Saya sudah berkecimpung di industri teknologi selama delapan tahun dan merasa beruntung bisa mengakses sejumlah teknologi keren seperti layar sentuh inframerah, virtual reality (VR), teknologi penangkap gerakan 3D, teknologi pengenalan wajah, dan hologram. Namun, dari sekian banyak teknologi yang ada, tidak ada yang lebih menggelitik minat saya dibanding kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Daftar Isi
- Arti AI bagi saya
- Baca lagi
- Perlukah Perusahaan Merambah AI? Waktu yang Tepat Adopsi Teknologi AI
- Masa Depan Iklan: Personalisasi, Interaksi, dan Teknologi Baru
- Apple Intelligence: Revolusi Integrasi AI pada Perangkat Apple
- Seperti apa AI saat ini?
- Kemunculan chatbot
- Chatbot di kehidupan nyata
- Lebih nyata dari sebelumnya
Arti AI bagi saya
Saya selalu merasa terpesona dengan komputer AI, meski dulu waktu kecil, saya menyebutnya robot. Dan sama seperti anak kecil lain, saya merasa mereka luar biasa.
Saya ingat betapa terobsesinya saya ketika film Terminator 2 dirilis. Arnold Schwarzenegger berperan sebagai sebuah mesin cerdas yang ditugaskan untuk melindungi seorang manusia bernama John Connor. Saya ingat bagaimana saya meminta teman saya, Ellison, untuk berpura-pura mengganggap saya sebagai robotnya selama seminggu.
Meski keinginan menjadi terminator sudah lama berlalu, minat saya terhadap AI dan teknologi tetap berlanjut.
Seperti apa AI saat ini?
AI merupakan cabang dari ilmu komputer yang berhubungan dengan kecerdasan perangkat lunak atau mesin.
Banyak orang salah paham dengan AI. Bagi mereka, AI adalah entitas cerdas yang punya kesadaran diri untuk bisa menghancurkan manusia nantinya–padahal kenyataannya tidak demikian. Saat ini, teknologi seperti itu belum ada.
Umumnya, teknologi AI yang ada saat ini mengkhususkan diri hanya dalam satu area; misalnya Deep Blue milik IBM diajarkan cara bermain catur, sedangkan mobil Tesla diajarkan cara mengemudi mobil. Jadi, kita tidak bisa meminta Deep Blue untuk mengendarai mobil atau sebaliknya, meminta mobil Tesla untuk bermain catur.
AI sendiri memiliki banyak sekali area penelitian seperti pengenalan gambar, pengenalan suara, pengolahan bahasa alami (PBA), serta analisis dan diagnosis ilmiah.
Kemunculan chatbot
’Chatbot’ telah menjadi semacam jargon yang sering dibicarakan orang-orang. Lalu, apakah sebenarnya chatbot itu? Chatbot adalah sebuah layanan yang dibekali dengan pertanyaan dan jawaban tetap yang memungkinkan pengguna berinteraksi melalui chatting antarmuka dan menerima informasi tentang topik tertentu.
Implementasi paling dasar dari teknologi ini melalui seksi FAQ sederhana yang memungkinkan seseorang untuk bertanya. Pertanyaan itu nantinya akan direspons oleh chatbot. Namun, selain implementasi dasar tersebut, teknologi ini tentunya juga bisa berkembang lebih lagi.
Kamu juga bisa mengembangkan sebuah chatbot penjualan yang membantu pengguna mencari produk tertentu. Alih-alih menghabiskan banyak waktu menelusuri laman situs, pengguna bisa langsung mengatakan produk yang mereka inginkan kepada chatbot.
Contoh implementasi dari chatbot ini adalah iklan interaktif. Dengan iklan ini, kamu hanya perlu berjalan menuju billboard dan berkata ‘tunjukkan koleksi pakaian pria,’ maka konten akan berubah sesuai permintaan kamu. Jadi, kamu tak perlu lagi melihat konten iklan umum atau yang tidak sesuai dengan kebutuhanmu.
Chatbot di kehidupan nyata
Konsep chatbot pada dasarnya adalah meniru pengalaman berbicara manusia di dunia nyata. Bedanya, pengalaman ini didapat melalui komputer yang tampak cerdas.
Ikea telah menjadikan chatbot sebagai bagian integral dari strategi keseluruhan mereka. Anna, bot layanan pelanggan milik perusahaan tersebut, menjawab pertanyaan dan memberikan saran melalui Twitter dan email. Anna memiliki kemampuan untuk memberi pilihan cara berkomunikasi yang beragam bagi konsumen. Dan, jika diperlukan, bot tersebut juga bisa mengalihkan permintaan konsumen untuk ditangani oleh manusia nyata.
Dengan kata lain, chatbot mempersingkat penjualan dan layanan pelanggan dengan balasan otomatis. Hal ini menjamin konsistensi dan efisiensi dalam penjualan atau pengalaman layanan pelanggan.
Bagi konsumen, teknologi ini menawarkan cara yang lebih sederhana untuk mengakses informasi spesifik yang mereka minati.
Kini, semakin banyak perusahaan yang mulai menggunakan chatbot. Uber misalnya, perusahaan ini memastikan layanan mereka sudah dilengkapi chatbot ketika merilis API mereka di China tahun lalu.
Selain memberi kesempatan bagi developer untuk mengintegrasikan fungsi Uber ke dalam aplikasi pihak ketiga, perusahaan ini juga bekerja sama dengan sebuah startup AI, Raven Tech. ‘EVA’, asisten virtual Uber, memungkinkan pengguna di wilayah tertentu untuk memesan layanan Uber, berbincang tentang perjalanan dan mendiskusikan harga.
Peluncuran Facebook ‘M’ menjadi pertanda adanya peningkatkan minat global terhadap chatbot. Sepertinya kita tengah memasuki fase teknologi selanjutnya, yakni sebuah layanan cerdas dan responsif yang sepenuhnya berfokus memuaskan dan memenuhi kebutuhan pengguna.
Lebih nyata dari sebelumnya
Dalam hal chatbot, negara Timur ternyata sudah lebih maju daripada negara Barat. Asisten virtual kini tersedia untuk melayani pengguna aplikasi chatting maupun konsumen sebuah merek. Jika konsumen ingin terhubung lebih dekat dengan peritel atau layanan yang mereka pilih, mereka hanya perlu membuka layanan pesan yang mereka gunakan setiap hari, lalu ajukan pertanyaan.
Integrasi teknologi AI dalam kehidupan kita sehari-hari bukanlah sesuatu yang baru. Integrasi ini tidak terjadi di masa depan–ini sudah terjadi sekarang. Mungkin tampak menakutkan dan rumit, tapi seperti yang dikatakan John McCarthy (orang yang menciptakan istilah AI), “Begitu teknologi ini berhasil [diterapkan], tidak akan ada lagi yang menyebutnya AI.” [tia/ap]