Merebaknya pandemi COVID-19 awal kuarter 2020 telah mengubah pola hidup manusia di segala aspek; politik, ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan lainnya. Dalam penelitian Iskandar et al. (2020) merangkum bahwa ekonomi dunia diprediksi akan mencapai -1,1% di tahun 2020 menurut JP Morgan, Fitch memprediksi -1,9%, EIU -2,2%, serta IMF memprediksi penurunan ekonomi sampai -3%. Tentu saja prediksi-prediksi ekonomi ini sangat mengkhawatirkan masyarakat di dunia. Selain merubah pola yang telah berjalan, adanya pandemi ini juga telah membentuk pola baru untuk beradaptasi di masa pandemi, pun tak ayal bagi pengguna blockchain itu sendiri.
Blockchain merupakan inovasi teknologi dekade ini yang menyokong secara langsung tujuan besar tiap perusahaan, sebagai jalan untuk membangun kepercayaan dengan customers. Kekuatan cryptocurrency terletak pada blockchain, yang mana kemampuannya jauh melampaui penggunaannya dengan mata uang digital ke dalam semua jenis teknologi. Blockchain merekam tiap transaksi antar pihak dalam jaringan dan tidak dapat diubah. Hal ini mengurangi risiko penipuan, karena semua orang dalam jaringan dapat melihat semua data, termasuk transaksi.
Satu dari banyaknya kebolehan blockchain adalah aplikasinya yang terdesentralisasi (Dapps). Perbedaan Dapps dengan aplikasi konvensional lain yaitu tidak bisa ditutup, tidak ada waktu henti, aman dari serangan cyber, dan tidak dimiliki oleh siapapun. Manfaat penting dari Dapps juga diantaranya meniadakan biaya transaksi, pengguna dapat mengontrol data mereka sendiri, open-source, mengurangi manipulasi data besar-besaran, terdapat bukti sensor, menerima cryptocurrency sebagai sarana pembayaran, dapat menghasilkan pendapatan bagi pengguna, tidak ada otoritas pusat atau monopoli, dan mudah diskalakan.
[postingan number=3 tag=”blockchain”]
Lalu, apa yang bisa kita harapkan dari blockchain dan Dapps di tahun 2021 dan seterusnya? Bagaimana cakrawala teknologi blockchain terlihat di tahun yang akan datang?
Skala Kepercayaan Digital
Adanya pandemi COVID-19 justru meningkatkan perubahan digital di segala area, khususnya penggunaan blockchain. Dilansir oleh Gartner, hampir 70% dewan redaksi menyampaikan dampak dari tiga krisis -pandemi, ekonomi, sosial- mempercepat inisiasi bisnis digital. Padahal sebelum pandemi, hampir semua perusahaan menjalankan strategi digitalnya dengan tempo konstan, dan tidak merasa ada urgensi untuk menginvestasikan lebih di sektor tersebut.
Hasil dari cepatnya inisiasi bisnis digital ini dalam ukuran pasar global, blockchain diprediksi meluas dari 3,0 miliar USD menjadi 39,7 miliar USD sampai tahun 2025; pada Tingkat Pertumbuhan Tahunan Majemuk (CAGR) efektif meningkat sampai 63,7% selama 2020-2025.
Kini perusahaan-perusahaan mulai bergeser dari otoritas terpusat menjadi percaya pada algoritma. “Model kepercayaan algoritmik memastikan privasi dan keamanan data, asal aset, juga identitas orang dan benda. Contohnya seperti “authenticated provenance”, adalah upaya untuk mengautentikasikan aset dalam blockchain dan memastikan itu tidak palsu.” Tulis peneliti Gartner. Ia juga menambahkan, blockchain dapat mengautentikasi barang, yang mana hanya dapat melacak informasi yang diberikan.
[postingan number=3 tag=”cryptocurrency”]
Artinya, blockchain berpotensi positif di tahun 2021. Dengan estimasi kurang lebih 25% dari Forbes Global 2000 akan menggunakan blockchain sebagai pondasi kepercayaan digital dalam skala besar.
Semua Industri Butuh Kepercayaan
Daftar panjang industri yang dapat dipenetrasi oleh teknologi blockchain dirangkum oleh IDC beberapa diantaranya termasuk pemerintahan, kesehatan, logistik dan pengiriman, dan tentu saja, finansial. Peneliti juga memperkirakan jika di tahun 2022, pelayanan kesehatan identitas standar menggunakan digital blockchain yang akan digunakan di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan US. Mereka juga melihat, penggunaan blockchain untuk melakukan e-voting akan muncul dan akan secara massif -delapan persen dari wilayah berlakunya undang-undang- diujikan di tahun 2023. Dan mulai tahun 2025, peneliti menyampaikan 10% dari institusi finansial akan menggunakan teknologi blockchain dalam memenuhi kebutuhan nasabah untuk membuat transparansi, catatan entitas yang dapat diaudit.
