Semakin ramainya persaingan konten di ranah digital menjadikan beberapa pembuat konten mengambil jalan pintas demi meraup traffic dan page view dari situs yang mereka miliki. Salah satu upaya mereka adalah membuat artikel dengan judul yang bernuansa clickbait.
Seringkali, yang sangat membuat kesal adalah judul clickbait yang tidak sesuai dengan informasi yang terjadi. Tetapi apakah jadinya bila kita berusaha menyulap clickbait ini menjadi sebuah upaya untuk mengoptimalkan artikel yang kita tulis?
Fakta (atau asumsi) yang (tidak selalu) mencengangkan
Ketika internet menjadi semakin padat dengan konten berkualitas, membuat sebuah konten menarik menjadi semakin sulit. Permasalahan ini bukanlah sebuah hal yang baru. Para marketer tahu bahwa mereka harus beradaptasi dengan strategi content marketing baru untuk menyikapi jumlah pengunjung situs mereka yang semakin hari semakin menurun.
[postingan number=3 tag=”hacker”]
Permasalahannya adalah, kini semakin banyak perusahaan yang menggunakan strategi content marketing mereka untuk memancing — bukan menarik — pembaca mengeklik tautan mereka yang kami sebut istilah ini dengan clickbait.
Beberapa contoh dari artikel yang kami sebut clickbait antara lain:
Bagaimana Menghilangkan Komedo dalam Waktu Semalam
Siapa yang tidak akan jatuh ke dalam perangkap ini? Tidak ada. Sebagian besar remaja dan dewasa awal pasti pernah mengalami masalah dengan komedo (blackheads), karenanya tip semacam ini pasti menjadi perhatian. Yang sangat disayangkan adalah judul artikel yang ditulis ternyata tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam artikel.
Tidak ada tip menghilangkan komedo dalam waktu semalam, yang ada hanyalah sebuah listicle tentang bahan-bahan alami yang baik untuk kulit. Artikel ini juga tidak menjelaskan secara detail tentang metode penggunaan bahan-bahan tersebut dan waktu yang tepat untuk menggunakannya.
Reaksi Anjing Ini di Kolam Renang Akan Membuatmu Tertawa Terpingkal-pingkal
Melihat tingkah polah anjing memang tidak pernah membosankan. Tetapi apabila seseorang membuat pernyataan bahwa kamu akan tertawa terpingkal-pingkal setelah melihat perilaku seekor anjing yang sedang terdiam di dalam kolam, mungkin jenis humor ini hanya mampu untuk membuat kami tersenyum singkat saja.
Atau bisa jadi hal tersebut menjadi sebuah indikasi bahwa anjing tersebut memiliki trauma tersendiri terhadap air dan kolam — yang sama sekali bukan hal yang patut untuk ditertawakan.
[postingan number=3 tag=”smartphone”]
Justin Bieber Mengungkapkan bahwa Ia Telah Memiliki Anak di Luar Pernikahan! Dan Ibunya Adalah…
Jenis clickbait seperti inilah yang walaupun pembaca sudah mengetahui kebenaran sebenarnya (bahwa Justin Bieber adalah seorang lajang yang belum menikah — apalagi memiliki seorang anak), tetapi sangat menggoda pembaca untuk dapat mengetahui cerita di balik judul yang sangat kontroversial ini.
Setelah mengeklik tautan artikel tersebut, ternyata pembaca hanya disajikan sebuah konten sampah, di mana dalam foto Instagram pribadinya Justin Bieber bergurau dengan pernyataannya bahwa ia telah memiliki anak. Pembaca tidak mendapatkan informasi apa pun dari artikel ini – selain meneruskan pesan ini kepada teman-teman mereka sebagai sebuah bentuk lelucon semata.
Beberapa contoh artikel di atas adalah contoh klasik dari clickbait, dan judul-judul tersebut dirancang untuk “menipu” pembaca untuk mengunjungi tautan tertentu, yang meningkatkan traffic dari sebuah situs serta membagikannya dalam media sosial mereka.
Sekilas, praktik semacam ini sepertinya aman — dengan ambiguitas yang digunakan pada judul artikel yang seakan memanggil pembaca untuk mengeklik artikel tersebut. Namun masalah sebenarnya justru terletak pada judul artikel yang seringkali tidak relevan dengan konten yang ada pada artikel.
