Park Jin Hyok, hacker asal Korea Utara yang masuk daftar buronan FBI, kembali menjadi sorotan setelah diduga sebagai otak di balik peretasan bursa kripto Bybit. Insiden ini menyebabkan hilangnya dana senilai US$1,4 miliar atau Rp22,8 triliun, menjadikannya salah satu kasus pencurian terbesar dalam sejarah cryptocurrency. Siapa Park Jin Hyok, dan bagaimana peretasan ini terjadi? Simak ulasan lengkapnya.
Daftar Isi
Park Jin Hyok: Dalang Peretasan Bybit
Nama Park Jin Hyok bukan baru muncul di dunia kejahatan siber. Ia kerap dikaitkan dengan kelompok peretas ternama Lazarus Group, yang terkenal atas serangan ransomware WannaCry pada 2017 dan peretasan Sony Pictures pada 2014. Kini, FBI memburunya karena dugaan keterlibatannya dalam peretasan Bybit, yang berhasil menguras Ethereum (ETH) dalam jumlah fantastis dari cold wallet platform tersebut.
Serangan terhadap Bybit ini menunjukkan tingkat kecanggihan yang tinggi. Menurut CEO Bybit, Ben Zhou, peretas mengeksploitasi transaksi terjadwal untuk mengambil alih kendali cold wallet ETH. “Penyerang berhasil mentransfer seluruh isi wallet ke alamat tak dikenal,” ungkap Ben dalam postingannya di X pada Minggu (23/02). Nilai kerugian yang mencapai Rp22,8 triliun membuat insiden ini mencatatkan rekor baru dalam dunia kripto.
Kronologi Peretasan Bybit
Peretasan ini terjadi dengan cepat dan terorganisasi. Cold wallet, yang seharusnya menjadi penyimpanan offline paling aman untuk aset kripto, menjadi target utama. Pelaku memanfaatkan celah dalam sistem transaksi terjadwal Bybit untuk menguras 446.870 ETH—setara US$1,4 miliar berdasarkan nilai pasar saat itu. Dana tersebut kemudian dipindahkan ke alamat anonim, meninggalkan jejak yang kini tengah dilacak oleh FBI dan investigator blockchain.
Meski kerugiannya sangat besar, Bybit bergerak cepat untuk menenangkan pengguna. Ben Zhou menegaskan bahwa sistem platform telah kembali normal, dan semua permintaan penarikan tetap dapat diproses tanpa hambatan. Langkah ini menjadi upaya untuk menjaga kepercayaan pengguna di tengah krisis.
Keterkaitan dengan Lazarus Group
Park Jin Hyok bukan pelaku siber biasa. Ia diduga bagian dari Lazarus Group, kelompok yang disponsori negara Korea Utara untuk mendanai aktivitas ilegal melalui peretasan. Kelompok ini telah lama menjadi momok di industri teknologi dan kripto, dengan rekam jejak mencakup serangan terhadap bank, perusahaan, dan bursa kripto di seluruh dunia. Peretasan Bybit menambah daftar panjang aksi mereka, memperkuat dugaan bahwa Park Jin Hyok memainkan peran kunci dalam operasi tersebut.
FBI, yang telah memasukkan Park ke dalam daftar buronan sejak 2018, intensif memburu jejaknya. Bukti forensik dari peretasan sebelumnya, seperti WannaCry dan Sony Pictures, menunjukkan pola serupa dengan yang terjadi di Bybit—teknik canggih dan eksekusi cepat yang menjadi ciri khas Lazarus Group.
Respons Bybit dan Dampak Pasar
Meskipun mengalami serangan siber terbesar dalam sejarahnya, Bybit berupaya meminimalkan dampak. CEO Ben Zhou menjamin operasional tetap berjalan lancar, sebuah langkah yang disambut positif oleh komunitas kripto. Keputusan ini juga membantu mencegah panic selling yang bisa memengaruhi harga Ethereum di pasar global.
Menariknya, harga ETH tidak anjlok drastis pasca-peretasan. Data pasar menunjukkan penurunan hanya sekitar 8%, dari US$2.800 ke US$2.600, menurut analis Nansen. Stabilitas ini diduga berkat kepercayaan investor yang terjaga dan keterbatasan peretas dalam mencairkan dana curian dengan cepat.
Mengapa Peretasan Ini Penting?
Kasus ini bukan sekadar berita peretasan biasa. Dengan nilai kerugian Rp22,8 triliun, peretasan Bybit menjadi peringatan keras tentang risiko keamanan di industri kripto. Cold wallet, yang dianggap sebagai benteng terakhir perlindungan aset, ternyata tidak kebal dari serangan terorganisasi. Insiden ini juga menegaskan bahwa ancaman dari kelompok seperti Lazarus Group tetap nyata dan terus berkembang.
Bagi FBI, memburu Park Jin Hyok adalah prioritas. Keberhasilannya dalam melancarkan serangan bertubi-tubi menunjukkan bahwa ia bukan hanya ancaman bagi industri kripto, tetapi juga keamanan siber global. Penyelidikan yang melibatkan analisis blockchain dan kerja sama internasional menjadi kunci untuk menghentikan aksi serupa di masa depan.
Kesimpulan
Peretasan Bybit oleh Park Jin Hyok, hacker buronan FBI yang diduga terkait Lazarus Group, mencuri perhatian dunia dengan kerugian Rp22,8 triliun. Meski menargetkan cold wallet Ethereum, serangan ini tidak mengguncang operasional Bybit berkat respons cepat dari CEO Ben Zhou. FBI kini memperketat perburuan terhadap Park, sementara industri kripto diingatkan untuk terus meningkatkan keamanan. Kasus ini menjadi bukti bahwa ancaman siber tetap menjadi tantangan besar di era digital.