Trentech.id Logo
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • Terbaru
  • Berita
  • Startup
  • Bisnis
  • Learn
  • Games
  • Blockchain
  • Gadget
  • Terbaru
  • Berita
  • Startup
  • Bisnis
  • Learn
  • Games
  • Blockchain
  • Gadget
Logo Trentech.id
No Result
View All Result
  • Terbaru
  • Berita
  • Startup
  • Bisnis
  • Learn
  • Games
  • Blockchain
  • Gadget

Era Minimum Viable Product Telah Mati, Saatnya Beralih ke Riskiest Assumption Test

30 April 2017
in Startup

Istilah Minimum Viable Product atau MVP memiliki cacat dalam definisinya, yaitu penggunaan kata “produk”. MVP bukanlah produk. MVP adalah sebuah cara testing untuk mengetahui apakah masalah yang kamu angkat layak diselesaikan, sekaligus cara meminimalkan risiko dan mengetes asumsi sebelum implementasi riil.

Daripada menjalankan MVP, lebih baik kamu mengidentifikasi suatu asumsi yang memiliki risiko terbesar, kemudian mengujinya. Proses ini disebut Riskiest Assumption Test atau RAT, dan mengganti MVP dengan RAT bisa membuat hidupmu jadi lebih mudah.

Daftar Isi

  • Salah kaprah tentang MVP yang sering terjadi
  • RAT tak sekadar meminimalkan, tapi mengurangi secara drastis
  • Cara menemukan asumsi dasar untuk proses RAT
  • Mulai setiap ide baru dengan RAT
  • Maksimalkan penemuan

Salah kaprah tentang MVP yang sering terjadi

MVP sudah terlalu sering digunakan, sampai-sampai istilah ini jadi melenceng dari makna aslinya. Sering kali yang dimaksud MVP adalah versi perdana dari sebuah produk yang belum sempurna. Hasilnya, MVP jadi terlalu kompleks untuk digunakan sebagal alat uji coba cepat—sebagaimana tujuan awalnya—tapi juga terlalu jelek untuk dijadikan produk siap dirilis.

MVP terlalu sering digunakan sampai melenceng dari makna aslinya

Khawatir akan hasil produk yang kurang baik, developer biasanya kemudian membuat Minimum Valuable Product atau Minimum Lovable Product untuk mengatasinya. Ini cara pandang yang salah, sebab mereka jadi menghabiskan terlalu banyak sumber daya untuk menguji asumsi yang berisiko tinggi, dan makin terlambat mendapat pelajaran dari konsumen riil.

Minimum Viable Test terkadang digunakan sebagai usaha untuk membuat iterasi-terasi kecil sebelum produk dirilis. Proses ini gagal menjawab dua pertanyaan penting, yaitu apa yang kamu tes dan mengapa kamu melakukan testing. Kata “minimum” juga punya takaran yang ambigu. Eric Ries, penulis buku The Lean Startup, ketika ditanya seberapa minimum MVP yang perlu dibuat, menjawab dengan, “Mungkin jauh lebih minimum dari yang kamu kira.”

RAT tak sekadar meminimalkan, tapi mengurangi secara drastis

Dibanding MVP, RAT lebih eksplisit. Kamu tidak perlu membangun lebih dari apa yang dibutuhkan untuk mengetes risiko terbesar, tidak ada tuntutan akan desain dan kode program yang sempurna, dan tidak perlu khawatir kamu akan menghasilkan sebuah produk secara prematur.

MVP menggoda kita dengan kepastian palsu akan jalur yang jelas dan lurus menuju solusi optimal. Sementara RAT justru menempatkan fokus pada pembelajaran. RAT seperti lilin di kegelapan yang membantu kita bergerak maju selangkah demi selangkah. Setelah bisa memvalidasi asumsi yang paling berisiko, kamu bisa maju ke asumsi berikutnya, dan sedikit demi sedikit membangun rasa percaya diri bahwa idemu dapat berhasil.

Kunci proses RAT terletak pada tes yang kecil dan cepat. Apa eksperimen terkecil yang bisa kamu lakukan untuk mengetes asumsi terbesar? Seperti dipaparkan oleh Tom Chi, co-founder Google X, “Memaksimalkan pembelajaran dengan cara meminimalkan waktu yang diperlukan untuk mencoba hal baru.”

Bukan sekadar meminimalkan, tapi benar-benar menguranginya secara drastis. Prototipe untuk ide kompleks seperti Google Glass pun dibuat hanya dalam satu hari!

Cara menemukan asumsi dasar untuk proses RAT

Mengidentifikasi asumsi dasar butuh banyak energi dan kedisiplinan mental. Pandanglah setiap kejadian sebagai masalah konsumen, lalu telusuri ke belakang.

Kondisi seperti apa yang memunculkan kejadian tersebut? Kumpulkan setiap asumsi dan bertanyalah, “Apa asumsi yang menjadi latar belakangnya?” Ulangi terus sampai kamu mencapai asumsi yang paling dasar. Proses ini mirip seperti teknik 5 Whys—penelusuran secara mundur untuk mengidentifikasi asumsi di balik tiap masalah.

Di sini, kamu setidaknya sudah memiliki gambaran jelas tentang hal-hal penting yang tadinya tidak kamu ketahui, dan gambaran jelas tentang RAT seperti apa yang kamu perlukan.

Mulai setiap ide baru dengan RAT

Hal ini tidak hanya berlaku di startup, justru mungkin malah lebih krusial di perusahaan yang sudah mapan. Ketika kamu sudah beroperasi dengan sukses selama bertahun-tahun, kamu bisa terjebak dalam perasaan aman.

