Enam tahun yang lalu, saya kembali ke Indonesia setelah berdomisili dan bekerja di Amerika Serikat selama hampir tiga puluh tahun lamanya.
Ketika saya mulai membangun GDP Venture, Martin Hartono selaku Chairman & CEO menyarankan saya agar fokus melakukan hal-hal dasar dengan benar; membangun tim yang kuat sesuai dengan best practice yang saya dapatkan di Amerika Serikat. Kesuksesan kelak akan mengikuti.
Konsep ini kedengarannya simpel. Kami pun membangun GDP Labs dari nol sebagai salah satu perusahaan pengembangan software produk di Indonesia. Kini kami telah melebarkan sayap hingga ke lima kota besar di Indonesia: Bali, Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta.
Selain itu, KASKUS juga memiliki sistem yang terdistribusi dan scalable. Sistem inilah yang melayani jutaan pengguna dengan data center yang berlokasi di Indonesia. Bahkan dengan sistem pemrosesan dan teknologi yang dimiliki KASKUS saat ini memungkinkan kami untuk merilis beberapa kali dalam sehari. Kami juga bisa berinovasi dengan cepat untuk meningkatkan produk yang ada dan produk baru.
Artikel ini menceritakan fokus kami yang kembali ke kebiasaan sehari-hari di Indonesia, di antaranya:
Berorientasi pada manusia
Kami ada di bisnis yang erat kaitannya dengan “orang-orang hebat”: menarik (attract), merekrut (recruit), melatih (train), mempromosikan (promote), memberi penghargaan (reward), dan mempertahankan (retain) orang-orang hebat. Talenta-talenta hebat inilah yang fokus mengembangkan software dan konten. Orang-orang hebat membuat segalanya menjadi nyata!
Dengan mengombinasikan talenta hebat, lingkungan kerja, proses, teknologi, dan insentif yang tepat, kamu bisa melahirkan tim yang tak terkalahkan!
Singkatnya, kami percaya penuh dan berinvestasi dengan sumber daya manusia yang kami miliki. Kami mencetak para pemimpin, bukan sekadar pengikut.
Belajar tanpa henti
Industri yang kami geluti tergolong masih muda, dinamis, bergerak cepat, dan dalam mode hyper-growth. Tapi kami hanya menyentuh bagian permukaannya. Kami ingin menjadi mesin pembelajaran agar mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan.
Pertanyaan yang paling sering disampaikan orang-orang kepada saya misalnya: Bagaimana saya bisa terus mengikuti perkembangan teknologi? Bagaimana kamu memprediksi teknologi apa yang akan menjadi mainstream?
Kami melakukan hal-hal ini di KASKUS dan GDP Labs:
Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk belajar
Kami selalu mendorong tim untuk terus belajar. Mereka yang berhasil mempelajari hal baru akan mendapat penghargaan karena dinilai lebih berwawasan dibanding sebelumnya.
Mereka didorong untuk terus mengeksplorasi beragam teknologi baru dan mengambil segala risikonya. Tak ada penalti atau hukuman yang kami berikan jika mereka gagal.
Berbagi adalah sebuah kekuatan
Ya, berbagi adalah sebuah kekuatan. Pepatah yang mengatakan “pengetahuan adalah kekuatan” tampaknya sudah tidak berlaku. Kita harus berbagi pengetahuan agar dapat belajar lebih banyak dan lebih cepat bersama-sama.
Kami pun melakukannya. Kami selalu berbagi pengetahuan secara rutin setiap hari, setiap pekan. Kami mengetahui lebih banyak hari ini dibandingkan kemarin. Kami menjadi orang-orang yang lebih baik satu persen setiap harinya.
Perbarui pengetahuan terus-menerus
Sumber: Pexels
Bacalah setidaknya satu artikel setiap hari. Di penghujung tahun, kamu akan telah membaca setidaknya 365 artikel. Dalam praktiknya, kebanyakan dari kita membaca lebih dari satu artikel setiap harinya. Cobalah hitung berapa banyak artikel yang kamu baca selama lima tahun.
Selain itu, kami juga senantiasa mengikuti konferensi tahunan perusahaan-perusahaan ternama di dunia: Apple Worldwide Developers, AWS re:Invent, Facebook Developer: F8, Google I/O, Microsoft Build, dan sebagainya.
Kami juga belajar banyak hal dari sumber-sumber gratis dan berbayar seperti newsfeed, Google Alerts, e-book, YouTube, TED.com, Stanford, Udemy, Coursera dan berbagai konferensi seputar machine learning, Java Spring, Black Hat, dan lain-lain. Berkat metode belajar bersama ini, kami cukup mampu memprediksi teknologi apa saja yang akan menjadi mainstream.
