Orang dengan kepribadian introvert ada di mana-mana. Meski dulu sempat dianggap sebagai golongan minoritas (17-25 persen), studi lebih baru menunjukkan bahwa introvert mengisi hingga 49 persen populasi manusia di muka bumi. Banyak orang introvert yang menjadi tokoh terkenal dan membawa perubahan besar bagi dunia, termasuk Warren Buffet, Mark Zuckerberg, juga Elon Musk.
Satu sifat yang membedakan introvert dengan extrovert adalah: extrovertmendapatkan energi dari interaksi sosial, sementara introvert menghabiskan energi untuk hal yang sama. Sifat ini membuat introvert bisa mengalami berbagai masalah ketika berada di tempat yang butuh banyak interaksi sosial, seperti di kantor. Berikut ini beberapa contoh masalah tersebut serta cara menghadapinya.
Sulit mengobrol
“Mengobrol” sebetulnya adalah kata yang terlalu umum, karena bukan berarti introvert tidak suka mengobrol sama sekali. Deskripsi yang lebih tepat adalah mereka tidak suka terlibat dalam obrolan basa-basi yang tak bermakna. Bagi sebagian orang, bersenda gurau dan berbincang ringan bisa menjadi sarana melepas penat, tapi bagi orang introver, interaksi seperti ini justru melelahkan.
Bila kamu bertemu kolega introver, jangan cepat memberi cap negatif hanya karena dia miskin bicara. Cobalah untuk berbincang dengannya di waktu lain, terutama bila dia sedang senggang dan tidak sedang letih akibat pekerjaan.
Sebaliknya, bila kamu introver, usahakanlah untuk menjadi orang yang memulai percakapan sesekali. Siapa tahu kamu menemukan kawan dengan minat yang sama denganmu. Ingatlah bahwa orang lain tidak akan tahu apa yang kamu pikirkan bila kamu tidak mengungkapkannya.
Jarang ikut aktivitas berkelompok
Aktivitas berkelompok, meskipun dalam rangka bersenang-senang, bisa menjadi momok yang membebani seorang introver. Terlebih bila kegiatan tersebut diadakan mendadak, atau dilaksanakan di luar jam kerja yang sebetulnya sangat berharga untuk digunakan beristirahat. Biasanya mereka akan menolak dengan jawaban, “Malas,” tapi sebenarnya mereka hanya lelah.
Waktu yang tepat untuk mengajak mereka beraktivitas adalah di akhir pekan atau hari libur, ketika mereka tidak punya rencana. Siapa bilang orang introver tidak suka makan bersama, karaoke, menonton di bioskop, atau pergi ke konser? Kuncinya hanya satu: pada waktu yang tepat.
Terlalu berorientasi pada tujuan (goal-oriented)
Orang introver punya daya konsentrasi yang tinggi. Mereka betah mengerjakan satu hal berjam-jam, dan apabila memiliki tujuan jelas, mereka akan betul-betul mengejarnya hingga tercapai. Terkadang ini menimbulkan kesan bahwa mereka sulit diajak bekerja sama, apalagi bila berada dalam tim dengan kapasitas kerja berbeda-beda.
Hasrat untuk mencapai tujuan dan “melakukan hal yang benar” memiliki prioritas yang sangat tinggi bagi orang introver, sehingga sering kali mereka mengesampingkan hubungan sosial. Mereka juga sangat tidak nyaman berada dalam kondisi yang menyulitkan untuk fokus, misalnya lingkungan yang ramai atau ekspektasi dan job description yang terus berubah-ubah.
Bila kamu menghadapi orang introver dalam kondisi seperti ini, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menjalin komunikasi. Tanyakan pada mereka, apa yang ingin mereka capai dan apa rencana untuk mencapainya.
Bisa jadi masalah muncul justru karena mereka adalah overachiever. Kesalahan yang banyak dilakukan perusahaan adalah mengisolasi orang-orang introver, sehingga potensi mereka malah tidak terpakai maksimal.
Andai kamu yang ada di posisi si introver, kamu harus ingat bahwa se-introvert apa pun kamu, komunikasi tetap sangat penting. Carilah waktu yang tepat untuk mengutarakan pendapat dan rencanamu pada anggota tim. Ajak atasan untuk mengobrol empat mata bila perlu, agar rasa tak nyaman dalam dirimu tidak berkembang jadi frustrasi.
