Jika konten adalah raja, maka konten viral adalah kaisarnya. Semua orang berusaha memecahkan rahasia di balik sebuah konten yang viral. Bagaimana tidak, konten jenis ini dianggap menjadi salah satu pendorong pertumbuhan yang efektif bagi startup maupun perusahaan.
Masalahnya, ada 2,5 kuintiliun byte data yang dibuat setiap hari di dunia saat ini. Seperti yang diungkapkan Christel Quek, Vice President Asia Pacific Brandwatch.
Lalu bagaimana startup, dengan bujet dan sumber daya terbatas, menyaring dan memanfaatkan lautan data tersebut?
Christel dan Raj Sunder (Founder dan CEO Wootag, aplikasi video engagement) memaparkan beberapa aturan sederhana untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari media sosial:
Opini lebih penting daripada buzz
Jika startup kamu menggunakan beberapa platform media sosial sekaligus, kamu akan mendapat berbagai komentar dalam segala bentuk. Christel menyarankan startup untuk berfokus pada opini pengguna dibanding buzz yang dihasilkan. “Alih-alih bertanya berapa kali disebut, lihat bagaimana konsumen mendeskripsikan produkmu. Apa yang dikatakan orang ketika mereka menyebut produk atau layananmu?”
Temukan satu pesan
Raj menyarankan startup untuk menentukan objektif tunggal yang ingin mereka capai saat mendistribusikan video atau konten lainnya. Membuat orang lain menyukai merekmu dan membuat mereka membeli merekmu adalah dua hal yang berbeda. Oleh karena itu, saluran yang digunakan pun berbeda.
Jika ingin merekmu disukai, kamu bisa memasang konten di Facebook, dan meminta temanmu untuk membagikannya. Setelah itu, kamu bisa meningkatkan jumlah viewdengan memanfaatkan layanan iklan di platform tersebut.
Ukur dengan metrik yang lebih luas
“Data yang dioperasikan secara terisolasi tidak akan pernah bekerja,” ungkap Christel. Itu berarti kamu tidak akan bisa menggunakan data secara maksimal jika hanya melihat metrik yang sempit, atau bahkan jika kamu hanya melihat metrik Twitter dan Facebook kamu sendiri. Cobalah mengetahui apa yang dilakukan pesaingmu dan cari tahu apa yang diinginkan pelanggan dari industri secara keseluruhan.
Jangan menghamburkan uang
Perangkat yang mahal tidak lantas membuat konten atau video menjadi viral. “Gunakan kamera ponsel untuk membuat video pertamamu dan sebarkan,” kata Raj. “Lakukan cara gratis ini berulang-ulang. Pelajari, dan kemudian [setelah tahu praktik terbaiknya] kamu bisa mulai menggunakan layanan iklan berbayar. Jangan menghabiskan uang untuk mempelajarinya [jika kamu bisa melakukan ini dengan gratis]. ”
Strategi terencana lebih penting daripada kampanye bombastis
Christel menganalogikan dua kecenderungan ini dengan sinar matahari dan sambaran petir. Sambaran petir mungkin lebih mencolok, tetapi sinar matahari lebih bertahan lama. Ini untuk menggambarkan bagaimana sebuah kampanye yang sengaja dibuat bombastis bekerja.
Kampanye seperti ini memang bisa menarik beberapa pengguna baru relatif singkat, tetapi strategi terencana lah yang pada akhirnya memenangkan pengguna setia.
Pergunakan metrik dengan hati-hati
Christel memperingatkan startup untuk tidak terobsesi dengan sentimen. “Setiap klien suka bertanya tentang sentimen, tapi jangan terlalu khawatir tentang hal itu,” kata Christel. Sebuah brand bisa saja mendapat sentimen negatif di media sosial, tapi ketimbang panik startup lebih baik mencari tahu kenapa itu terjadi dan siapa yang bereaksi terhadap sentimen tersebut.
Jangan panik menghadapi komentar negatif
“Jika ada orang yang berbicara buruk tentang brand kamu secara online, bukan berarti bosmu akan secara otomatis memecatmu,” katanya. “Ada banyak troll di dunia ini – orang-orang yang tampaknya sangar di internet tapi sebenarnya tidak demikian di dunia nyata.” [tia/ap]