Misalnya, kami berinvestasi dan mempelajari teknologi yang berkembang, seperti cloud computing, mobile computing, VR, AR, machine learning, dan sebagainya, lebih awal ketimbang kebanyakan perusahaan di tanah air. Karena kami selalu memonitor tren dan berani mengambil risiko.
Ibaratnya, kalau kamu tidak menggunakan cloud computing dan machine learning, kamu seperti sedang membawa sebilah pisau saat lawan-lawanmu menggunakan senjata api.
Belajar, berhenti belajar, kembali belajar
Saya sendiri harus mempelajari teknologi yang ada saat ini, lalu berhenti mempelajarinya karena saya harus mempelajari kembali teknologi baru yang muncul dalam tiga puluh tahun terakhir. Teknologi ini melintasi beberapa generasi komputer dengan antarmuka dan model pemrograman yang berbeda.
Mulai dari Mainframes dengan model batch interface programming;, Minicomputers dengan interactive text-based user-interface; Workstation dan PC dengan graphical-user-interfaces (GUI); internet dengan model pemrograman client-server; cloud computing dengan model pemrograman yang terdistribusi, scalable, dan serverless; mobile-computing dengan native application; dan kini machine learning yang mengombinasikan hampir semua interface dan model pemrograman. Ditambah lagi dengan paradigma baru dan architecture modern seperti GPU, TPU, modeling, serta training the system.
Singkatnya, belajar itu seperti oksigen. Kita harus terus belajar untuk dapat bertahan hidup—sama halnya seperti kita butuh oksigen untuk tetap hidup.
Kata pepatah: “Berikanlah seseorang seekor ikan, maka kamu memberi ia makan untuk satu hari. Tapi, ajari dia cara memancing, maka kamu memberi ia makan untuk selama-lamanya.”
Kita mengajari orang lain cara memancing karena sangatlah tidak mungkin memberi mereka ikan sepanjang waktu saat kondisi air terus berubah. Apa yang kamu ketahui hari ini bisa saja jadi pengetahuan yang “basi” keesokan harinya.
Seperti saat kamu sedang bermain game Chess atau Go, kamu hanya akan mengikuti panduan dan pola tertentu. Rasanya tidak mungkin untuk menghitung dan menghafal semua
Speed, speed dan speed!
Sumber gambar: Amazonaws
Kecepatan itu kunci. Perekonomian di Jepang pulih setelah Perang Dunia II di tahun 1945. Perekonomian Korea Selatan pun membaik pasca Perang Korea tahun 1953 karena mereka membenahi segalanya dengan cepat.
Alibaba, Amazon, Facebook, Google, dan Tencent telah menjadi perusahaan-perusahaan paling bernilai dalam kurun waktu kurang dari dua puluh tahun. Semua ini berkat kecepatan mereka dalam mengirimkan produk. Sungguh, hal ini penting khususnya untuk bisnis startup.
Kerja keras
Butuh usaha dan waktu untuk mencapai hal-hal hebat dalam hidup kamu. Tidak pernah ada jalan pintas dalam hidup. Kita tidak bisa memilih tempat lahir dan orang tua. Tapi, kita punya pilihan untuk bekerja keras demi hidup yang lebih baik.
Dengan cara itulah saya bertahan hidup dan tumbuh di salah satu industri yang sangat kompetitif di Amerika Serikat. Kerja keras membuka banyak kesempatan.
Sewaktu saya tiba di Amerika Serikat tahun 1982, saya begitu cupu. Saat itu saya adalah mahasiswa tanpa pengalaman sama sekali. Saya tidak mengerti kultur di Amerika. Kemampuan Bahasa Inggris saya pun buruk. Saya tidak punya keluarga atau mentor untuk menolong saya saat itu. Uang saya di bank pun terbatas.
Yang paling sial, saya tidak diizinkan untuk bekerja penuh waktu karena masih mahasiswa. Untungnya, saat itu saya langsung menyadari bahwa saya harus membuat rencana matang dan bekerja keras.
Bermodalkan niat ini, saya mengambil tiga pekerjaan paruh waktu: sebagai asisten pengajar dan riset di Departemen Ilmu Komputer serta sebagai konsultan komputer di Computer Labs. Saya pun masih bersekolah sebagaimana diharuskan oleh imigrasi Amerika Serikat.
Saya terus belajar dan bekerja, sementara di luar sana teman-teman saya sedang berpesta dan menikmati liburan di musim panas atau musim dingin bersama keluarga dan teman-teman mereka. Bahkan, saya harus bekerja lebih keras untuk mendapat pekerjaan penuh waktu setelah menyelesaikan studi S2 saya. Saya harus mempertahankan pekerjaan saya dan mendapatkan promosi.