Rawan terkena prasangka
Introver cenderung hemat bicara dan tidak suka diganggu bila sedang bekerja, tapi bukan berarti mereka benci orang-orang di sekitarnya. Justru sekali sudah menjadi teman, introver akan menjadi teman yang setia dan menyenangkan. Dalam hal pertemanan, mereka lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas.
Sayangnya sikap ini rawan menimbulkan prasangka, apalagi dalam diri orang ekstrover yang suka berusaha berteman dengan orang sebanyak-banyaknya. Introver bisa terkesan sombong, tertutup, bahkan arogan, padahal sebetulnya dia hanya butuh ketenangan.
Relasi antara kedua tipe kepribadian yang berseberangan ini harus dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan. Orang ekstrover butuh interaksi, sama seperti orang introver butuh kesendirian. Cobalah untuk memahami perbedaan masing-masing dan mengesampingkan ego sesekali.
Kadang terlalu pendiam, kadang terlalu cerewet
Penulis best-seller asal Kanada, Malcolm Gladwell, pernah berkata, “Berbicara bukanlah perilaku ekstrover. Ini tidak ada hubungannya dengan sifat ekstrover. Berbicara adalah sebuah pertunjukan, dan banyak aktor pertunjukan yang punya sifat sangat introver.”
Introver sering diasosiasikan dengan sifat pendiam, padahal hal itu tidak sepenuhnya benar. Coba saja ajak mereka mengobrol tentang hal yang mereka minati, dan lihatlah bagaimana mereka berubah menjadi sangat cerewet. Bahkan lebih cerewet daripada orang-orang ekstrover sekalipun.
Sebagian besar waktu luang dihabiskan oleh introver untuk berpikir dan melakukan refleksi diri. Ketika mendapat kesempatan untuk mengungkapkan hasil pikiran-pikiran itu, mereka bisa berbicara banyak sekali, karena isi kepalanya pun begitu banyak. Terlalu cerewet bisa membuat pendengar lelah atau terganggu, jadi bila hal ini terjadi padamu, ingatlah untuk “mengerem” dan memberi kesempatan juga pada lawan bicara.
Butuh waktu untuk “isi ulang”
Introver butuh energi untuk bisa bersosialisasi dengan baik, dan ketika energi itu sudah habis, mereka butuh waktu sendiri untuk mengisi ulang energi. Kegiatan sendirian itu bisa bermacam-macam, mulai dari menonton film, mendengarkan musik, minum teh, membaca buku, atau sesimpel tidur saja. Tiap orang punya wujud zona nyaman yang berbeda-beda, dan zona nyaman ini tidak bisa diganggu gugat.
Bila kamu punya kawan introver, pahamilah kapan ia butuh waktu sendiri dan jangan paksa ia bersenang-senang di luar rumah bila tidak punya energi. Kalau kamu sendiri orang introver, sadarilah kebutuhanmu, kemudian atur jadwalmu agar kamu punya waktu untuk mendapatkan ketenangan ini. Mengumpulkan banyak energi sebelum kegiatan sulit bisa membantumu memberikan performa lebih maksimal.
Bill Gates, salah satu tokoh introvert dengan kepemimpinan sukses, menyarankan orang-orang introvert untuk mempelajari kelebihan orang-orang extrovert. Sebaliknya, orang extrovert juga tidak ada salahnya memahami cara pikir introvert. Ini akan membantu meningkatkan kapabilitasmu, sekaligus jadi petunjuk tentang kapan kamu harus menyerahkan suatu pekerjaan ke orang lain.
Sifat extrovert dan introvert punya kedudukan yang setara. Tidak ada sifat yang lebih superior atau inferior, masing-masing punya kelebihan serta kekurangan. Kita harus paham bahwa keduanya punya kebutuhan yang berbeda, sehingga bisa memaksimalkan potensi semua orang di tempat kerja. Lagi pula pada akhirnya, untuk menghasilkan kinerja terbaik, kita harus kembali pada satu prinsip dasar, yaitu kerja sama. [tia/ap]