Meski sama-sama perusahaan teknologi, Amazon dan Microsoft memiliki perbedaan kontras. Setidaknya ini dirasakan oleh orang yang pernah bekerja di kedua perusahaan tersebut.
Salah satunya Manny Medina. Pria ini pernah tercatat sebagai karyawan Amazon dan Microsoft.
“Jika Anda ingin bekerja di Amazon atau Microsoft, tentu saja Anda harus mampu berpikir secara teknis dan mampu melihat bagaimana kemampuan Anda dapat diaplikasikan pada perusahaan tersebut. Namun kedua perusahaan itu memiliki pendekatan yang berbeda dalam menjalankan bisnisnya,” ujar Medina.
[postingan number=3 tag=”founder”]
Medina pertama kali bekerja di Amazon pada tahun 2003. Berdasarkan pengalamannya, Medina melihat bahwa Amazon melakukan pendekatan bottom-up dalam menjalan bisnisnya, artinya Amazon lebih memerhatikan detail dan keberhasilan-keberhasilan kecil. Lain hal dengan Microsoft yang bekerja dengan pendakatan top down dan lebih fokus terhadap keseluruhan perusahaan dan goal.
Saat bekerja di Amazon, Medina tergabung dalam tim Web Services, sedangkan saat bergabung dengan Microsoft pada tahun 2005, ia bekerja pada bagian Business Development, “Microsoft terobsesi dengan stratergi,” ungkap pria ini seperti yang dikutip detikINET dari CNBC, Senin (27/7/2018).
Pendekatan bisnis yang jauh berbeda ini disebabkan oleh model bisnis kedua perusahaan ini yang bertolak belakang pula. Amazon adalah perusahaan ritel online sehingga keputusan sekecil apapun akan menentukan nilai keseluruhan perusahaan itu. Di sisi lain, pandangan bisnis Microsoft lebih menyeluruh.
Perbedaan lain dari kedua perusahaan itu adalah gaya kepemimpinannya.
Sebagai seorang CEO, Jeff Bezos dinilai sangat terlibat dalam aspek sehari-hari di Amazon. Artinya, para karyawan disana sering kali bertemu Jeff Bezos di kantor dan mereka harus siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan oleh Bezos.
Sementara itu, Microsoft telah beberapa kali mengalami pergantian CEO sejak pertama didirikan oleh Bill Gates tahun 1975 silam. Menurut Medina CEO Microsoft saat ini, Satya Nadella, mengedepankan komunikasi yang baik sehingga para karyawan dapat bekerja dengan efisien.
Jadi model seperti apa yang terbaik menurut Medina?
Ternyata ia mengungkapkan bahwa menurutnyam tidak ada yang lebih baik. Setelah 8 tahun bekerja di perusahaan idaman sekian banyak orang, ia memutuskan untuk keluar pada tahun 2011 untuk membuat bisnis start-up nya sendiri – sesuatu yang ia lakukan lebih awal.
“Kalau saya bisa mengulang waktu, saya akan langsung mendirikan start-up, karena pengalaman yang saya dapatkan dari mendirikan start-up memberikan saya jauh lebih banyak pengalaman. Kumpulan masalah yang dapat saya selesaikan setiap harinya sangat penuh dengan wawasan yang berhasil memuaskan rasa keingintahuan saya.”
[postingan number=3 tag=”startup”]
Namun, pengalamannya di Amazon dan Microsoft memang memberikan pelajaran yang berharga baginya sehingga ia dapat mendirikan perusahaannya sendiri, Outreach, yang sekarang sudah memiliki nilai sebesar USD 500 juta.
Medina mengaku mengabungkan strategi kedua perusahaan teknologi raksasa itu sebagai pedomannya dalam menjalankan bisnisnya “Saya menggunakan taktik Amazon untuk membuat perkembangan layaknya Microsoft,” tutupnya. [dt/ap]