Keberadaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kini memungkinkan komputer, robot, hingga software bisa berpikir layaknya manusia. Kemampuan yang ditanamkan pada AI ini berdasar pada penelitian yang dilakukan terhadap cara otak manusia bekerja, bagaimana manusia belajar, mengambil keputusan, dan menyelesaikan masalah.
AI juga rupanya memberikan banyak keuntungan bagi media sosial. Beberapa platform besar telah menginvestasikan cukup banyak waktu dan uang untuk meneliti potensi AI.
Linkedin mengakuisisi Bright.com pada 2014 karena teknologi machine learningmiliknya. Mereka percaya teknologi Bright.com bisa meningkatkan akurasi pemberian rekomendasi karyawan ataupun lowongan pekerjaan bagi pengguna Linkedin.

Sumber gambar: Pexels
Perusahaan riset pasar Forrester bahkan memprediksi di tahun 2017 ini, investasi terhadap kecerdasan buatan akan meningkat sebesar 300 persen. Prediksi tersebut disebabkan oleh kemampuan AI dalam mengolah data menjadi insight yang berguna.
Hal tersebut dapat membantu para penjual yang kini marak menggunakan media sosial sebagai sarana pemasaran. Dengan 2,4 miliar orang di dunia yang saling berinteraksi dan berbagi konten melalui media sosial, serta kecanggihan AI yang berkembang cukup pesat, sepertinya AI dan media sosial akan memiliki masa depan yang cerah di ranah marketing.
Pertambahan insight di ranah pemasaran

Sumber gambar: Pexels
Ada miliaran interaksi dan post yang dibagikan di media sosial setiap hari. AI mampu mengolah jumlah informasi yang sangat besar tersebut, kemudian mengambil intisarinya untuk menunjukkan perilaku para pengguna media sosial. Dengan AI, tidaklah sulit untuk memahami maksud dari tulisan kamu di sebuah post, hingga proses seseorang dalam mengambil keputusan sebelum membeli sebuah barang.
Kemampuan tersebut membantu platform media sosial untuk menyajikan konten yang benar-benar sesuai dengan ketertarikan kamu. Jadi, lini masa kamu selalu diisi oleh post atau konten yang relevan.

Sumber gambar: Pixabay
Konten di media sosial yang lebih sesuai dengan minat masing-masing pengguna ini memiliki banyak sisi yang bisa dieksplorasi dari segi pemasaran. Dari situ, kemudian muncul beberapa cabang baru di ranah pemasaran untuk meningkatkan pehamaman penjual terhadap pelanggan dan menentukan strategi.
Di antaranya adalah, audience clustering yang membantu penjual lebih mendalami pengelompokan target, predictive marketing yang bisa diandalkan untuk memprediksi tren ataupun pengambilan keputusan pengguna, dan brand sentiment analysis yang dapat membantu penjual memahami respons pembeli terhadap sebuah produk.
Memahami makna gambar tanpa kata

Sumber gambar: Pexels
Media sosial adalah salah satu tempat yang paling disukai orang untuk berbagi konten, termasuk gambar atau foto. Pada tahun 2016 saja, sebanyak 3,2 miliargambar dibagikan setiap hari di media sosial.
Facebook adalah salah satu platform media sosial yang cukup memperhatikan kesukaan orang berbagi foto di media sosial. Raksasa teknologi ini mengembangkan teknologi facial recognition yang dapat meningkatkan akurasi identifikasi wajah seseorang ketika kamu melakukan photo tagging.
Tak hanya sampai di situ, Facebook tengah mengarahkan pengembangan teknologi tersebut untuk tujuan bisnis. Nantinya, algoritme AI milik Facebook dapat memberikan penawaran khusus atau diskon secara real time kepada pengguna yang mengunggah foto mereka di hotel, restoran, atau pusat perbelanjaan.
Pada tahun 2015, Pinterest mengakuisisi penyedia layanan machine learning Kosei. Akuisisi tersebut bertujuan untuk meningkatkan teknologi visual graph milik Pinterest agar dapat membantu brand menjangkau orang yang tepat di waktu yang tepat. Dengan begitu, penjual dapat memasarkan produk melalui gambar untuk menarik target yang lebih sesuai.

Sumber gambar: Pexels
Saat pengguna media sosial membagikan sebuah gambar, belum tentu mereka menyertakan caption atau hashtag yang menyebutkan merek terkait. Hal ini mungkin agak menyulitkan penjual yang ingin mencari tahu reaksi konsumen terhadap suatu produk di media sosial.
Kemampuan AI dalam memproses gambar akan sangat membantu dalam kondisi tersebut. Perusahaan dapat mengotomatiskan pencarian dan identifikasi gambar yang berkaitan dengan sebuah brand tertentu.
Jadi nantinya, keyword tidak akan diperlukan lagi dalam mencari gambar. AI sudah bisa melihat di mana saja gambar logo sebuah brand atau produk tertentu dan memberikan informasi yang relevan terkait reaksi pengguna walaupun tanpa mereka menyebutkan merek.
Chatbot siap berkuasa

Sumber gambar: Pexels
Sebuah riset menyebutkan, 85 persen aktivitas customer service akan dibantu oleh AI pada tahun 2020. Ini artinya, sebentar lagi kamu akan banyak berinteraksi dengan chatbot saat menghubungi layanan pelanggan suatu perusahaan di media sosial.
Dalam beberapa hal, mesin memiliki kelebihan dibandingkan manusia. Manusia bisa lelah dan mengantuk, sementara mesin tidak. Alih-alih membuat para pegawai customer service harus terjaga di malam hari demi melayani pengguna yang melayangkan komplain di tengah malam, AI bisa menggantikan tugas mereka dengan chatbot di media sosial.
Chatbot bisa memberikan respons otomatis yang lebih cepat meski di jam yang tidak normal. Kemampuan AI dalam membaca pola dan perilaku konsumen juga dapat membantu chatbot dalam memberikan respons yang sesuai.
It’s going to be interesting to see how society deals with artificial intelligence, but it will definitely be cool
AI memang sangat membantu media sosial dalam memberikan user experience yang baik dan meningkatkan interaksi pengguna. Kombinasi AI dan media sosial juga memberikan berbagai kemudahan bagi penjual dan meningkatkan strategi pemasaran ke level selanjutnya.
Namun, kecanggihan AI ada baiknya tidak membuat kita terlalu manja dan menyerahkan semuanya pada produk-produk AI. Bagaimana pun juga, pemasaran yang terbaik adalah saat membuat orang tersentuh secara emosional melalui interaksi dengan manusia lain.
Kebijakan dan keseimbangan dalam menyambut perkembangan teknologi mutlak diperlukan. Maka, keberadaan AI sebaiknya menjadi “pembantu” manusia dalam berpikir dengan lebih efisien, alih-alih menggantikan otak manusia dengan komputer. [tia/ap]