Ini berbahaya, karena kamu jadi rentan terhadap inovasi perusahaan saingan, dan bisa-bisa malah membuang uang untuk membangun produk yang tidak diminati. Sementara itu para pesaingmu berhasil menemukan pekerjaan yang tepat untuk dilakukan, dan membuat produk yang sesuai kebutuhan masyarakat. Perlahan-lahan, mereka mencuri pelangganmu.

RAT di perusahaan yang sudah mapan memiliki tantangan yang berbeda. Keterbatasan startup mendorong para pegiatnya berpikir secara cermat, cocok dengan cara kerja RAT. Tapi dengan sumber daya melimpah, sepertinya konsekuensi yang kita terima lebih kecil ketika menjalankan proyek besar tanpa validasi terlebih dahulu.

RAT perlu pola pikir yang berbeda, dan kadang-kadang bisa menyulitkan para engineer, desainer, atau manajer produk yang sudah menduduki posisi tetap. Profesionalisme akan mendorong mereka untuk membuat produk yang sempurna, dengan fitur lengkap dan kode yang terpoles rapi. Tapi bila produkmu tidak dibutuhkan orang, tidak ada artinya meski produk itu punya kualitas tampilan indah atau kode yang sempurna.

Maksimalkan penemuan

RAT memprioritaskan pekerjaan-pekerjaan penting untuk memvalidasi ide dengan cepat. RAT menghilangkan godaan untuk membuat produk setengah jadi yang tidak sempurna, tapi bukan berarti prosesnya mudah.

Kamu harus selalu sigap, dan waspada akan terjadinya perluasan ruang lingkup. Seluruh tim harus terus saling bertanya, “Apakah ini benar-benar hal terkecil yang bisa kita lakukan untuk menguji asumsi yang paling berisiko?” [tia/ap]

Berikan rating

Follow Trentech.id di Google News, Klik DI SINI

Tags: minimum viable productmvpriskiest assumption test
1.4k
VIEWS
Previous Post

Apa Saja 8 Fakta Menarik Sejarah Airbnb – “Malaikat” Pemberi Uang hingga Penjualan Sereal

Next Post

Alasan Mengapa Amazon Tidak Cocok Masuk ke Pasar Asia Tenggara

Related Posts

Mengenal Revenue Stream dan Business Model untuk Startup

24 December 2024
2k

Mempelajari tentang startup, maka tak akan terlepas dari belajar tentang berjalannya sebuah proses bisnis. Ada beberapa istilah dan konsep bisnis...

tahapan sebelum mvp

Tahapan Sebelum Mencapai Minimum Viable Product (MVP) dalam Pengembangan Produk

8 May 2024
1.6k

Pengembangan produk adalah proses yang melibatkan serangkaian tahapan penting sebelum mencapai tahap Minimum Viable Product (MVP). Sebelum mencapai MVP, ada...

Coworking Space Di Jakarta

Kumpulan Co-Working Space di Jakarta Terbaru

20 February 2024
2.2k

Coworking Space Jakarta bisa dibilang merupakan salah satu kota terpenting bagi ekosistem startup teknologi di Indonesia. Tidak hanya karena infrastrukturnya yang lebih...

Terpopuler

  • Manfaat Belajar Bahasa Pemrograman

    Manfaat Belajar Bahasa Pemrograman untuk Kehidupan

    284 shares
    Share 114 Tweet 71
  • HP Nokia Edge 2022 Mirip Iphone 13, Cek Harga dan Spesifikasi

    355 shares
    Share 142 Tweet 89
  • 8 Contoh Pitch Deck Startup yang Bisa Kamu Pelajari

    2518 shares
    Share 1007 Tweet 629
  • 3 Cara Memutus Koneksi Orang Lain dari Jaringan Wi-Fi Anda

    1097 shares
    Share 439 Tweet 274
  • Daftar Gaji di Startup Indonesia

    263 shares
    Share 105 Tweet 66
  • Inilah 15 Skin Paling Keren di Mobile Legends

    338 shares
    Share 135 Tweet 85
  • Fakta Menarik Riset Google tentang Perkembangan YouTube di Indonesia

    145 shares
    Share 58 Tweet 36
  • Algoritma Facebook Terus Berubah, Nasib Media dan Penerbit Konten Mengkhawatirkan

    138 shares
    Share 55 Tweet 35
  • Meramal Masa Depan Bisnis Digital Agency

    116 shares
    Share 46 Tweet 29
  • Sertifikasi PCI DSS BingX Jadi Tolak Ukur Baru Keamanan Data Web3

    107 shares
    Share 43 Tweet 27

About . Contact . Partnership . Google News . Telegram

Trentech.id adalah situs yang menyajikan konten tentang startup, bisnis, game, event, hingga informasi pekerjaan. Trentech berusaha memberikan konten yang berkualitas untuk para pembacanya agar dapat menjadi rujukan utama mengenai dunia teknologi pada khususnya. Tim trentech terdiri dari orang – orang yang berkompeten dibidangnya, dan akan selalu mendukung karya – karya terbaik anak bangsa dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk para startup agar dapat publish karyanya di trentech.

Trentech ID

  • About
  • Contact
  • Advertising
  • Privacy Policy
  • Sitemap

Tools

  • Harga Crypto Terbaru
  • Cek Ongkir
  • Cek Resi
  • Cek Domain

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Sign Up
About . Contact . Partnership . Google News