian mobil baru BukaMobil, hingga fitur pembelian tiket kereta api dan pesawat.
Apa sebenarnya alasan di balik strategi tersebut?
Ingin jadi lebih dari sekadar e-commerce
Kepada trentechIndonesia, CEO Bukalapak Achmad Zaky menyatakan kalau kemunculan produk-produk baru tersebut merupakan cara mereka membuat para pengguna bisa bertahan lebih lama di platform Bukalapak. Setelah pengguna makin “lengket” dengan Bukalapak, diharapkan mereka tidak akan mudah berpindah ke platform lain ketika ada barang dengan harga lebih murah.
“Para pengguna fitur BukaReksa misalnya, tentu akan setiap hari berkunjung ke Bukalapak untuk memeriksa perkembangan investasi mereka. Dengan ini, kami ingin go beyond e-commerce,” tutur Zaky.
Penambahan fitur baru tentu akan menimbulkan permasalahan tersendiri. Itulah mengapa Zaky telah mengantisipasinya dengan cara menambah jumlah developer. Penambahan tersebut bahkan mencapai dua kali lipat dari developer yang ada saat ini.
“Selain itu, setiap kali meluncurkan fitur baru, kami lebih memilih untuk bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan begitu, untuk setiap fitur baru mungkin kami hanya butuh sekitar lima developer,” jelas Zaky.
Untuk fitur BukaReksa misalnya, Bukalapak memutuskan untuk bekerja sama dengan Bareksa sebagai agen penjual reksa dana, serta Mandiri Investasi dan CIMB Principal Asset Management sebagai manajer investasi. Sedangkan untuk menghadirkan fitur pembelian tiket pesawat, Bukalapak pun menggunakan API dari perusahaan lain.
Rata-rata pengguna berinvestasi di atas Rp500.000
Khusus untuk fitur BukaReksa, Zaky menjelaskan kalau saat ini mereka telah berhasil mendapatkan sekitar 25.000 pengguna. Menurutnya, jumlah ini tergolong tinggi mengingat jumlah total investor reksa dana di tanah air yang hanya sekitar 500.000 orang.
“Pengguna kami ada yang memulai dari Rp50.000, namun ada juga yang menginvestasikan dana hingga Rp1 miliar. Secara rata-rata, pengguna kami berinvestasi sekitar Rp500.000 hingga Rp1 juta,” tutur Zaky. Dari seluruh pengguna tersebut, sekitar dua ribu di antaranya telah membeli produk reksa dana syariah, yang sebenarnya baru diluncurkan pada tanggal 24 Maret 2017 yang lalu.
Menurut CEO Bareksa Ady Pangerang, kolaborasi antara agen penjual reksa dana seperti mereka dengan platform e-commerce sebenarnya juga telah terjadi di Cina, dan sukses besar. “Kami seperti ingin mereplikasi kesuksesan tersebut di tanah air.” [tia/ap]