Hampir satu dekade lalu, pada 10 Juli 2008, App Store pada iPhone pertama kali dibuka untuk umum dan ekosistem pengembang aplikasi mobile lahir. Tak lama berselang, pada 22 Oktober di tahun yang sama, Android Market juga turut serta untuk meramaikan ekosistem ini. Menurut Statista, pendapatan aplikasi mobile pada tahun 2020 di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai US$189 miliar (sekitar Rp2.520 triliun).
Setiap bisnis yang menginginkan “potongan kue” ini harus mengerti betul beberapa metrik Key Perfomance Indicator (KPI) yang akan membantu mereka mengukur, atau pada beberapa kasus, memperkirakan kesuksesan dari aplikasi mereka.
Dengan bantuan dari beberapa metrik KPI berikut ini, kamu akan lebih memahami tentang bagaimana performa dari aplikasi secara umum serta bagaimana pengguna berinteraksi dengan aplikasi tersebut. Memiliki pemahaman ini adalah sebuah awal dari proses untuk mengetahui bagaimana kinerja sebuah aplikasi di mata audiens dan bagaimana untuk meningkatkan pengalaman pengguna dari aplikasi tersebut.
Dalam artikel ini, saya akan mencoba untuk menjelaskan beberapa metrik KPI terpenting yang akan membantu kamu untuk mengukur sejauh mana aplikasi kamu telah bekerja.
Jumlah download dan instalasi
Metrik ini mungkin adalah yang tertua dibanding metrik lainnya dan paling sering dianggap sebagai tolak ukur kesuksesan sebuah aplikasi mobile. Walau begitu, kita tidak dapat langsung menyimpulkan bahwa aplikasi mobile dengan jumlah downloadhingga jutaan terbilang menguntungkan secara finansial.
Facebook dan Candy Crush boleh saja ada di tampuk kekuasaan di masing-masing kategori mereka. Namun tidak sedikit juga aplikasi berkualitas buruk yang memiliki jumlah download jutaan.
Di satu sisi, metrik ini sudah cenderung dianggap sebagai vanity metric yang tidak membawa manfaat apa pun kepada perusahaan apabila tidak diukur dengan indikator lain seperti jumlah pengguna aktif dan retention rate.
Jumlah pengguna
Jumlah orang yang menggunakan sebuah aplikasi mobile mungkin saja akan berbeda sekali dengan jumlah instalasi. Sebagai contoh, seorang pengguna mungkin saja memiliki dua client Skype yang terpasang pada ponsel dan tablet yang ia miliki.
Selain itu, dengan mengetahui jumlah pengguna selama rentang waktu tertentu, kamu juga akan mengetahui angka retention rate dari aplikasi tersebut. Retention rate akan saya jelaskan pada poin keempat di bawah.
Lifetime Value
Lifetime Value (LTV) adalah sebuah metrik yang memprediksi keuntungan bersih yang akan didapat dari konsumen. Metrik ini adalah salah satu yang terpenting dalam mengukur keberhasilan sebuah aplikasi. Nilai LTV, apabila kamu terapkan kepada semua jenis konsumen, dapat membantumu menetapkan bujet pemasaran dan menentukan biaya akuisisi konsumen (Customer Acquisition Cost, atau biasa disingkat CAC).
Untuk mengukur LTV, kamu perlu dari hanya sekadar mengetahui rata-rata pendapatan aplikasi per pengguna (Average Revenue per User, biasa disingkat ARPU). Kamu juga harus menghitung churn rate, persentase pengguna yang berhenti menggunakan aplikasi tersebut, dan nilai rujukan konsumen (Customer Referral Value, CRV).
Retention Rate
Mempertahankan pengguna aplikasi mobile jauh lebih sulit ketimbang mendapatkannya—walau mendapatkannya juga tidak mudah. Menurut data dari Quettra yang ada pada gambar di bawah, rata-rata aplikasi kehilangan 77 persen pengguna hariannya (Daily Active User, disingkat DAU) sejak hari ketiga penggunaan. Jumlah tersebut akan terus turun hingga 90 persen pada hari ke-30, dan pada hari ke-90, penurunan DAU akan mencapai 95 persen.
Jumlah pengguna aktif
Pengguna yang biasanya secara rutin menggunakan aplikasi biasanya tidak akan mendadak berhenti menggunakan aplikasi tersebut. Menurut sebuah laporan yang dibuat oleh eMarketer pada 2014, rata-rata aplikasi berhasil mendapatkan pengguna aktif sebanyak 39 persen setiap bulannya.
Simpelnya, 4 dari 10 pengguna yang melakukan instalasi hanya membuka aplikasi lebih dari 11 kali dalam 30 hari pertama. Grafik berikut ini akan menggambarkan data dari laporan eMarketer.
Durasi sesi
Durasi sesi (session length), atau interval, adalah waktu yang dihabiskan oleh tiap pengguna di dalam sebuah aplikasi. Waktu rata-rata yang dihabiskan pengguna dalam sebuah aplikasi bervariasi, tergantung kepada kategori aplikasi tersebut. Mulai dari 7,5 menit pada aplikasi game mobile, hingga 2,6 menit pada aplikasi teknologi, seperti yang tergambar dalam grafik berikut ini oleh Statista.
Rata-rata pendapatan per pengguna
Rata-rata pendapatan per pengguna (Average Revenue per User, disingkat ARPU) adalah total pendapatan yang berhasil dihasilkan oleh aplikasi pada rentang waktu tertentu, dibagi dengan jumlah total pengguna aktif pada periode yang sama. Pengujian untuk ARPU sangat bervariasi berdasarkan kategori, negara, dan revenue model. Gambar di bawah menunjukkan contoh ARPU yang diuji berdasarkan revenue model dari Developer Economics.