Dalam sebuah artikel di The Daily Beast, Jake Beckman, seseorang dibalik akun @SavedYouAClick, sebuah akun Twitter yang berdedikasi untuk “menyelamatkan pembaca dari clickbait,” berusaha untuk menyimpulkan bahwa clickbait adalah upaya penulisan judul yang akan memancing keingintahuan seseorang. Walau beberapa ada yang menarik, tetapi clickbait tetap dianggap sebagai upaya untuk memanipulasi pembaca.
Dengan jumlah artikel jujur dan bermutu yang terus meningkat setiap harinya, apakah clickbait dapat disebut sebagai upaya yang licik? Jawabannya bergantung kepada konten yang tersaji untuk pembaca.
Dapat dipahami bahwa tujuan utama sebuah artikel dibuat adalah untuk menghasilkan traffic, dengan menggunakan judul yang “ambigu” untuk memancing keingintahuan pembaca. Tetapi apabila judul tersebut ternyata tidak relevan dengan isi artikel dan tidak seperti yang diharapkan pembaca, kredibilitas serta integritas sebuah perusahaan atau media akan menjadi pertaruhan di sini.
Jake membandingkan upaya ini sama dengan ketika koran masih diedarkan oleh para loper. “Ayo ayo, Pak. Korannya koran”, seru para loper koran tersebut kepada orang-orang yang lalu lalang saat sedang mempromosikan barang jualan mereka.
Dalam metafor ini, si loper koran adalah media sosial — yang dengan kemampuan komunikasi mereka berusaha untuk menjual lebih banyak koran. Sang loper koran tidak dapat bertanggung jawab atas konten dari koran yang mereka jual. Sebaliknya, manajer media sosial dari sebuah brand yang harus bertanggung jawab atas apa yang mereka publikasikan.
Clickbait, perlu atau tidak?
Walaupun godaan traffic yang membludak setelah menggunakan clickbait sangatlah menggiurkan, tetapi kita sebagai pembuat konten berkualitas sebaiknya memanfaatkan clickbait tersebut sebagai sebuah hal yang akan mendukung suksesnya sebuah artikel di mata audiens.
Kamu dapat mencoba untuk membuat konten yang berkualitas dan pada bagian judulnya kamu dapat membuat sebuah judul yang bersifat provokatif atau persuasif, sehingga pembaca akan tertarik untuk mengunjungi tautan artikelmu.
Beberapa contoh artikel yang menggunakan judul bernuansa clickbait akan tetapi memiliki konten yang masih relevan dengan judulnya:
Hacktiv8 Buka Kursus Pemrograman JavaScript dengan Jaminan Kerja
Dengan judul artikel yang menarik dan janji dari Hacktiv8 untuk menjaminkan uang kembali apabila peserta tidak mendapatkan gaji Rp10 juta per bulan, siapa yang tidak tergiur untuk langsung melihat informasi ini.
Tetapi tidak seperti artikel clickbait pada umumnya, artikel ini benar-benar menjelaskan tentang apa dan bagaimana program Hacktiv8 ini dapat diikuti oleh siapa saja yang berminat untuk mengikuti kursus pemrograman ini.
Tragedi Penembakan Terburuk Sepanjang Sejarah Amerika Bukan di Orlando
Banyak pihak yang menyangka bahwa tragedi penembakan yang belum lama terjadi di Orlando adalah yang terburuk di sepanjang sejarah Amerika. Padahal fakta sejarah mengatakan bahwa tragedi penembakan terburuk justru terjadi pada tahun 1890 yang menewaskan 150 hingga 200 orang asli Amerika, Indian.
[postingan number=3 tag=”google”]
Walau judul artikelnya yang cukup provokatif – yang membuat masyarakat berpikir bahwa Big Think mengambil “keuntungan” di tengah kedukaan – mereka berhasil menyajikan sebuah informasi yang memperbaiki opini keliru tentang penembakan Orlando yang beredar di masyarakat.
Bak pisau bermata dua, clickbait dapat menjadi sebuah wahana dalam membantu brand dan perusahaan untuk menarik lebih banyak audiens dan memberikan mereka konten terbaik. Sebaliknya, apabila clickbait dilakukan tanpa didukung oleh adanya konten yang menarik, audiens akan merasa dibohongi karena mereka tidak mendapatkan apa yang mereka lihat pada judul artikel. [tia/ap]