Tren berbelanja online mulai meningkat di masyarakat. Banyak yang mulai merasakan kemudahan dan kenyamanan, mulai dari pemesanan, pembayaran hingga pengiriman. Hanya saja kegiatan transaksi online tidak luput dari tindak penipuan. Bahkan modusnya pun semakin banyak. Sasarannya masyarakat yang kurang begitu peduli bahkan sampai mereka yang kurang waspada. Banyak penyedia layanan e-commerce berlomba meminimalisir hal tersebut. Salah satunya menggunakan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence / AI), seperti yang dilakukan Bukalapak.
Teknologi kecerdasan buatan adalah teknologi yang mampu diterapkan pada sebuah sistem yang belajar. Mempelajari data. Dengan data tersebut, sistem nantinya bisa mengenali pola dan memprediksi sebuah hal. Hal tersebut yang sekiranya juga diterapkan untuk sistem pencegahan penipuan.
Kami berbincang dengan Vice President of Engineering Bukalapak Ibrahim Arief mengenai penggunaan AI di Bukalapak. Ia bercerita saat ini Bukalapak sudah mulai menerapkan AI untuk beberapa keperluan internal dan pengguna, salah satunya ada pada pencegahan penipuan.
Mengenal teknologi Anti-Fraud Bukalapak
Bukalapak saat ini memiliki divisi Trust & Safety yang memiliki tugas pokok mengelola dan meminimalisir risiko penipuan yang mungkin dihadapi pengguna Bukalapak. Tim Anti-Fraud berada di bawah divisi Trust & Safety sebagai bagian dari upaya meminimalkan tindakan penipuan.
Tim Anti-Fraud secara khusus bertugas melakukan penegahan, monitoring, analisa dan pemecahan kasus penipuan yang dialami pengguna Bukalapak dengan tujuan untuk menjamin kepercayaan dan menjaga keamaan pengguna saat bertransaksi di Bukalapak. Termasuk penerapan teknologi AI untuk membantu kerja tim Anti-Fraud mencegah penipuan yang terjadi. Di sisi lain Anti-Fraud berusaha juga mendorong security awareness bagi pengguna Bukalapak.
“Tren fraud transaksi yang lazim terjadi belakangan ini, yaitu social engineering (phishing atau scamming) di platform online selain Bukalapak, menjadikan edukasi user Bukalapak agar terhindar dari tindakan serupa di luar sistem Bukalapak sebagai salah satu perhatian khusus dari tim Anti-Fraud. Edukasi user ini dilakukan baik melalui pengembangan fitur maupun komunikasi dengan pengguna Bukalapak,” terang Ibrahim.
Disampaikan Ibrahim, AI menjadi salah satu bagian penting dalam dapur Bukalapak. Sudah ada beberapa teknologi AI yang berjalan di dapur Bukalapak yang membantu kegiatan operasional dan salah satunya adalah untuk pencegahan penipuan.
Di Bukalapak, sistem AI mempelajari data transaksi yang diklaim jumlahnya mencapai ukuran petabyte. Sebuah data yang sangat besar. Sistem dikembangkan mempertimbangkan dan mengolah banyak data dan konteks mengenai sebuah transaksi untuk menentukan risiko penipuan dari sebuah transaksi. Ia mengenali pola yang sudah dipelajari sebelumnya.
“Kami telah mengembangkan sistem AI untuk rekomendasi belanja pengguna yang lebih baik serta menangani sistem keamanan untuk mencegah penipuan. Jadi, AI ini bisa menerima dan mempertimbangkan banyak sekali sinyal atau data dari sebuah transaksi agar kemudian diketahui jenis transaksi tersebut palsu atau tidak. Lewat pengembangan AI ini, pengguna bisa merasakan pengalaman belanja yang aman dan nyaman,” cerita Ibrahim. [ds/ap]