“Setelah lulus, mau kemana?”
Jika kamu adalah mahasiswa tingkat akhir, pertanyaan di atas pasti sudah akrab di telinga. Sadar bahwa “kehidupan sebenarnya” akan segera dimulai, semangat kamu dalam mencari pekerjaan pun kian terpacu, mulai dari memperbaharui CV hingga mengikuti job fair sembari berharap ada perusahaan yang bakal merekrut kamu.
Pertanyaannya, bagaimana dengan lulusan yang ingin menjadi pengusaha? Harus ke mana melangkah untuk mewujudkan mimpi?
Jika bertanya kepada orang-orang sekitar, sebagian besar mungkin akan menyarankan kamu untuk bekerja terlebih dahulu untuk mendapatkan pengalaman dan, pastinya, modal usaha. Saran ini tentu saja baik karena pengalaman kerja akan sangat membantu kamu saat membangun bisnis di kemudian hari. Kamu bisa “mencontek” sepak terjang Nadiem Makarim yang sempat menjadi karyawan kantoran sebelum akhirnya berhasil mendirikan GO-JEK, unicorn pertama di Indonesia.
Di lain sisi, banyak pula artikel motivasi yang mendorong “bibit pengusaha” untuk membangun bisnisnya sejak dini, belajar dari kegagalan, memulai lagi, sampai akhirnya berhasil meraih kesuksesan. Saran ini juga tidaklah salah, karena kegagalan yang dialami akan membuat kamu menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi persaingan.
Saya pribadi setuju dengan pendapat kedua. Gagal di masa muda tentu bukan hal buruk. Kenapa? Di masa itu, kamu belum memiliki banyak tanggung jawab. Bayangkan apabila setelah lulus kamu langsung bekerja di kantor. Dua tahun kemudian, mungkin kamu mulai terpikir untuk menikah. Lima tahun setelahnya, kamu telah memiliki anak. Sepuluh tahun berselang, biaya hidup pun semakin membengkak lantaran harus menyekolahkan anak-anak.
Semakin lama kita bekerja di perusahaan orang, karier kamu akan semakin meningkat dengan besaran gaji yang makin menggiurkan. Kamu pun kian enggan meninggalkan kantor. Ujung-ujungnya, mimpi kamu menjadi entrepreneur pun kian memudar.
Jika kamu memiliki pertimbangan serupa, inilah saatnya membangun bisnismu sejak dini. Dan berikut ini adalah tiga hal penting yang perlu kamu perhatikan saat memulai bisnis.
Berpikir besar, tapi mulailah dari kecil
Memulai bisnis bukan berarti harus menghabiskan modal besar-besaran lalu meminta paraventure capital untuk menyuntikkan dana mereka. Justru langkah-langkah kecil yang kamu ambil bisa berdampak besar untuk masa depan bisnismu. Misalnya, sebelum menjual produk, kamu perlu memahami target pasar serta memukan model bisnis yang sesuai dan dapat berjalan secara berkelanjutan.
Masuki lingkungan wirausaha
Tidak ada bisnis yang bisa berjalan tanpa bantuan dari orang lain. Sebagai fresh graduateyang minim pengalaman dan skill, kamu harus berbaur dengan para senior dan belajar dari pengalaman mereka. Jika memungkinkan, jangan ragu untuk meminta mereka menjadi mentor kamu dalam menjalankan bisnis.
Memulai bisnis di usia muda tidak berarti menutup kesempatan kamu untuk bekerja pada orang lain. Ingat, kamu bukan Mark Zuckerberg yang langsung memiliki produk yang diminati seluruh dunia.
Meski telah bekerja dengan orang lain, kamu tetap bisa melanjutkan bisnis yang telah kamu rintis sebelumnya. Tentunya trik ini lebih mudah dilakukan ketimbang memulai usaha dari nol. Jadi, jika tujuan akhir kamu adalah menjadi pengusaha, kamu bisa mengundurkan diri dari kantor tempatmu bekerja.
Tentunya, artikel ini bukanlah aturan baku yang harus kamu ikuti, melainkan sekadar petunjuk bagi para lulusan yang ingin menjadi pengusaha. Yang pasti, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk memulai bisnismu. Mungkin saja kamu menjadi Mark Zuckerberg berikutnya. [tia/ap]
“The best time to plant a tree was 20 years ago, the second best time is now.” – Pepatah Tiongkok