Hidup di tengah para pegiat startup terkadang memunculkan tekanan bagi mereka yang bukan founder. Di lingkungan yang “mendewakan” kewirausahaan ini, dorongan untuk memulai usaha sendiri bisa datang dari segala arah. Mendirikan perusahaan seolah jadi tujuan hidup semua orang, dan kita seolah harus memimpikan hal yang sama.
Ada beberapa alasan orang mengelu-elukan kewirausahaan:
- Kebebasan finansial
- Kesempatan mengubah dunia
- Peluang untuk menjadi kaya raya
Sementara posisi karyawan dianggap hanya batu loncatan, bahkan direndahkan. Padahal menjadi karyawan itu sebenarnya bukan hal buruk. Inilah alasannya.
Wirausaha bukan untuk semua orang
Mungkin kamu pernah mendengar bahwa sembilan puluh persen kekayaan di dunia dipegang oleh sepuluh persen penduduknya, yang merupakan para pengusaha besar. Ini artinya kewirausahaan berpotensi mendatangkan harta melimpah, tapi sekaligus menunjukkan bahwa di dunia ini entrepreneur sukses seperti mereka adalah minoritas.
Jumlah pengusaha jauh lebih kecil dibanding karyawan karena menjadi pengusaha itu memang tidak mudah. Kamu butuh ketahanan mental, kemampuan manajemen, kepemimpinan, serta tata kelola keuangan yang baik.
Jangan wirausaha. Berat. Kamu nggak akan kuat. Biar aku saja.
Menjadi wirausahawan artinya kamu bertanggung jawab atas hajat hidup banyak orang, bukan hanya dirimu dan keluargamu saja. Tidak semua orang memiliki kualitas yang diperlukan untuk melakukannya.
Stabilitas membuat hati tenang
Bekerja sebagai karyawan artinya kamu akan mendapatkan penghasilan dengan jumlah dan tempo yang stabil. Meski jumlah tidak sebesar pengusaha sukses, kestabilan pendapatan memberikan nilai positif yang sangat berharga, yaitu ketenangan hati. Inilah alasan mengapa profesi Pegawai Negeri Sipil tetap populer hingga kini.
Sebaliknya, sebagai entrepreneur kamu harus selalu memutar otak untuk mengurus usahamu, apalagi di masa-masa awal pendiriannya. Berbagai tanggung jawab akan senantiasa lekat di pikiran, baik itu tanggung jawab pada pelanggan, investor, hingga para co-founder dan karyawan.
Bila kamu sudah menyandang pekerjaan yang baik, bisa memenuhi kebutuhan, dan mendapatkan ketenangan hati, artinya hidupmu sudah “cukup”. Tanpa menjadi entrepreneur pun kamu bisa bahagia.
Karyawan juga bisa kaya
Wirausaha identik dengan kesempatan mendapatkan penghasilan yang besar. Tapi pada kenyataannya tidak sesederhana itu. Ada juga pengusaha yang pendapatannya sekadar cukup untuk hidup sehari-hari.
Hal yang juga berlaku untuk karyawan. Ada karyawan dengan penghasilan jauh di bawah UMR, tapi ada juga yang bisa meraup rupiah bernominal delapan bahkan sembilan digit per bulan. Bukan hal mengherankan bagi karyawan yang punya kompetensi tinggi dan memegang posisi penting di perusahaan besar.
Karyawan juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan tanpa wirausaha, misalnya dengan cara berinvestasi. Bentuknya pun bisa bermacam-macam. Kamu bisa berinvestasi lewat saham, properti, atau emas. Tapi hati-hati, jangan sampai kamu terjebak money game atau penipuan lain sebangsanya.
Panggilan hidup tiap orang berbeda
Ini mungkin alasan yang paling penting bila kamu ingin bahagia dalam bekerja. Tanyakan pada diri sendiri, apakah kamu benar-benar ingin jadi entrepreneur? Bila jawabannya tidak, kamu tidak perlu memaksakan diri melakukannya.
Passion sangat penting di dunia wirausaha. Bila kamu tidak punya tekad yang kuat, kamu tidak akan bisa bertahan ketika kesulitan menerpa. Bahkan tidak hanya wirausaha, apa pun bidang profesional yang kamu geluti, passionadalah syarat utama untuk mencapai kesuksesan.
Dalam budaya Jepang, terdapat sebuah kepercayaan bahwa setiap orang memiliki tujuan hidup atau “ikigai” yang berbeda-beda. Ikigai memberimu alasan untuk bangun dari tempat tidur setiap bagi, serta membuatmu dapat menjalani hidup dengan puas dan bahagia.
Ikigai bisa tercapai bila kamu hidupmu mengandung empat unsur, yaitu:
- Hal yang kamu sukai
- Hal yang merupakan keahlianmu
- Hal yang bisa mendatangkan uang
- Hal yang dibutuhkan dunia
Menemukan ikigai terkadang tidak mudah. Mungkin kamu membutuhkan waktu pencarian jati diri yang cukup lama. Tapi ketika kamu sudah menemukan titik cerah tersebut, tidak hanya bisa fokus menjalani sesuatu dengan serius, kamu juga akan merasa bahwa hidupmu berarti secara mental maupun spiritual. Dan itu jauh lebih berharga daripada uang.
Wirausaha bukan satu-satunya jalan untuk menjadi kaya. Dengan kompetensi kerja dan penataan yang baik, kamu bisa meraih sukses secara finansial meskipun tidak menjadi entrepreneur. Tidak perlu minder menyandang status karyawan. Asalkan pekerjaanmu halal, bermanfaat, dan kamu lakukan secara profesional.
Kita juga tidak boleh terpaku pada kekayaan sebagai satu-satunya tolok ukur kesuksesan seseorang. Ingatlah bahwa dunia ini begitu luas. Kehidupan tersusun dari ribuan bidang ilmu yang saling menyokong. Tugas kita adalah menemukan ikigai di tengah lautan oportunitas itu, lalu menjalaninya dengan sekuat tenaga. [tia/ap]