GoTo Group, yang telah beroperasi lebih dari satu dekade di Indonesia, kini berada di ambang titik impas dalam segmen bisnis layanan on-demand-nya. Pada kuartal ketiga tahun ini, GoTo mencatat penurunan rugi adjusted EBITDA sebesar 95 persen secara year-on-year, mencapai Rp48 miliar. Meskipun belum mencapai profitabilitas, segmen on-demand GoTo menunjukkan perbaikan signifikan, dengan kontribusi pendapatan terbesar dan rugi adjusted EBITDA paling kecil dibandingkan dengan segmen lainnya.
Layanan on-demand GoTo mencakup mobilitas dan pesan-antar makanan, yang keduanya dioperasikan oleh Gojek. Diprediksi bahwa layanan ini akan mencapai profit pada kuartal keempat tahun 2023, sesuai dengan prediksi sebelumnya dari GoTo. Meskipun GoTo sedikit tertinggal dari pesaing regionalnya, Grab, dalam mencapai profitabilitas, upaya terus dilakukan untuk meraih tujuan tersebut.
Tantangan Mencapai Profitabilitas di Layanan Ride-Hailing
Dalam industri ride-hailing, mencapai profitabilitas bukanlah tugas yang mudah. GoTo berusaha untuk mengikuti jejak pesaingnya, Grab, yang lebih cepat mencapai profitabilitas pada unit mobilitas dan pengiriman. Namun, perlu diingat bahwa, berbeda dengan Grab, GoTo tidak mengungkapkan performa keuangan bisnis transportasinya sebagai unit bisnis tersendiri. Meskipun Gojek dan Grab mencapai profitabilitas pada tahun 2020, perlu waktu 8 tahun bagi Gojek dan 10 tahun bagi Grab untuk meraih prestasi tersebut. Uber, sebagai pelopor layanan ride-hailing, bahkan memerlukan waktu 14 tahun untuk mencapai laba operasional.
Langkah Strategis Menuju Profitabilitas
GoTo, untuk mencapai target profitabilitasnya, melakukan berbagai langkah strategis. Perusahaan terpaksa memotong pengeluaran pemasaran dan melakukan pemutusan hubungan kerja dengan setidaknya 1.900 karyawan dalam dua ronde PHK. Fokus utama adalah pada segmen on-demand, yang menjadi fokus utama perusahaan untuk mencapai EBITDA positif. Gojek, sebagai bagian dari GoTo Group, mengambil langkah-langkah konkret untuk mengurangi pengeluaran subsidi dan memperluas pasarnya.
Mengelola Biaya dengan Inovasi Produk
Dalam upaya mengelola biaya perusahaan, Gojek memperkenalkan beberapa solusi produk terkait transportasi. Salah satu inisiatif tersebut adalah GoCar Hemat, layanan ride-hailing dengan harga lebih terjangkau. Fitur ini telah beroperasi di lebih dari 60 area, dan perusahaan menyatakan bahwa layanan tersebut menghasilkan profit. GoCar Hemat menawarkan harga yang lebih murah dengan waktu tunggu yang lebih lama, memberikan opsi yang menarik bagi pengguna yang tidak terlalu memerlukan kecepatan.
GoRide Transit, sebuah fitur yang memungkinkan pengguna memesan perjalanan multimoda, juga dihadirkan dengan tujuan menghemat biaya perjalanan. Fitur ini akan berekspansi ke kota-kota baru, seperti Yogyakarta dan Solo. Langkah-langkah ini membuktikan upaya GoTo dalam menghadirkan inovasi produk sebagai bagian dari strategi mencapai profitabilitas.
Diversifikasi Layanan untuk Pertumbuhan Berkelanjutan
GoTo juga berupaya untuk diversifikasi layanan dengan menjangkau kota-kota tier 2 dan 3 di Indonesia. Langkah ini dilakukan dengan memperkenalkan layanan seperti GoRide Nego, yang memberikan fleksibilitas kepada para driver untuk memilih pesanan yang ingin mereka ambil. GoTo berharap inisiatif-inisiatif ini dapat menumbuhkan basis pengguna hingga 50 hingga 60 persen dalam jangka menengah, serta membuka peluang ekspansi ke kota-kota yang belum banyak disentuh oleh kompetitor.
Tantangan Bisnis Pesan-Antar Makanan
Meskipun bisnis transportasi Gojek menunjukkan tanda-tanda perbaikan menuju profitabilitas, bisnis pesan-antar makanan masih menghadapi tantangan. GoTo masih mengandalkan insentif, voucher, dan diskon untuk menarik pelanggan di bisnis ini. Program berlangganan seperti GoFood Plus memberikan insentif pengiriman gratis setiap harinya, mendorong pelanggan untuk bertransaksi lebih sering. Upaya ini mencerminkan strategi GoTo untuk menjawab kebutuhan pelanggan tanpa terlalu mengandalkan subsidi atau insentif pelanggan.
Penekanan pada Pengurangan Ketergantungan Pada Pihak Ketiga
GoTo terus berupaya mengurangi ketergantungan pada insentif pelanggan dan pihak ketiga. Pengurangan pengeluaran insentif dan pemasaran terlihat dalam laporan keuangan, dengan penurunan sebesar 36 persen dibandingkan tahun sebelumnya pada kuartal-III. Gojek juga mengurangi ketergantungan pada teknologi pemasaran pihak ketiga dengan beralih secara perlahan ke teknologi in-house. Ini mencerminkan upaya GoTo untuk mengurangi pengeluaran dan lebih mengelola sendiri strategi pemasaran.
Integrasi Bisnis dan Langkah-Langkah Menuju Profitabilitas
Kemajuan dalam bisnis on-demand sejalan dengan kemajuan GoTo sebagai grup. Meskipun masih mengalami rugi operasional sebagai grup, langkah-langkah strategis telah diambil untuk mengurangi biaya operasional dan meningkatkan profitabilitas pada tingkat bisnis individu. Dengan batalnya rencana IPO, semua fokus kini tertuju pada mencapai target adjusted profitability pada kuartal-IV tahun 2023.
Kesimpulan
GoTo Group terus berjuang untuk mencapai profitabilitas di tengah persaingan yang sengit di industri layanan on-demand. Melalui strategi pengelolaan biaya, inovasi produk, dan diversifikasi layanan, perusahaan berupaya mencapai tujuan tersebut. Dengan terus meningkatkan adjusted EBITDA bisnis on-demand, GoTo membuktikan komitmennya untuk menghadirkan solusi berkelanjutan dan berdaya saing tinggi di pasar yang terus berkembang. Langkah-langkah ini, seiring dengan perubahan dinamis dalam preferensi pengguna, akan menjadi kunci kesuksesan GoTo dalam mencapai profitabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan di masa depan.