Ketika membaca berbagai media yang membahas ekosistem startup di Silicon Valley, kita seringkali hanya disuguhkan dengan berita-berita “menyenangkan” seperti kemunculan sebuah startup baru maupun pendanaan besar yang diterima para startup tersebut. Tak banyak berita yang mengangkat kisah-kisah di belakang layar startup di sana, yang terkadang justru menyedihkan.
Untungnya, ada beberapa tokoh di Silicon Valley yang kemudian menuliskan pengalaman mereka lewat buku. Dan berikut ini adalah beberapa buku yang bisa kamu baca untuk lebih memahami kenyataan yang sebenarnya terjadi di pusat perkembangan startup dunia tersebut.
Disrupted: My Misadventure in The Startup Bubble
Sumber gambar: Newsweek
Disrupted merupakan sebuah buku yang ditulis oleh Dan Lyons, seorang jurnalis yang telah berpengalaman selama 25 tahun di industri media. Pada usia 50an tahun, ia diberhentikan dari pekerjaan lamanya dan terpaksa bekerja di sebuah startup inbound marketing yang bernama HubSpot.
Setelah merasakan bekerja di dunia startup, Lyons justru merasa kalau HubSpot dan kebanyakan startup di Amerika Serikat hanya seperti sebuah “sekte” yang mencuci otak para karyawan dan konsumen demi mendapat keuntungan. Menurut Lyons, uang yang didapat para startup tersebut hanya berasal dari pendanaan (funding), dan proses masuknya mereka ke bursa saham (IPO) bukan dari keuntungan bisnis.
Buku ini menjadi menarik karena Lyons menjabarkan dengan rinci aktivitas-aktivitas di HubSpot yang menurutnya “aneh”, mulai dari penyebutan karyawan yang dipecat sebagai orang yang “lulus”, permen yang tersedia secara gratis, hingga sang bos yang selalu membawa boneka ketika meeting.
Hal-hal tersebut tentu hanya merupakan pandangan pribadi Lyons, yang telah puluhan tahun bekerja di bisnis konvensional, dan tiba-tiba harus masuk ke dunia startup yang begitu berbeda. Sebagai informasi, Lyons juga merupakan salah satu penulis naskah untuk serial televisi terkenal Silicon Valley.
Chaos Monkeys: Obscene Fortune and Random Failure in Silicon Valley
Sumber gambar: Tumblr
Antonio Garcia Martinez mungkin merupakan salah satu orang dengan pengalaman paling lengkap di ekosistem startup Silicon Valley. Mantan karyawan perusahaan investasi Goldman Sachs ini pernah bekerja di sebuah startup kecil bernama Adchemy, meski ia akhirnya keluar untuk membuat startup baru bernama AdGrok.
AdGrok kemudian berhasil bergabung dengan program akselerator Y Combinator dan diakuisisi oleh Twitter. Selepas akuisisi tersebut, Martinez sendiri enggan bekerja di Twitter dan justru bergabung dengan media sosial terbesar di dunia yang merupakan pesaing Twitter, yaitu Facebook.
Berkat pengalamannya yang cukup kaya tersebut, Martinez akhirnya bisa menceritakan berbagai hal tentang kehidupan di Silicon Valley yang jarang dibicarakan di media lewat buku Chaos Monkeys. Ia menggambarkan dengan rinci bagaimana ia bisa selamat dari gugatan hukum yang dilancarkan Adchemy, berkat bantuan dari founder Y Combinator Paul Graham.
Tak hanya itu, Martinez pun mengungkapkan cerita-cerita menarik di balik operasional startup besar seperti Twitter dan Facebook. Lewat buku ini, kamu bisa mengetahui bagaimana posisi-posisi tinggi di Twitter saat ini diisi oleh para karyawan yang sebelumnya bekerja di divisi iklan, serta mengapa Facebook sering menguji coba fitur-fitur baru mereka di negara seperti Selandia Baru.
Founders at Work: Stories of Startups’ Early Days
Sumber gambar: Tdobson
Meski diterbitkan sekitar 9 tahun silam, namun buku Founders at Work ini tetap mempunyai beberapa cerita menarik dari ekosistem startup di Silicon Valley yang bisa menjadi pelajaran untuk kamu. Di dalamnya, founder Y Combinator Jessica Livingston meminta para founder terkenal untuk menceritakan fakta-fakta yang terjadi ketika mereka membangun startup.
Total ada sekitar 32 tokoh yang berbagi kisah mereka di buku tersebut. Kamu bisa mengetahui bagaimana kurangnya pengetahuan co-founder Hotmail Sabeer Bhatia terkait masalah finansial sempat membuatnya “terikat” pada seorang investor hingga membuat startuptersebut hampir bangkrut.
Selain itu, kamu juga bisa membaca strategi co-founder PayPal Max Levchin untuk menangani penipuan (fraud), dan bagaimana ia hampir mundur dari startup yang ia dirikan karena harus berseteru dengan Elon Musk yang bersikeras ingin menggunakan platform Windows untuk layanan PayPal. [tia/ap]
Sumber : Techinasia ID