Ada banyak faktor penunjang kesuksesan sebuah startup, antara lain faktor pendiri, investor, atau produknya. Namun, peran investor ternyata juga disebut memegang porsi besar. Apalagi angel investor atau investor tahap awal.
Topik ini pun menjadi perbincangan seru di sesi keynotes pada salah satu acara bertajuk “Startup and Private Sector: What Does The Future Look Like?”.
Dalam sesi khusus ini, tampil CEO dan founder Bubu.com Shinta W Dhanuwardoyo, serta beberapa pelaku startup yang telah menggandeng angel investor.
Di antaranya ada CEO Kokatto Arsyah Rasyid, CEO dan co-founder DOOgether Fauzan Gani, dan Chief Financial and Operating Officer Kartoo Ardheta Natalegawa. Para pelaku startup yang usianya masih terbilang muda ini berbagi rahasia sukses menggandeng angel investor dalam tahap awal berkembang.
CEO Kokatto Arsyah Rasyid, mengungkap salah satu cara yang harus dilakukan pelaku startup untuk ‘tebar pesona’ ke angel investor adalah chemistry. Menurutnya, chemistry penting saat membangun kesan pertama dengan angel investor.
“Kami membangun chemistry tak cuma dari bisnis, tetapi secara personal juga, nuansa seperti ini yang penting. Setelah chemistry terjalin, tahap selanjutnya mungkin bisa langsung beranjak ke ‘ticket size‘ (kesepakatan terkait penyuntikan dana),” jelas Arsyah.
Sementara, CEO DOOgether Fauzan Gani berpendapat, strategi lain yang bisa dilakukan untuk bisa dekat dengan angel investor adalah menciptakan model bisnis terbaik dan jelas. Ini harus dilakukan demi mendapatkan atensi dari angel investor,
Sementara menurut CEO Kokatto Arsyah Rasyid, pelaku startup harus memiliki mental penuh dengan passion dan tulus dalam menjalankan usaha. “Jika nanti dapat angel investor yang cocok, mereka pasti juga akan sama dengan kita. Penuh passion dan tulus berinvestasi demi kelanjutan bisnis yang lebih besar,” tukasnya,
Dari sisi angel investor, Shinta W Dhanuwardoyo menambahkan untuk berkembang, startup dalam tahap awal ‘wajib’ membidik angel investor. Ia mengatakan, peran angle investor sangat penting.
“Angle investor itu lebih ke hands on ketimbang capital investor. Mungkin kita punya passion yang sama dengan visi startup tersebut, jadi dalam tahap awal angle investor berperan besar,” ujar Shinta.
Selain itu pun, angel investor juga bertugas untuk ‘menggodok’ startup dengan melakukan sejumlah sesi, seperti sesi mentoring open networking. “Ini sudah dibuktikan dengan startup yang mendapatkan angle investor, sukses 71 persen berlanjut ke venture capital. kesempatan untuk bertahan lebih besar,” pungkasnya.
Sekadar informasi, angel investor menjadi pihak paling awal yang percaya dan berani mengambil risiko terhadap satu konsep produk saat investor lain tidak berani. Tanpa memperhitungkan imbalan (return), mereka berdiri paling depan bersama founder dengan keyakinan sama, dan risiko terbesar untuk mengembangkan gagasan menjadi produk. [lp/ap]