Coba posisikan diri kita sebagai konsumen, pernah tidak terpikirkan kenapa logo Gojek itu motor dengan hiasan melengkung-melengkung di atas kepala pengemudinya? Buat apa sih? Atau, penasaran mengapa William Tanuwijaya kepikiran bikin nama perusahaannya itu “Tokopedia” dan serba hijau? Kenapa tak “BelanjaMania” lalu warna jingga biar ngejreng? Dan kenapa warna McDonalds itu harus merah dan kuning?
Kalau pernah, ya tenang saja, kalian tidak aneh kok. Cuma gak penting aja. Meski terlihat “gak penting banget deh mikirin gituan” tapi aslinya untuk menentukan logo perusahaan itu susahnya minta ampun. Jangankan logo, memikirkan nama startup saja sangat repot. Kenapa? Karena semua elemennya pasti mengandung filosofi tertentu yang mengandung makna dan tentu saja kisah di baliknya yang mampu menambah value dari perusahaan itu sendiri.
Pendiri merangkap CEO Tees.co.id Aria Rajasa membeberkan pendapatnya secara singkat mengenai cara menentukan nama brand atau perusahaan secara efektif tanpa membuang waktu terlalu lama.
“Sebaiknya dipikirin dengan matang untuk menentukan nama brand supaya mudah ekspansi ke depannya. Saya gak ada tips khusus, tapi yang jelas jangan pakai nama yang gampang misspell. Harus cara nama yang mudah dieja,” kata Aria.
Menurut Aria, ada banyak brand yang membuat para konsumen bingung cara mengejanya dan ujung-ujungnya sulit untuk di-googling.
“Hindari yang pakai huruf H, atau yang bikin orang bingung harusnya pakai huruf C atau K, dan lain sebagainya,” tuturnya lagi.
Beralih ke desain logo startup, tentu kalian mau logonya serba catchy dan selalu diingat oleh para konsumen, kan? Siapa sangka logo perusahaan teknologi penyedia jasa pemesanan tempat menginap Airbnb yang diberi nama Bélo yang terlihat begitu sederhana ternyata memiliki makna penting, yakni people, place, love, dan Airbnb itu sendiri.
Kalian juga pasti nyadar betapa pentingnya logo, baik secara sadar atau tidak. Paling enggak, inget kan ketika Instagram mengubah logo khasnya? Banyak yang terkejut karena terbiasa melihat logo bergambar foto polaroid bergaya retro itu menjadi serba warna-warni yang lebih dinamis.
Lantas gimana ya cara meramu logo startup yang menarik dan mudah diingat oleh konsumen?
“Yang pasti harus gampang dibaca. Kita [Tees.co.id] sengaja pakai font yang bold dan kata yang pendek. Estetika itu nomor dua, yang penting readable,” ujar Aria.
Aria memang lebih mengomentasi soal logo yang konsepnya berupa tulisan dari nama brand itu sendiri, sebagaimana desain Tees yang sederhana dengan sentuhan warna merah.
“Kita sih waktu itu pertimbangannya, kalau logo placement di spanduk, pamflet, dan banner itu akan mudah dibaca jika desainnya pendek namun tetap bold. Kalau kepanjangan nanti jatuhnya jadi tipis dan tulisannya kecil. Hasilnya, gak readable,” sambung Aria.
Aria juga menambahkan, ia bahkan menggunakan ‘teori’ pengaruh warna untuk logo brand Tees. Aria dan timnya sengaja memilih warna merah untuk logo Tees karena merah menurutnya sudah secara ilmiah terbukti mampu meningkatkan impulsive behaviormanusia.
“That’s why banyak restoran cepat saji, toko mainan, dan lain-lain yang menggunakan warna merah. Ya tujuannya agar kita ingin orang impulsif saat membeli barang kita,” tuturnya.
Bagi kalian yang sedang berjuang menentukan nama hingga logo startup, memang harus rajin-rajin eksplorasi, baik dari internet atau baca informasi yang bisa membantu meringankan ‘beban’ satu ini. Semangat terus lho! [zl/ap]