Sejumlah startup melakukan PHK masal lebih dari 20% karyawannya akibat kondisi makro ekonomi global. PHK masal ini menjadi viral karena dilakukan berbarengan dengan startup lain yang memiliki image karyawan yang sangat banyak dan gaji besar. Sebut saja Zenius dan LinkAja yang melakukan PHK masal hingga 25%.
Jumlah karyawan banyak memang biasanya dibarengi dengan target startup imbas dari pendanaan yang didapat. Dampaknya akan menjadi buruk bila tidak diiringi dengan perencanaan yang matang agar tetap sustain di era seperti sekarang ini.
PHK Masal Zenius
Startup teknologi edukasi (EduTech) Zenius mengumumkan adanya pemutusan hubungan kerja atau PHK masal terhadap 25 persen karyawannya atau lebih dari 200 karyawan.
Berdasarkan pernyataan Zenius, PHK masal ini dilakukan karena EduTech sedang mengalami dampak dari kondisi makro ekonomi yang saat ini terjadi. Karena itu, Zenius merasa perlu melakukan konsolidasi dan sinergi proses bisnis untuk memastikan keberlanjutan.
Zenius juga menjelaskan salah satu implikasi dari strategi kunci ini adalah perubahan peran di beberapa fungsi bisnis seiring dengan optimalisasi dan efisiensi proses bisnis yang dijalankan.
“Setelah melalui evaluasi dan review peninjauan ulang komprehensif, Zenius mengumumkan bahwa lebih dari 200 dari karyawan harus meninggalkan Zenius,” ujar Zenius dalam pernyataan resmi pada Rabu, 25 Mei 2022.
“Agar dapat beradaptasi dengan dinamisnya kondisi makro ekonomi yang memengaruhi industri, Zenius melakukan konsolidasi dan sinergi proses bisnis untuk memastikan keberlanjutan,” tulis manajemen Zenius, dikutip dari CNN Indonesia.
Adapun, Zenius mengatakan karyawan yang terdampak PHK masal dipastikan mendapat pesangon sesuai dengan peraturan yang berlaku. Karyawan yang terdampak PHK juga masih memperoleh manfaat asuransi kesehatan, termasuk untuk anggota keluarga, hingga 30 September 2022.
Karyawan yang terdampak PHK dipastikan mendapat pesangon sesuai dengan peraturan yang berlaku. Mereka juga masih memperoleh manfaat asuransi kesehatan, termasuk untuk anggota keluarga, hingga 30 September 2022.
Untuk membantu karyawan memperoleh peluang kerja baru, Zenius berupaya merekomendasikan mereka kepada perusahaan atau institusi pendidikan lain atas persetujuan karyawan. Zenius pun menyarankan tim konten kreator untuk melamar ke kantor cabang Primagama, yang mana kini telah diakuisisi perusahaan.
PHK Masal LinkAja
PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) atau LinkAja telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan karyawan.
Head of Corporate Secretary Group LinkAja Reka Sadewo menjelaskan, kebijakan tersebut dialkukan karena perusahaan melakukan perubahan signifikan dalam penyesuaian bisnis.
“Perubahan merupakan sesuatu yang secara konstan terjadi dalam perusahaan yang sedang terus bertumbuh. Penyesuaian dalam perusahaan juga tentunya akan terus terjadi. Sebagai sebuah perusahaan start up yang terus berkembang pesat, LinkAja diharapkan terus bisa agile dan adaptif dalam melakukan penyesuaian bisnis untuk memastikan pertumbuhan perusahaan yang sehat, positif dan optimal,” jelas Reka.
Dia menambahkan, menjawab tantangan ini memang akan ada beberapa perubahan signifikan yang akan dilakukan LinkAja, terutama berkaitan dengan fokus dan tujuan bisnis perusahaan. Hal ini tentunya juga akan berpengaruh pada beberapa aspek operasional perusahaan, salah satunya adalah reorganisasi SDM.
Menurutnya, penyesuaian organisasi SDM ini dilakukan atas dasar relevansi fungsi SDM tersebut pada kebutuhan dan fokus bisnis perusahaan saat ini. Tentunya ini krusial untuk dilakukan, untuk memastikan bahwa perusahaan dapat bertumbuh secara optimal, dengan ditopang oleh pilar SDM yang efisien dan sesuai dengan fokus dan target perusahaan ke depan.
Reka juga menyebut, penyesuaian yang dilakukan tentunya mempertimbangkan dengan matang kepentingan seluruh stakeholder perusahaan, termasuk para karyawan. Kendati demikian, tidak disebutkan secara pasti berapa jumlah karyawan LinkAja yang terkena PHK.
Terkait dengan hak karyawan, Reka mengaku tentunya perencanaan tersebut juga akan mengikuti dan mematuhi aturan dan regulasi yang telah digariskan oleh Pemerintah dan mematuhi prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
“Di samping itu, dari sisi operasional bisnis, yang dapat kami pastikan, bisnis tetap berjalan seperti biasa. Apapun perubahan yang dilakukan dalam perusahaan tidak akan mempengaruhi kualitas layanan kami, serta komitmen untuk selalu memberikan yang terbaik kepada para pengguna,” imbuh Reka.
Pihak Linkaja menilai efisiensi SDM merupakan kunci untuk memastikan perusahaan dapat bertumbuh secara optimal. Keputusan ini disebut telah mempertimbangkan kepentingan dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk karyawan. Perusahaan juga memastikan prosedur PHK sesuai regulasi yang berlaku dan mengedepankan prinsip good corporate governance.
“Sebagai sebuah perusahaan startup yang terus berkembang pesat, Linkaja diharapkan terus bisa agile dan adaptif dalam melakukan penyesuaian bisnis untuk memastikan pertumbuhan perusahaan yang sehat, positif dan optimal,” tambahnya.
Operasional bisnis Linkaja saat ini masih berjalan seperti biasa. Pihak manajemen memastikan reorganisasi SDM tidak akan memengaruhi kualitas layanan yang diberikan.