Saat teman-teman saya bekerja selama delapan jam, saya justru bekerja sepuluh jam lamanya. Jika mereka bekerja lima hari dalam seminggu, saya bekerja enam hari. Jika mereka bekerja enam hari, saya bekerja tujuh hari dalam sepekan. Jika mereka bekerja selama tujuh hari, maka saya bekerja selama liburan.
Dengan sukarela saya bekerja saat diperlukan. Teman-teman dan para manajer bahkan tak perlu meminta saya untuk lembur, khususnya saat ada rilis produk. Buat saya, hal itu bukanlah hal yang membebani. Itu adalah bagian dari pekerjaan, sebab bisnis kami selalu berjalan tiap hari tanpa henti.
Disiplin
Sumber gambar : healtcomu
Datanglah tepat waktu saat pertemuan
Waktu jauh lebih berharga daripada uang, karena waktu tidak bisa diputar kembali. Terlepas apakah kamu kaya atau miskin, tua atau muda, kita semua sama-sama memiliki waktu 24 jam sehari. Janganlah kamu sia-siakan!
Meski dari apartemen saya ke KASKUS hanya butuh waktu 45 menit, saya selalu berangkat antara pukul 7.30-8.00 pagi karena kondisi jalan sering kali tidak bisa diprediksi. Jadi saya masih punya banyak waktu untuk mempersiapkan rapat harian pada pukul 9.30.
Coba deh bayangkan berapa banyak waktu (dan uang) yang terbuang bila semua jajaran eksekutif sebuah perusahaan terlambat lima belas menit! Ini adalah tanda dari masalah yang besar.
Bagaimana mungkin kamu memercayakan seseorang untuk menghadapi berbagai tantangan perusahaan, jika kamu sendiri tidak bisa datang tepat waktu ke sebuah rapat yang sudah kamu rencanakan jauh-jauh hari?
Cek email setiap hari
Cobalah cek email kamu setiap hari, meski kamu sedang berada di luar kantor. Berikan respons setidaknya dalam waktu 24 jam. Banyak orang yang tidak menyadari atau tidak mengetahui penggunaan email dengan efektif.
Padahal email memungkinkan kita untuk bekerja remote, mengurangi meeting, bekerja dengan waktu yang lebih fleksibel, serta mengelola tim dari berbagai belahan dunia. Juga, pastikan agar Inbox kamu selalu kosong (inbox zero) untuk meningkatkan kinerja perusahaan setiap harinya.
Buatlah laporan mingguan
Semua orang, termasuk saya sendiri, membuat laporan mingguan di GDP Labs dan KASKUS. Laporan pendek ini memuat:
- Isu,
- Apa saja yang telah kita lakukan di pekan tersebut,
- Apa saja rencana minggu depan,
- Apa saja yang telah kita baca dan pelajari tentang teknologi, bisnis, kepemimpinan, dan manajemen.
Laporan ini dipublikasikan di wiki internal kami sehingga semua orang bisa membacanya. Hal ini juga menciptakan transparansi dan membantu menyelaraskan tiap tim yang bekerja sama.
Tindaklanjuti tiap kegiatan
Banyak orang menghadiri berbagai rapat dan menulis catatan meeting yang panjang. Tapi, sayangnya, jika tidak ditindaklanjuti, meeting tersebut hanya akan menghabiskan waktu tanpa hasil yang bermanfaat.
Kesimpulan
Kebiasaan di atas telah membantu saya, baik saat di Amerika Serikat ataupun di Indonesia. Saya yakin hal tersebut bisa dilakukan di seluruh dunia. Kebiasaan yang saya sebutkan hanyalah hal-hal sederhana jika kamu lakukan dalam kurun waktu yang pendek. Tantangannya justru saat kamu harus melakukannya terus-menerus sepanjang tahun.
Beberapa orang sempat bertanya pada saya tentang bagaimana saya mengelola kebiasaan ini selama beberapa dekade lamanya.
Awalnya, saya hanya ingin melatih diri agar mempunyai etika bekerja yang baik, sebagaimana diajarkan keluarga saya. Tapi, latihan ini ternyata terus berkembang. Akhirnya menjadi kebiasaan dan cara hidup.
Beberapa orang bilang batasan antara semangat (passion) dan obsesi (obsession). Saya tahu, kebiasaan ini memang tidak bisa diterapkan kepada semua orang. Setiap perusahaan harus melakukannya dengan cara berbeda di tiap tahapan yang berbeda, tergantung dari berbagai variabel. Jadi, tidak ada pendekatan yang cocok untuk semua kondisi.
Saya sendiri harus terus belajar memahami diri saya dengan senantiasa belajar dari beberapa dekade belakangan, karena banyaknya perubahan di industri ini. Ini adalah pelajaran yang membuat kita rendah hati dan membuat kita puas. Pelajaran yang tiada henti! [tia/ap]