Produk yang viral adalah impian setiap pelaku bisnis dan startup. Bila produkmu viral, artinya minat masyarakat sangat tinggi, dan ini pada akhirnya akan mendatangkan banyak pelanggan yang berpotensi menjadi core user. Apabila kita berbicara tentang growth hacking, topik tentang viralitas sering kali muncul, padahal sebenarnya tidak semua produk punya potensi menjadi viral.
Elemen paling dasar dari viralitas adalah inception, alias penanaman ide. Mirip seperti film Christopher Nolan berjudul serupa, kita ingin supaya ide produk kita masuk dalam pikiran setiap orang. Ini akan membuat mereka bersemangat untuk menggunakan serta menyebarkan produk tersebut. Tapi viralitas memiliki tipe berbeda-beda, jadi kita harus jeli memilih metode penyebaran yang sesuai dengan produk.
Viralitas dari mulut ke mulut (word of mouth)
Josh Elman dari Greylock Partners mengungkapkan adanya lima jenis viralitas dalam pengembangan produk. Pertama yang paling sederhana, yaitu viralitas dari mulut ke mulut. Sebuah produk berkualitas baik dapat mendorong penggunanya untuk merekomendasikan kepada kawan atau kolega, dan akhirnya mendatangkan lebih banyak pengguna baru.
Untuk mendorong viralitas ini, sebaiknya kamu membuat produk dengan nama yang mudah diingat dan dieja. Google, Instagram, dan Android adalah beberapa contoh nama dengan ciri tersebut. Hindari nama mirip produk lain, karena akan memaksamu masuk dalam persaingan brand yang tak perlu. Pastikan juga produkmu mudah dijelaskan, agar pengguna tidak kesusahan menceritakan pada teman-temannya.
Viralitas mulut ke mulut dengan insentif
Tipe ini mirip seperti tipe pertama, tapi kamu menawarkan imbalan kepada pengguna yang mau menyebarkan produkmu. Banyak perusahaan memanfaatkan cara ini, misalnya brand e-commerce yang memberikanmu kupon diskon bila kamu membagikan aplikasi mereka di Facebook. Pemberian insentif memang makan biaya, tapi terbukti sangat efektif.
Viralitas dari demonstrasi
Viralitas tipe ketiga muncul akibat penggunaan produk yang membuat pengguna bertanya, “Bagaimana caranya melakukan itu?” Contoh yang paling terkenal adalah Instagram dengan fitur filternya.
Begitu kamu menunjukkan foto berfilter pada temanmu (entah secara langsung atau lewat share ke media sosial lain), mereka akan penasaran ingin mencoba, sehingga mendorong lebih banyak unduhan aplikasi Instagram.
Aplikasi transportasi online seperti Uber dan GO-JEK pun memiliki efek serupa. Bayangkan kamu sedang berjalan-jalan dengan kawan yang tidak pernah mencoba GO-JEK. Kemudian dia melihatmu memanggil jemputan hanya dengan beberapa kali klik di aplikasi, dengan harga lebih murah dari taksi konvensional. Siapa yang tidak tertarik?
Viralitas tipe ini bisa muncul apabila produkmu dirancang sedemikian rupa sehingga lebih menyenangkan bila digunakan bersama teman. Aplikasi media sosial atau pengiriman pesan adalah contoh yang paling mudah. Supaya kedua aplikasi ini memberi banyak manfaat, pengguna harus “menularkan” aplikasi tersebut ke banyak teman.
Perlu diingat bahwa ajakan yang terlalu sering (spammy) justru bisa berakibat buruk pada produkmu. Penularan dari satu pengguna ke pengguna lain harus bersifat organik, sehingga mereka benar-benar menggunakan produkmu karena minat dan kebutuhan. Dengan demikian, mereka berpotensi menjadi core user.
Tipe terakhir adalah viralitas yang paling dahsyat, dan apabila terjadi, bisa benar-benar membuat pengguna produkmu membeludak. Gabungan dari kualitas produk yang baik, keseruan bila digunakan bersama teman, brand yang kuat, serta sifat lucu atau adiktif akan membuat sebuah produk menyebar begitu cepat tak terkendali.
Video-video lucu di YouTube menyebar dengan cara ini, begitu pula game Pokemon GO yang sempat mewabah hingga menimbulkan masalah di berbagai negara. Ketika wabah sudah terjadi, produk tersebut akan menjadi tren, dan tren akan menggaet lebih banyak pengguna dari kalangan orang-orang yang tidak ingin ketinggalan zaman.
Viralitas butuh keberuntungan dan strategi. Semua orang bisa menambahkan tombol Share di aplikasi, tapi percuma saja bila konten yang dibagikan tidak mengundang rasa penasaran. Begitu juga tombol Invite tidak akan bermanfaat bila terlalu produk itu sendiri tidak menyenangkan digunakan bersama teman atau spammy.
Pahami karakteristik produkmu, kemudian rancang strategi viral yang tepat supaya kamu mendapatkan pertumbuhan maksimal. Jangan gunakan cara-cara licik atau menipu, karena meski itu bisa memancing banyak pengguna, mereka tidak akan bertahan lama. Tugasmu adalah mendatangkan manfaat yang tepat bagi pengguna yang tepat pula, kemudian melayani mereka dengan baik agar menjadi pelanggan setia. [tia/ap]