Dominasi Sektor Perbankan dan Keuangan
Dampak pandemi COVID-19, di antara semua industri, sektor keuangan atau perekonomian adalah sektor yang terdampak paling besar. Demi beradaptasi dan memenuhi kebutuhan pelanggan di dunia digital, penurunan laba dan pengetatan margin dilakukan. Adaptasi teknologi keuangan (FinTech) dan teknologi blockchain dalam dunia perbankan dapat menguatkan pertumbuhan transaksi nirsentuh dan mendesain ulang layanan finansialnya. Dengan adaptasi ini, di waktu yang akan datang, perbankan dan sektor keuangan lainnya diharapkan dapat tumbuh secara eksponen, untuk kemudian memegang pasar terbesar di pasar blockchain global selama beberapa tahun mendatang.
[postingan number=3 tag=”hacker”]
Tren yang akan Datang: DeFi
Berkat adanya teknologi blockchain dan Dapps, kita dapat mengakses Decentralize Finance (DeFi) atau keuangan terdesentralisasi. DeFi merupakan satu contoh dari jenis perubahan yang disediakan oleh Dapps, selain itu Dapps juga dapat bekerja untuk membentuk ulang cakrawala bisnis digital dengan sistem desentralisasi peer-to-peer tempat belanja seperti Amazon dan eBay, penyimpanan cloud seperti Google Drive atau Dropbox, bahkan aplikasi akses pasar digital seperti Apple App Store dan Google Play. Tren ini akan terus melesat di tahun 2021, melihat di tahun ini DeFi mengalami peningkatan pesat dengan total value melampaui 10 miliar USD.
Masa Depan Dapps
Kedepannya, aplikasi terdesentralisasi (Dapps) akan terus tumbuh secara eksponen, setelah di tahun 2020 membawa kemajuan pesat dan perluasan teknologi blockchain serta aplikasinya. Selain itu, pemakaian Dapps akan lebih sering dilibatkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengurangi biaya dan menghilangkan perantara dari segala transaksi personal dan bisnis yang dilakukan. Aplikasi ini diharapkan untuk mengambil otomatisasi dan keamanan transaksi ke level yang selanjutnya.
Vexanium: Teknologi Blockchain Masa Kini
Dari pemaparan tersebut di atas, bisa dikatakan bahwa 2021 dan tahun-tahun yang akan datang merupakan ladang basah bagi protokol-protokol blockchain untuk semakin dikenal dan digunakan oleh lebih banyak pengguna. Vexanium Indonesia Public Blockchain merupakan salah satu dari beberapa proyek blockchain atau crypto di Indonesia. Memiliki berbagai keunggulan dibanding dengan blockchain generasi sebelumnya, salah satunya adalah Vexanium memiliki kecepatan diatas 2000 transaksi per detik. Hal ini cocok untuk pemakaian retail dan berhadapan langsung dengan customer atau user, misal pemakaian sosial media, aplikasi finansial, retail yang memiliki transaksi besar, dan sebagainya.
[postingan number=3 tag=”bitcoin”]
Selain itu, Vexanium juga menyokong developer dalam membuat aplikasi terdesentralisasi blockchain dengan fitur-fitur seperti menggunakan bahasa pemrograman C++, konsensus Delegated Proof of Stakes (DPoS), fitur anti pencurian dan pembekuan, skalabilitas, biaya RAM lebih murah, dan program insentif khusus Dapps.
Dengan ragam fitur dan keunggulan dari Vexanium, developer dapat membuat Dapps di blockchain Vexanium sesuai dengan keinginan dan tujuan masing-masing seperti aplikasi games, keuangan, media sosial, dan lainnya. Trusti adalah salah satu Dapps yang dibuat di blockchain Vexanium, merupakan web platform dimana penggunanya dapat mencatat dan memverifikasi keabsahan suatu file digital, sehingga dibutuhkan skalabilitas yang tinggi. Selain Trusti, ada juga aplikasi lain seperti Fish War dan Dice.
Potensi Dapps blockchain sebagai jawaban atas masalah di berbagai sektor dunia muncul linear dengan semakin banyaknya pengguna Dapps blockchain serta use case-nya. Adanya pandemi COVID-19 juga tidak menurunkan potensi ini, justru makin meningkat dan diharapkan akan terus melesat di tahun 2021. Selain sebagai jawaban atas masalah, adanya Dapps juga diharapkan dapat membuat segala aspek yang terlibat menjadi lebih transparan, aman, dan adil bagi semua pihak.
[postingan number=3 tag=”startup”]