Co-founder dan mantan CEO Sorabel, Jeffrey Yuwono mengonfirmasi kabar akan Sorabel tutup, e-commerce fesyen wanita tersebut.
Jeffrey berkata, surat mereka yang beredar akhir pekan lalu memang dikeluarkan perusahaan untuk memberi tahu karyawan, bahwa Sorabel tutup dan tidak lagi sanggup membayar gaji di bulan Agustus dan sedang dalam persiapan menuju proses likuidasi.
Jeffrey telah mundur lebih dulu dari posisi CEO pada Juni 2020 kemarin. Ia mengakui bisnis mereka sangat terpukul oleh dampak ekonomi COVID-19, dan pihaknya tidak lagi memiliki cadangan modal yang cukup untuk bertahan selama pandemi.
[postingan number=3 tag=”startup”]
Likuidasi adalah pembubaran perusahaan oleh likuidator, sekaligus pemberesan dengan cara penjualan harta perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang, dan penyelesaian sisa harta atau utang terhadap para pihak yang terlibat.
“Oleh karena proses likuidasi yang ditempuh, maka hubungan kerja harus berakhir di tahap ini untuk semua orang tanpa terkecuali, tepatnya efektif di tanggal 30 Juli 2020. Saya yakin tidak ada 1 pun orang yang berharap hal ini untuk terjadi,” tulis surat tersebut.
Manajemen memastikan hak-hak karyawan yang timbul sehubungan dengan likuidasi ini, termasuk tunjangan hari raya akan tetap diakui sebagai bagian dari hutang perusahaan. Dipastikan pula, perusahaan akan tunduk terhadap proses likuidasi dan keputusan likuidator yang sesuai dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan.
“Karena proses likuidasi ini, kami harus mengakhiri kontrak kerja tanpa kecuali, berlaku 30 Juli. Saya yakin tidak ada yang akan mengharapkan ini terjadi,” kata surat itu.
Manajemen Sorabel menyatakan komitmennya untuk memastikan bahwa semua hak karyawan terpenuhi selama proses, termasuk dukungan hari libur keagamaan. Hal ini juga berkomitmen untuk mematuhi semua peraturan dan keputusan para likuidator.
Karyawan diharapkan untuk mengembalikan aset perusahaan, yang akan dijual kembali dan diproses oleh likuidator. Manajemen juga berjanji untuk membantu mereka menemukan pekerjaan baru dari jaringan investor lebih dari 100 perusahaan.
“Ini mungkin akhir dari perjalanan kita dengan Sorabel. Saya berharap kita dapat menyimpan kenangan indah yang kita miliki bersama di tempat ini…Perusahaan mengungkapkan rasa terima kasihnya yang paling dalam kepada Anda karena telah berjuang sampai akhir,” bunyi surat itu.
Sebelum perkembangan ini, Sorabel telah mengumumkan pada bulan Februari di media sosial tentang penutupan unit Filipina, Yabel.
Perjalanan Sorabel
Perusahaan ini dimulai pada 2014 sebagai Sale Stock sebelum mengubah nama dirinya menjadi Sorabel. Sepanjang perjalanannya, ia memperkenalkan beberapa inovasi, termasuk fitur ‘pertama coba, bayar kemudian’.
Perusahaan ini juga telah mem-PHK sekitar 200 karyawannya pada 2016. Meskipun demikian, perusahaan ini berhasil menutup putaran pendanaan Seri B +, yang dipimpin oleh Meranti ASEAN Growth Fund.
Co-founder Sorabel Lingga Madu pernah menyatakan bahwa model bisnisnya adalah yang paling sehat jika dibandingkan dengan platform e-commerce lainnya di Indonesia.
[postingan number=3 tag=”programmer”]
Pada tahun 2018, Madu pernah mengklaim perusahaan telah mencapai titik impas dan siap untuk menghasilkan keuntungan. Saat itu, ia membandingkan unit ekonomi Sorabel dengan yang dimiliki pemain e-commerce mode global seperti Asos dan Revolve.
Sorabel menjadi lebih agresif setelah rebranding pada awal tahun lalu. Itu mulai ekspansi untuk mewujudkan ambisinya untuk menyediakan “barang-barang fashion berkualitas dan terjangkau” untuk “miliar pengguna berikutnya.”
Yabel bahkan telah mengumumkan rencana untuk memperluas ke Timur Tengah.
Manajemen Sorabel pernah mengumumkan bahwa mereka menutup putaran pendanaan Seri C dari investor, termasuk Kejora Ventures, Ncore Ventures, OpenSpace, Shift, Gobi Partners, MNC Media Investment, SMDV, Golden Equator Capital, dan Convergence Ventures.
“Sejak 2016, kami belum pernah memiliki runway lebih dari enam bulan, akibatnya kami kesulitan untuk bertahan melalui krisis besar seperti ini,” kata Jeffrey yang kini masih dilibatkan dalam proses likuidasi Sorabel.
Jeffrey adalah pendiri terakhir Sorabel yang tersisa. Co-founder Lingga Madu dan Ariza Novianti telah meninggalkan perusahaan itu lebih dulu akhir tahun lalu.
Sebelum resmi Sorabel tutup memang dikabarkan akan mengakhiri operasional mereka akhir Juli 2020 ini. Startup e-commerce fesyen tersebut lebih dulu merumahkan sejumlah karyawan dengan tetap memenuhi hak-hak mereka, termasuk bantuan untuk mencari pekerjaan pengganti.
Unit layanan bisnis Sorabel di Filipina Yabel, juga telah berhenti beroperasi sejak Februari 2020.