Pada bulan Maret 2017 lalu TIA Indonesia kembali menyelenggarakan Gametalk yang diselenggarakan di kantor Garena Indonesia. Acara Gametalk ketiga di tahun 2017 tersebut mengangkat topik seputar penerbitan game, lewat sesi diskusi bersama Wilson Tjandra (Mintsphere) dan Rudy Rachman Indrawanto (Vifth Floor). Keduanya diajak berbagi pengalaman go international yang mereka miliki dengan menerbitkan game melalui penerbit luar negeri.
Wilson merupakan sosok yang dikenal sudah malang melintang di industri game Indonesia selama belasan tahun. Ia mendirikan studio Mintsphere yang dalam waktu dekat akan merilis game terbarunya, Fallen Legion, di PS4 dan PS Vita.
Berbeda dengan Wilson, Rudy dari Vifth Floor tergolong sosok yang cukup baru di industri game tanah air. Meski demikian, game visual novel buatan studionya, Just Deserts, yang dirilis Agustus 2016 lalu sukses menembus pasar global dan konon telah terjual lebih dari tujuh ribu kopi di Steam.
Dari perbincangan kedua narasumber, terungkap bahwa proses menerbitkan game bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi bila terkait dengan relasi bisnis bersama penerbit sebagai pihak ketiga. Berikut adalah beberapa poin yang perlu developer ketahui saat akan mempertimbangkan kerja sama distribusi game melalui jalur penerbit, baik lokal maupun luar negeri.
Pelajari reputasi penerbit yang bersangkutan
Melalui jasa penerbit, sebuah studio game pastinya berharap agar karya mereka bisa menjangkau audiens yang lebih luas dibanding bila dirilis sendiri. Namun, perlu diketahui pula bahwa tidak semua penerbit bisa memberikan apa yang sesuai developer harapkan. Developer perlu melakukan riset lebih untuk mengetahui reputasi penerbit yang mengajak kerja sama.
Apakah penerbit tersebut cocok atau tidak salah satunya dapat dilihat dari penanganan distribusi game yang mereka kerjakan sebelumnya. Hal ini dilakukan oleh Rudy dan studionya, Vifth Floor, saat hendak bekerja sama dengan Sekai Project yang merupakan penerbit game asal Amerika Serikat.
Dengan reputasi Sekai Project sebagai penerbit yang cukup aktif menerbitkan game bergenre visual novel, Rudy meyakini penerbitnya memiliki kredibilitas yang bisa dimanfaatkan untuk lebih memahami model game visual novel seperti apa yang disukai pasar.
Senada dengan Rudy, Wilson juga mengungkapkan bahwa reputasi dan rekam jejak penerbit cukup penting untuk dijadikan sebagai pertimbangan awal bagi developer. Wilson menyinggung ada beberapa jenis penerbit yang umumnya ditemukan dalam industri game independen. Jenis-jenis penerbit yang dapat ditemukan secara umum antara lain:
- Penerbit yang sekadar melakukan tugasnya di bidang distribusi,
- Penerbit yang bersedia membantu developer menyelesaikan game hingga siap dirilis, atau
- Penerbit yang menjadi tak hanya menjadi distributor, tapi juga investor bagi developer.
Dengan memahami tipikal masing-masing jenis penerbit ini, harapannya developer dapat mengenal penerbit seperti apa yang mereka butuhkan untuk menjangkau para konsumen.
Pilih penerbit yang memberikan manfaat lebih
Sebagai pihak rekanan, beberapa penerbit tidak hanya menawarkan bantuan terbatas pada aktivitas distribusi saja. Penerbit yang baik juga tak segan menawarkan kelebihan lainnya seperti pendampingan kualitas, pemberian masukan, hingga dukungan teknis lain seperti penyertaan Development Kit. Penawaran benefit semacam ini merupakan keunggulan yang membedakan satu penerbit dengan yang lain.
Wilson menjelaskan beberapa manfaat yang ia dapatkan selama bekerja sama dengan pihak penerbit luar negeri bernama YummyYummyTummy. Ia mengungkapkan bahwa selain urusan distribusi, penerbit asal Amerika Serikat itu juga memberikan manfaat lain seperti koneksi ke sejumlah pihak penting, akses ke distributor, media, insight seputar pasar, dan lainnya.
Berkat kerja samanya dengan YummyYummyTummy, Mintsphere bakal menjadi developer dari Indonesia pertama yang merilis game mereka di platform PlayStation.
Manfaat lebih juga dirasakan oleh Rudy saat ia merampungkan game Just Deserts di tahun 2016. Selain dukungan inisiatif pemasaran yang ia peroleh dari pihak Sekai Project, Rudy juga mendapatkan bantuan lain berupa Quality Assurance yang jelas sangat berguna bagi penyelesaian game mereka, mulai dari urusan pemilihan teks terjemahan dengan tepat, pencarian bug, dan masukan lain-lain.
Dari penjelasan masing-masing, kedua narasumber Gametalk ini juga sepakat menyebut manfaat lain yang paling krusial dalam proses kerja sama dengan pihak penerbit, yaitu ikut terangkatnya nama perusahaan. Dengan kerja sama telah mereka lakoni, Rudy dan Wilson optimis bahwa kelak hal tersebut akan membuat nama studio mereka makin dikenal di kemudian hari.
Pastikan produkmu memiliki standar kualitas yang tinggi
Produk yang terpoles dengan baik memiliki pertimbangan yang lebih di mata penerbit. Hal ini disampaikan oleh Wilson ketika ia ditanya perihal kiat apa yang perlu dipersiapkan saat akan mendekati pihak penerbit. “Pada saat kita membuat produk (game) buatan yang bagus, penerbit, investor, maupun media pastinya akan memperhatikan dan mencari kita,” ujar Wilson.
Dari prinsip soal kualitas yang dipegang oleh Wilson tadi, Mintsphere sempat dilirik dua penerbit luar ketika memamerkan salah satu karya mereka, Trigger Princess, di acara Casual Connect Asia 2014. Dari dua penerbit yang mendekatinya, Wilson lalu memilih YummyYummyTummy yang membantu memberi akses kepada Development Kit untuk mengembangkan game di platform PlayStation.
Jadi apabila kamu berniat menggaet pihak tertentu untuk menerbitkan game karyamu, pastikan kualitas menjadi hal yang paling dioptimalkan terlebih dahulu sebelum terburu-buru untuk dilempar ke pasaran.
[tia/ap]