Analisis kohort
Dengan mengelompokkan pengguna aplikasi mobile ke dalam sebuah kelompok yang memiliki kesamaan (kohort) berdasarkan berbagai faktor, kamu dapat mengukur efek dari perubahan optimalisasi serta monetisasi sebuah aplikasi.
Sebagai contoh, kamu dapat mengelompokkan pengguna ke dalam sebuah kohort berdasarkan umur pengguna. Dengan melacak perilaku dari tiap kohort, kamu akan mampu mengoptimalkan pengalaman pengguna berdasarkan umur mereka.
Jumlah penggunaan pada awal hari atau minggu
Data jumlah pengguna yang membuka aplikasi buatanmu pada 24 jam pertama atau 7 hari pertama sejak mereka melakukan instalasi ternyata dapat cukup berguna bagimu. Mari kita lihat sebuah model yang dapat menggambarkannya: jumlah pengguna aktif pada aplikasi Facebook.
Pada Januari 2016, Facebook memiliki 1,45 miliar pengguna aplikasi mobile yang aktif per bulannya. Tetapi hanya 934 juta pengguna saja yang menjadi pengguna aktif harian. Ini berarti Facebook memiliki nilai kelengketan (stickiness) sebesar 64,8%. Untuk menentukan nilai stickiness, kamu dapat membagi jumlah pengguna aktif harian (DAU) dengan pengguna aktif bulanan (Monthly Active Users, disingkat MAU).
Semakin lama sesi yang pengguna habiskan ketika berinteraksi dengan aplikasi, kecenderungan mereka untuk menjadi pengguna setia semakin besar. Oleh karena itu, dengan mencatat jumlah pengguna membuka aplikasi dalam rentang waktu tertentu—dan secara konstan melakukan optimalisasi untuk meningkatkan angka tersebut—akan memungkinkanmu untuk meramalkan retention rate, stickiness, dan pendapatan dari sebuah aplikasi.
Permission yang diberikan pengguna terhadap aplikasi
Dengan mengetahui tingkatan permission yang diberikan pengguna terhadap aplikasi yang kamu buat, kamu akan mengerti pandangan pengguna tentang kepercayaan mereka terhadap aplikasimu. Satu dari permission terpenting yang diberikan oleh pengguna terhadap aplikasimu adalah push notification.
Pada kebanyakan aplikasi, notifikasi adalah salah satu cara utama untuk menjaga interaksi dengan pengguna. Walau begitu, seperti yang dapat kamu lihat pada grafik di bawah dari Kahuna, tingkat opt-in untuk push notification cukup bervariasi, dari 60 persen untuk aplikasi angkutan online, hingga 39 persen untuk aplikasi sosial.
Dengan mencatat tingkat opt-in per kohort—lihat poin ke-8—akan memungkinkanmu mendapatkan indikasi tentang seberapa besar pengguna memercayai aplikasi buatanmu.
Viralitas
Adalah impian semua pengembang aplikasi untuk ciptaan mereka tersebut menjadi viral. Dengan biaya instalasi yang terus naik—tahun ke tahun, peningkatan sebesar 28 persen pada iOS dan 25 persen pada Android, menurut Fiksu—para strategistandal aplikasi mobile menciptakan kesempatan baru untuk basis pengguna mereka untuk membangun sebuah lingkaran viral yang efektif. Grafik di bawah menunjukkan indeks biaya per instalasi (Cost per Installation, disingkat CPI) dari Fiksu.
Sebagai contoh, aplikasi game yang sangat populer, Candy Crush, meyakinkan penggunanya untuk meminta bantuan dari teman mereka. Ketika para pengguna ini merasa mereka tidak mampu untuk menyelesaikan sebuah level yang menantang, mereka dapat meminta kesempatan tambahan dari teman-teman mereka.
Upaya ini akan menciptakan sebuah “lingkaran ketergantungan” Candy Crush yang di dalamnya terdapat banyak pengguna loyal. Mereka menghabiskan waktu dan uang mereka di dalam aplikasi ini, membuat Candy Crush menjadi semakin viral.
Analisis saat aplikasi crash
Melacak kegagalan operasi (crash) dari aplikasimu juga akan membantumu mengerti tentang bagaimana permasalahan teknis menjadi penghalang terbesar saat menghadirkan pengalaman terbaik bagi pengguna. Semakin sedikit kesalahan yang terjadi di dalam aplikasi, semakin sedikit juga dampak negatif yang akan muncul pada pengalaman pengguna.
Kamu dapat menggunakan berbagai tool untuk melacak terjadinya crash pada aplikasimu. Grafik di bawah menjelaskan beberapa tool populer yang dapat kamu gunakan pada aplikasi iOS.
Dengan memperhatikan ke-12 metrik di atas ketika membuat aplikasi mobile, kamu akan mendapatkan informasi yang berharga tentang kelangsungan hidup bisnismu.
Walau begitu, pengetahuan ini hanyalah setengah dari “pertarunganmu”. Kamu juga harus mengerti berbagai pertanyaan lain, seperti:
- Mengapa pengguna tidak mendaftarkan diri mereka?
- Mengapa pengguna meninggalkan keranjang belanja mereka?
- Mengapa pengguna mengabaikan arahanmu untuk menggunakan aplikasi?
Kamu dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan pertanyaan lainnya dengan melakukan pengujian pengalaman pengguna (User Experience, disingkat UX), termasuk perilaku pengguna dan in-app engagement, menggunakan berbagai tool seperti session replays, heatmap, dan conversion analytics. [tia/ap]