Beberapa waktu belakangan ini, jagat dunia maya sedang diramaikan oleh kemunculan sebuah aplikasi sosial media baru yang bernama Clubhouse. Aplikasi Clubhouse adalah aplikasi jejaring sosial berbasis audio-chat khusus undangan yang diluncurkan pada tahun 2020 oleh pengembang perangkat lunak Alpha Exploration Co.
Dalam aplikasi Clubhouse, para pengguna dapat mendengarkan percakapan, wawancara, dan diskusi antara orang-orang tentang berbagai topik. Kegiatan ini sekilas nampak seperti mendengarkan podcast. Bedanya, di Clubhouse Anda mendengarkan podcast tersebut secara langsung atau live.
Clubhouse saat ini hanya tersedia di iOS. Setiap pengguna iPhone dapat mengunduh aplikasi Clubhouse, di mana mereka akan dapat mendengarkan percakapan dan berpartisipasi di dalamnya. Berikut ini adalah ulasan selengkapnya mengenai apa itu aplikasi Clubhouse dan bagaimana cara kerjanya yang menarik untuk Anda ketahui.
Clubhouse sendiri merupakan media sosial berbasis audio yang bisa digunakan untuk membuat diskusi virtual. Diskusi vritual ini nantinya dapat didengarkan secara langsung oleh pengguna lainnya. Kendati masih seumur jagung, firma riset aplikasi App Annie mencatat aplikasi ini sudah diunduh sebanyak 8,1 juta kali per 16 Februari 2021.
CNBC juga melaporkan bahwa valuasi aplikasi ini ditaksir sekitar 1 miliar dollar AS (Sekitar Rp 13,8 triliun). Lantas sebenarnya apa alasan yang mendorong aplikasi berbasis audio ini populer? Beberapa pengamat media sosial pun buka suara terkait fenomena Clubhouse ini.
Elon Musk Effect
Salah satu alasan Clubhouse populer ialah karena Elon Musk. Hal tersebut diungkapkan oleh Eno Bening, Konsultan Media Sosial dan Kreator Konten Youtube. Seperti diketahui, pada 1 Februari di Twitter, Musk membagikan tautan sebuah ruang obrolan Clubhouse di mana ia akan berbincang-bincang.
Tak hanya itu, sehari setelah acara bincang-bincang itu berlangsung, Musk juga mengunggah rekaman lengkap diskusi di saluruan YouTube-nya, Tesla Owners Online. “Tiba-tiba Elon Musk bikin acara ngobrol-ngobrol di Clubhouse. Gimana nggak ramai? Orang-orang langsung pada nyobain,” kata Eno dikutip dari KompasTekno.
Seperti diketahui, Musk merupakan salah satu orang yang berpengaruh di Twitter. Bahkan satu kicauannya bisa mempengaruhi harga saham sebuah perusahaan, seperti yang dialami Cyberpunk 2077, Gasmestop, hingga Signal. “Elon Effect” ini jugalah yang agaknya berkontribusi pada melejitnya popularitas aplikasi Clubhouse belakangan ini.
Orang Terkenal
Senada dengan Eno, pengamat gadget Lucky Sebastian menilai bahwa orang-orang terkenal yang menggunakan Clubhouse juga menjadi faktor pendongkrak kepopuleran media sosial berbasis audio ini. Sebut saja Elon Musk, Oprah Winffrey, Drake, Jared Leto, Wiz Khalifa, Ashton Kutcher, Kevin Hart, Kanye West, dan masih banyak lagi juga ada di Clubhouse.
Di Indonesia juga sudah ada beberapa orang-orang “beken” yang tampil di Clubhouse, seperti Mantan Menparekraf Wishnutama Kusubandio, Founder Tokopedia William Tanuwijaya, hingga sutradara Joko Anwar dan Ernest Prakasa.
Selain itu juga Kaesang Pangarep, influencer Arief Muhammad, musisi Isyana Sarasvati, chef Arnold Purnomo, hingga YouTuber Jerome Polin pun tak ketinggalan menggunakan Clubhouse. “Artis dan orang-orang terkenal yang ada di aplikasi ini sudah bisa mendorong orang untuk bergabung,” kata Lucky.
Interaksi dengan Orang Lain
Menurut Lucky, Clubhouse menawarkan hal unik, yakni menyediakan ruang diskusi untuk membahas berbagai topik secara langsung (live). Di Clubhouse, pengguna bisa datang dan pergi sesuka hati mereka, serta memilih ruang obrolan dengan topik yang dikehendaki. “Orang-orang juga bisa turut berpartisipasi atau komentar, bisa bertanya, bisa masuk dan keluar aplikasi dengan bebas, untuk sekadar mengisi waktu,” kata Lucky.
