Sebanyak 46 persen dari 250 karyawan di Indonesia mengungkapkan potensi untuk meninggalkan perusahaan tempat mereka bekerja dalam satu tahun mendatang. Hal ini tidak dapat diabaikan karena menciptakan tantangan signifikan bagi perusahaan dalam mempertahankan bakat-bakat terbaiknya. Temuan ini terungkap dalam riset terbaru dari Ernst & Young (EY), yang memberikan wawasan mendalam tentang dinamika pasar kerja di Indonesia.
Peningkatan kesejahteraan, diperolehnya gaji yang lebih kompetitif, dan jenjang karier yang lebih terjamin menjadi faktor utama yang mendorong karyawan untuk mencari peluang baru di luar perusahaan mereka saat ini. Tantangan ini membutuhkan perhatian serius dari perusahaan, dan menuntut langkah-langkah strategis untuk meningkatkan kepuasan karyawan dan mengurangi tingkat pergantian.
Sikap Perusahaan dan Kewajiban Karyawan
EY Asean Workforce Advisory Leader, Samir Bedi, memberikan saran bahwa perusahaan harus fokus pada upaya mempertahankan karyawan berbakat dengan berkolaborasi menciptakan masa depan organisasi yang mengutamakan kesejahteraan karyawan. Ini bukan hanya tentang memberikan kompensasi yang kompetitif, tetapi juga tentang membangun lingkungan kerja yang mendukung, serta memberikan jaminan terhadap perkembangan karier karyawan.
Riset EY ini mengidentifikasi kekhawatiran utama karyawan di Indonesia, yang dipimpin oleh nominal gaji. Pengaturan kerja yang adil, termasuk lokasi dan jadwal kerja yang tetap, serta fleksibilitas tempat kerja juga menjadi faktor penting dalam keputusan karyawan untuk tetap atau pergi. Oleh karena itu, perusahaan diharapkan untuk secara proaktif mengatasi isu-isu ini untuk meminimalkan potensi pergantian karyawan.
Lusi Lubis, EY Indonesia Consulting Partner, menyampaikan bahwa perusahaan dapat mengambil beberapa langkah strategis. Pertama, berkomunikasi secara transparan mengenai nominal kompensasi dan remunerasi. Keterbukaan ini dapat membangun kepercayaan karyawan terhadap perusahaan dan menghindari ketidakpuasan terkait kompensasi. Kedua, perusahaan harus memastikan bahwa karyawan menerima hak-hak mereka secara adil dan kompetitif. Ini mencakup proses evaluasi kinerja yang adil dan kebijakan kompensasi yang jelas. Terakhir, implementasi kebijakan pemberian benefit non-moneter, seperti fleksibilitas kerja, work-life balance, dan program penghargaan, dapat membantu membangun ikatan yang kuat antara perusahaan dan karyawan.
Riset EY juga menyoroti temuan menarik lainnya terkait pola kerja di Indonesia. Hanya 17 persen karyawan yang bersedia bekerja di kantor, sementara 45 persen memilih bekerja dari mana saja atau fully remote. Fenomena ini menunjukkan pergeseran besar dalam preferensi kerja, yang perlu diakomodasi oleh perusahaan untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan bisnis dan kepuasan karyawan.
Karyawan vs Prioritas Perusahaan
Selain itu, temuan menarik lainnya adalah antusiasme bersama perusahaan dan karyawan terhadap penggunaan kecerdasan buatan (AI) generatif. Sebanyak 44 persen karyawan mengaku sudah menggunakan AI generatif, sementara 61 persen perusahaan yakin bahwa teknologi ini dapat meningkatkan produktivitas bisnis. Hal ini menandakan potensi besar dalam mengintegrasikan teknologi AI untuk meningkatkan efisiensi dan inovasi di lingkungan kerja.
Riset EY ini melibatkan partisipasi dari 17.050 karyawan dan 1.575 perusahaan di 22 negara dan 25 sektor industri secara global. Di Indonesia, data yang diperoleh melibatkan 250 karyawan dan 50 perusahaan, memberikan gambaran yang representatif tentang dinamika pasar kerja di tingkat lokal. Inisiatif semacam ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam merespons perubahan dinamis dalam preferensi dan kebutuhan karyawan, serta membangun fondasi yang kuat untuk masa depan organisasi yang berkelanjutan.