Sementara menurut Eno, Clubhouse ini juga dimanfaatkan oleh influencer atau pakar untuk mengadakan semacam seminar gratis. Contohnya yang seperti dilakukan oleh Kaesang Pangarep dan Anya Geraldine. Oleh karena itu, ketika orang-orang terkenal hadir dalam sebuah diskusi di Clubhouse, pengguna lain yang notabene merupakan “orang biasa” memiliki kesempatan untuk bercakap langsung dengan para orang-orang beken tersebut. “Kadang pengguna cuman bisa dengerin kalo bukan moderator di room, kecuali dikasih izin untuk ikutan ngobrol,” sambung Eno.
Pengaruh Twitter
Faktor lain yang mendongkrak popularitas Clubhouse, menurut Eno, ialah karena sering menjadi perbincangan di Twitter. “Ramenya ini, kalo di Indonesia, terpengaruh juga sama Twitter, di mana banyak orang nge-share screenshot room Clubhouse di sana,” kata Eno.
Tagar atau kata kunci “Clubhouse” memang beberapa kali terlihat bertengger di daftar trending topic Twitter. Sejumlah pengguna yang sudah bergabung Clubhouse juga kerap membagikan dokumentasi ruang obrolan yang mereka hadiri. Misalnya seperti yang dilakukan akun dengan handle @byotenega dan @chaisarahmd.
Dalam laporan App Annie, Amerika Serikat disebut merupakan pasar terbesar bagi aplikasi Clubhouse. Negeri Paman Sam tersebut dilaporkan menyumbang lebih dari 2,6 juta dari total jumlah unduhan.
Soal jumlah penggunanya, pada Januari lalu, Co-founder Clubhouse Paul Davison mengungkap angka 2 juta pengguna aktif mingguan. Jumlahnya kini mungkin sudah jauh lebih besar, apabila dilihat dari lonjakan download di dua minggu pertama bulan Februari.
Beberapa aplikasi media sosial berbasis audio semacam Clubhouse juga dilaporkan mengalami peningkatan jumlah unduhan, seperti Dizhua, Tiya, dan Yalla. Aplikasi ini kabarnya cukup menarik perhatian pengguna China, Amerika Serikat, Mesir, Arab Saudi, hingga Turki.
Dizhua misalnya, iklaim telah diunduh sebanyak 174.000 kali. Kemudian, Tiya mencatat 6 juta instalasi, sementara Yalla 34,5 juta unduhan, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Tech Crunch. Di samping itu, ada juga sejumlah aplikasi berbasis audio yang belakangan mulai populer berkat kehadiran Clubhouse diantaranya seperti Sonar, Locker Room, Quilt, Yoni Circle, Roadtrip, Space, Capiche.fm, Yac, Cappuccino, dan lainnya. Tak hanya di ranah internasional, Clubhouse pun mulai populer di kalangan pengguna di Indonesia.
Popularitasnya didorong oleh konsep unik yang ditawarkan. Alih-alih video call, pengguna berdiskusi hanya dengan mendengarkan suara dari partisipan yang bergabung di dalam ruang perbincangan.
Di dalam aplikasi Clubhouse, pengguna bisa terhubung dengan siapapun untuk mendengarkan dan melakukan percakapan yang membahas berbagai topik. Mulai dari pembahasan pribadi hingga topik perbincangan publik.
Cara Kerja Aplikasi Clubhouse
Clubhouse menciptakan tempat di mana orang dapat bertemu untuk menjadi tuan rumah, mendengarkan, dan dalam beberapa kesempatan bergabung dengan percakapan dalam komunitas.
Saat pengguna membuka aplikasi, mereka akan diberikan daftar ruang, serta daftar yang menunjukkan siapa yang ada di setiap ruang. Seseorang dapat bergabung dengan ruang obrolan yang ada atau dapat memulai ruang mereka sendiri, mengundang orang baru dan memulai percakapan baru.
Setiap kamar atau room memiliki moderator, pembicara, dan pendengar. Moderator mengontrol siapa yang mendapat hak istimewa berbicara, meskipun pendengar dapat “mengangkat tangan” untuk berbicara.
Aplikasi Clubhouse saat ini hanya tersedia untuk pengguna iPhone. Namun, CEO Clubhouse mengatakan bahwa aplikasi tersebut sedang dikembangkan lagi agar nantinya dapat terbuka untuk semua orang, termasuk pengguna Android.
[postingan number=3 tag=”hacker”]
Popularitasnya didorong oleh konsep unik yang ditawarkan. Alih-alih video call, pengguna berdiskusi hanya dengan mendengarkan suara dari partisipan yang bergabung di dalam ruang perbincangan. Di dalam aplikasi Clubhouse, pengguna bisa terhubung dengan siapapun untuk mendengarkan dan melakukan percakapan yang membahas berbagai topik. Mulai dari pembahasan pribadi hingga topik perbincangan publik.
Jika kamu memiliki sesuatu yang menarik dari aplikasi Clubhouse, silahkan tambahkan di kolom komentar di bawah.